Singaraja, koranbuleleng.com | Luh Dewi Supartini, baru saja tamat sekolah dasar tahun 2016 ini. Namun Dia tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMP karena alasan tidak ada biaya dan jarak rumah yang jauh dengan tempat sekolah.
Biaya sekolah itu untuk membeli pakaian sekolah, serta biaya transportasi menuju sekolah yang berjarak cukup jauh dari rumahnya.
Luh Dewi Supartini, saat bersekolah dasar di SDN 4 Pangkung Paruk dan tinggal di dusun Kembang Sari, Desa Pangkung Paruk. Dia sebenarnya mau bersekolah dan sudah berencana untuk melanjutkanke SMP Negeri 2 Seririt yang terletak di Desa Banjarasem, Buleleng. Namun karena factor biaya sekolah dan jarak rumahnya dengan sekolah cukup jauh harus mengendarai sepeda motor,s ementara orang tuanya tidak mempunyai kendaraan sepeda motor. Jalur alternative, Dia bisa saja menyeberangi sungai setiap harinya.
Saat ini, Dia lebih seirng mengikutinya orang tua untuk bekerja sebagai buruh pemetik cengkeh di Desa Gobleg, Kecamatan banjar, buleleng.
“Sekarang saya ikut orang tua memetik cengkeh di Desa Gobleg.” terangnya saat ditemui usai mengambil ijasah di SDN 4 Pangkung Paruk, Sabtu 30 Juli 2016 kemarin.
Luh Dewi Supartini mengaku sudah dimintauntukbersekolah oleh kepala sekolah SDN 4 Pangkung Paruk bersama guru lainnya saat mengambil ijasahnya itu. Namun Dia akan meminta ijin dari orang tuanya terlebih dahulu.
“Ya, tadi saya sempat diminta tetap ebrsekolah. Saya harus minta ijin dulu ke orang tua apakah bis amenyekolahkan saya tau tidak,”ujarnya.
Kepala SDN 4 Pangkung Paruk, Putu Nelson mengakui pihaknya sedang mengupayakan agar tidak ada lagi anak-anak sekolah di wilayah Dusun Kembang Sari Desa Pangkung Paruk alami putus sekolah. Setiap tahun ada saja anak-anak di dusun ini mengalami putus sekolah karena banyak faktor.
Faktor itu seperti biaya sekolah, factor keberadaan keluarga ada yang yatim piatu, lalu factor demograpi dimana jarak sekolah dan rumah sangat jauh. “Äda juga karena factor orang tua yang tidak punya pekerjaan yang ettap, sehingga anaknya mondar-mandir ikut bekerja musimand negan orang tuanya. Ini kan sangat memprihatinkan,”terang Nelson.
Sebenarnya, kata Putu Nelson, pihak sudah berkoordinasi dengan pihak SMP Negeri 2 Seririt untuk membuka kelas paket B di SDN 4 Pangkung Paruk dengan syarat minimal ada 6 orang siswa yang mau belajar. Dari eklas paket B ini, pihak sekolah akan meberikan proses belajar mengajar dua sampai tiga kali dalam seminggu.
”Pihak SMPN 2 Seririt sudah siap, guru dibawa ke sini (SDN 4 Pangkung Paruk) asalkan ada minimal 5 siswa. Biaya jug aditanggung oleh pihak sekolah SMPN 2 Seririt. Saya juga meminta kepada siswanya, pednekatan ke orang tuanya tetapi memang belum ada keputusan baik dari siswanya dan orang tuanya. Tadi siswanya bilang mau bilang dulu sama orang tuanya,”kata Nelson.
Menurt Nelson, jika untuk tahun ini tidak mencukupi minimal 6 siswa, bisa direkrut siswa-siswa yang pernah alami putus sekolah sejak tahun-tahun sebelumnya. “Berapapun ada, yang penting masuk sekolah, gratis. Tidak ada biaya. “tegasnya.
Tahun ini, siswa dari SDN 4 Pangkung Paruk ada 23 orang. Yang melanjutkan seklah 18 orang dan yang alami drop out sebanyak 5 orang. Di tahun-tahun sebelumnya juga ada anak yang drop out dari sekolah ini. |NP|