Singaraja, koranbuleleng.com, Sekaa Manyi dahulu pernah berkembang dan menjamur di Kabupaten Buleleng. Sekaa Manyi merupakan kelompok masyarakat yang bertugas untuk memanen padi di sawah.
Belakangan ini sekaa manyi sudah semakin tergerus oleh waktu dan modernisasi alat-alat pertanian. Melihat kondisi tersebut, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST memiliki program untuk mengembangkan dan menghidupkan kembali sekaa manyi ini.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG saat membuka Gebyar Penanaman Dengan Sistem Jajar Legowo (Jarwo) yang dilaksanakan di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Selasa (12/7).
Menurut Wabup Sutjidra, dalam komunitas sekaa manyi tersebut terbangun suatu sistem gotong royong dalam kearifan lokal. Sekaa manyi ini akan membantu subak dalam memanen padi. Dalam kegiatan sekaa manyi ini akan terbangun interaksi antar subak.
“Kami berharap sekaa manyi ini dihidupkan kembali dan terus diberdayakan agar tidak hilang,” ungkapnya.
Mengenai ketahanan pangan di Buleleng, Wabup Sutjidra mengatakan berdasarkan data Kabupaten Buleleng masih menempati posisi kedua di Bali. Walaupun lahan di Kabupaten Buleleng lebih sempit namun pertanian di Buleleng menempati posisi kedua setelah Tabanan. Oleh karena itu, Buleleng bisa memberikan subsidi ataupun bantuan khususnya beras kepada daerah atau kabupaten lain.
“Jadi produksi gabah kering giling kita sudah mencapai tujuh ton. Walaupun lahan kita lebih sempit, kita lakukan intensifikasi untuk meningkatkan produksi,” kata Sutjidra.
Selain intensifikasi, penyetopan alih fungsi lahan sawah juga terus dilakukan untuk meningkatkan produksi. Pengawasan pun terus dilakukan dengan menerbitkan perda. Untuk tetap mempertahankan ataupun meningkatkan produksi, sawah-sawah harus dijaga dari alih fungsi.
“Untuk para petani yang masih mau menanam padi, kita berikan insentif ataupun asuransi untuk terus bisa menanam padi sehingga ketahanan pangan di Kabupaten Buleleng bisa terjaga,” imbuhnya.
Mengenai penanaman dengan sistem jajar legowo, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Ir. Nyoman Swatantra, MMA menjelaskan lahan pertanian di Buleleng pada tahun 2016 seluas 7.600 hektar.
Diharapkan semua lahan ini bisa mengikuti penanaman dengan sistem Jajar Legowo. Hal tersebut dikarenakan Jajar Legowo sudah terbukti meningkatkan produktivitas sejumlah satu ton per hektar.
“Sistem ini memiliki banyak keuntungan sehingga dapat meningkatkan produktivitas,” jelasnya.
Lebih lanjut, Swatantra mengungkapkan sistem jajar legowo ini memiliki jarak tanam yang mudah diatur sehingga populasi tanaman per hektarnya semakin tinggi. Sebagian besar tanaman padi juga berada di daerah tinggi yang menyebabkan matahari lebih banyak masuk sehingga proses fotosintesis semakin bagus dan produktivitas meningkat. “Banyak sekali kemudahan dari sistem tanam jajar legowo ini,”ungkapnya.
Varietas yang diberikan kepada petani merupakan varietas ciherang. Varietas ini memiliki potensi produksi yang cukup tinggi yang mencapai Sembilan ton per hektar. Varietas ini juga memiliki rasa yang enak. Selain pengenalan dengan sistem ini, para petani juga dibantu alat-alat seperti traktor untuk membantu mempercepat pengolahan tanah.
“Kami harapkan dari 7.600 hektar ini penanamannya dilakukan serentak sehingga bisa panen dalam waktu yang bersamaan dengan target produksi yang telah ditentukan kurang lebih 133.000 ton,” tutupnya.
Salah satu petani yang juga Klian Subak Tegallenga, Made Mangku mengatakan sistem jajar legowo ini memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah produktivitas yang meningkat. Para petani juga mengharapkan produktivitas yang lebih sampai 10 ton per hektar.
“Hal tersebut bisa dicapai dengan pemupukan yang benar dan proses panen yang benar,” ungkap Made Mangku.
Made Mangku juga menambahkan selain mempunyai keuntungan, petani juga mengalami sejumlah kesulitan. Salah satunya adalah permodalan. Hal itu disebabkan karena sistem jajar legowo ini memerlukan banyak tenaga. Selain itu pemakaian pupuk juga dua kali lipat sehingga pembiayaan juga melambung. |Rilis Humas|