Rumah Dadong Ketut Murati Ambruk Namun Tetap Ditempati Walaupun Membahayakan

Singaraja | Lihatlah, rumah Dadong Ketut Murati, Warga Dusun Pangkung Paruk, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt sudah ambruk pada bagian depannya. Namun rumah ini masih ditempatinya bersama seorang anak perempuannya yang juga sudah renta, Nengah Kerana (65 tahun).

Mereka warga miskin yang tinggal jauh dari pusat desa Pangkung Paruk. Letak rumahnya berada diwilayah perbukitan yang berdekatan dengan hutan milik negara di kawasan desa ini.

- Advertisement -

Untuk mencapai rumahnya cukup jauh dari desa, butuh perjalanan kurang lebih 45 menit melalui jalan setapak dengan berjalan kaki dari pusat desa.  Diwilayah tempat tinggal Dadong Ketut Murati sedikit terdapat pemukiman. Tercatat ada sekitar empat rumah milik empat kepala keluarga yang tinggal di daerah itu namun jaraknya juga berjauhan.  Seluruh warga di kawasan  ini juga mengalami kemiskinan.

Kemiskinan yang mendera keluarga Dadong Ketut Murati dan anaknya Nengah Kerana hingga harus bertahan di rumahnya yang lapuk dan sudah ambruk |Foto : Nova Putra|
Kemiskinan yang mendera keluarga Dadong Ketut Murati dan anaknya Nengah Kerana hingga harus bertahan di rumahnya yang lapuk dan sudah ambruk |Foto : Nova Putra|

Kondisi rumahnya memang sangat memprihatinkan. Rumah tua yang berdinding bata tua ini ambruk pada bagian depanya. Kayu-kayu penopang rumahnya tidak kuat menahan atap genteng rumah karena sudah banyak yang lapuk. Kayu-kayu penyangga genteng juga banyak yang lapuk sehingga atapnya banyak yang rusak, berjatuhan.

Namun, karena tidak ada biaya untuk membuat rumah, Dadong Ketut Murati bersama Nengah Kerana tetaplah menempati rumah ini setiap harinya.

Dadong Ketut Murati juga mempunyai seorang anak lelaki bernama Ketut Sarjana. Namun kehidpan Sarjana juga teramat miskin, Dia hanya bis amenghidupi keluarganya dengan seadanya. Sarjana didera kemiskinan dan tinggal di sebuah gubuk berdinding anyaman bambu  yang berdekatan dengan rumah ibunya, Dadong Ketut Murati.

- Advertisement -

Dadong Murati sendiri sudah lama mengalami penyakit katarak sehingga penglihatannya tidak maksimal, sementara anaknya Nengah Kerana juga tidak bisa berbuat banyak karena sudah tua.

Dadong Ketut Murati dan Nengah Kerana masih meanfaatkan rumahnya yang sudah ambruk untuk bernaung sehari-hari |Foto : Nova Putra|
Dadong Ketut Murati dan Nengah Kerana masih meanfaatkan rumahnya yang sudah ambruk untuk bernaung sehari-hari |Foto : Nova Putra|

Nengah Kerana dan Dadong Murati seringkali menanak nasi berbahan ketela yang dicampur beras. Ketela itu dicarinya di belakang halaman rumahnya. Pohon-pohon ketela ini menjadi investasti untuk kehidupan mereka sehari-hari. Jika musim hujan, mereka menanam jagung juga hanya untuk kebutuhan makan semata.

Tyang nanem driki sela, jagung anggo ngajeng setiap hari Pak,” ujar Nengah Kerana yang sudah bercerai lama dengan suaminya.

Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh keduanya, sementara anak lelakinya Ketut Sarjana juga hanya bekerja sebagai buruh tani. Tidaklah beruntung, karena tidak setiap hari Sarjana mendapatkan pekerjaan sebagai buruh tani.

Keluarga Dadong Murati ini belum pernah tersentuh bantuan sosial maupun bedah rumah. Sekitar tahun 2015 lalu, memang pernah didatangi tim verifikasi dari Dinas Sosial Pempro Bali untuk memverifikasi bantuan bedah rumah yang sebelumnya diusulkan oleh pihak Dersa Pangkung Paruk ke Pemprop Bali, namun sampai tahun 2016 ini belum ada realisasi.

Keluarga ini juga belum pernah mendapatkan bantuan sosial lainnya berupa jaminan kesehatan dan sejenisnya.

Kepala Desa Pangkung Paruk, Ketut Sudiarsana mengakui kondisi keluarga miskin Dadong Murati ini. Sudiarsana juga menegaskan keluarga ini sudah didata untuk mendapatkan bantuan bedah rumah dan sudah pernah didatangi oleh  tim verifikasi untuk mengecek lokasi rumahnya.

“Tahun 2015 memang sudah pernah ada tim verifikasi dari Dinasn Sosial Pemerintah Propinsi Bali untuk bantuan bedah rumah. Cuma realisasi sampai saat ini belum ada. Kami berharap, Pempop Bali atau Pemkab Buleleng bisa membantu warga kami ini supaya cepat ditangani dan mendapat bantuan bedah rumah dulu, itu prioritasnya. Kita juga berharap mereka mendapatkan jaminan sosial lainnya.” terang Sudiarsana beberapa hari lalu di kantor Desa Pangkung Paruk.

Sudiarsan menyatakan, jumlah keluarga miskin di desanya masih tergolong cukup tinggi. Pihaknya meminta supaya pemerintah bisa ikut membantu mengatasi kemiskinan di desa Pangkung Paruk. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts