Singaraja | Seorang perempuan lansia, Ketut Menuh tinggal di Dusun Kembang Sari, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt hidupnya memprihatinkan. Dia tinggal digubuk yang masih berlantai tanah, dan dinding anyaman bambu. Dia tingggal sendiri, karena seorang anak perempuannya telah menikah, dan dua anak lelakinya serta suaminya sudah meninggal.
Namun begitu, sejumlah kerabat serta cucu dari anak perempuannya sering menjenguk ke gubuknya. Di sebelah gubuk tinggalnya juga ada keponakan Menuh yang bernama Mustari. Kadang Mustari juga yang sering memberikan makanan untuk Menuh. Mustari juga tergolong keluarga kurang mampu, sehingga kemampuannya juga tidak maksimal untuk memberi penghidupankepada Menuh.
Siang dan malam, Menuh tidur di gubuknya dengan berbagai resiko. Jika hujan, rumahnya seringkali bocor karena atap rumahnya sudah banyak yang alami kerusakan. Menuh tidak mau menginap ditempat lain dengan alasan tidak betah.
Saat ini, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Menuh, karena fisiknya yang sudah renta. Menuh sendiri kurang tahu usia dirinya. Menuh mengakui sering dijenguk cucunya. “Yen Cucu, panak tiange sesai nengokin tiang mriki. Baange tiang baas, baange pipis masi anggo tiang bekel. Niki, mantu tiang (Mustari) sesai masi ngemaang ngidih,” ujar Menuh.
Menuh mengaku jarang mendapatkan bantuan sosial, seperti paket sembako atau yang lain. PErnah suatu kali Dia mendapatkan bantuan berupa sembako tetapi sudah cukup lama. Menurt Mustari, Dia pernah mendapat bantuan sembako ketika ada kampanye. “Dugase kampanye pemilu maan ragane bantuan sembako,suudan nike sing taen maan bantuan ,” ujar Mustari.
Kondisi Menuh memang layak mendapatkan bantuan termasuk bedah rumah. Tanah yang ditempatinya juga miliknya, peninggalan warisan dari almarhum suaminya.
Sementara itu, Kepala Dusun Kembang Sari, Made Merta mengatakan selama ini Menuh telah masuk dalam data daftar bantuan bedah rumah. Dia di daftarkan pada tahun 2013 namun memang sampai saat ini belum ada realisasi.
Merta menjelaskan banyak warganya dengan kondisi yang sama seperti Ketut menuh, sehingga pemerintah juga menggilir memberikan bantuan bedah rumah. “Beliau sudah pernah saya data untuk bantuan bedah rumah. Cuma soal realisasinya yang memutuskan pemerintah, apalagi di dusun kami juga banyak warga yang seperti beliau dan bahkan ada yang kondisinya lebih parah. Jadi mungkin bantuannya digilir dulu karena jatah bedah rumah terbatas di masing-masing dusun,” papar Kelian Dusun Kembang Sari, Made Merta, Rabu (18/5).
Merta mengatakan, selain lahan untuk rumah Nengah Menuh memang mempunyai juga hak waris berupa tanah, namun tanah tersebut tidak produktif dan tidak bisa digarap karena faktor alam.
“Jadi kondisi dibawah memang seperti itu, banyak warga miskin di daerah kami. Ada yang rumahnya tidak layak huni tetapi punya lahan pertanian tetapi tidak produktif karena faktor alam. Maka itu kami jadi aparat terbawah memang harus benar-benar cermat dan bisa mengayomi warga jika ada bantuan Pak,” tambah Merta.
Di sisi lain, Kepala Dinas Sosial, Gede Komang mengaku akan melakukan pendataan dan koordinasi dengan aparat desa Pangkung Paruk. Dinas OSial memastikan jika kondisinya sangat memprihatinkan pasti pemerintah akan memberikan bantuan kepada masyarakatnya.
“Ya mereka kan warga kita, orang Indonesia jadi pasti dapat bantuan. Bantuan sembako, bedah rumah maupun bantuan yang lain yang dibutuhkan oleh warga,” kata Gde Komang dihubungi melalui telepon.
Gde Komang menyatakan pihaknya saat ini sedang melakukan pendataan warga miskin di masyarakat supaya tidak ada yang tercecer. Nantinya data warga miskin itu akan dipetakan kembali supaya bisa diprogramkan untuk pengentasan kemiskinan. |NP|