Singaraja, koranbuleleng.com| Bendera Merah Putih yang cukup besar berkibar di dalam Pura Peninjoan, Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Rabu 17 Agustus 2016. Sang Saka Merah Putih ini dinaikkan untuk memperingati Peringatan detik-detik Proklamasi, 17 Agustus 2016. Ada alasan khusus, kenapa bendera merah putih jumbo ini dikibarkan di dalam Pura Peninjaoan ini.
Menurut Klian Desa Pekraman Menyali, Jro Mangku Made Anggarkasih bahwa setiap tahun Hari Kemerdekaan Republik Indonesia disambut secara khusus oleh warga Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng. Bertepatan dengan HUT RI, warga desa Menyali selalu melaksankaan pengibaran bendera Merah Putih yang diyakini sebagai “paican” Ida Batara Gajah Mada di dalam Pura Peninjoan.
Letak Pura Peninjoan ini tepat berada di sebelah utara kantor desa setempat. Pura ini, oleh warga lainnya sering disebut dengan Pura Penyingakan, namun sayang belum ada yang mampu menjelaskan sebutan lain tersebut. Dari corak ukirannya, Pura Peninjoan merupakan salah satu bangunan khas Pura Tua yang ada di Kabupaten Buleleng.
Pengibaran bendera merah putih yang dilaksanakan di Pura Peninjoan, Desa Menyali memiliki sejarah spiritual yang tinggi. Ritual ini diadakan sebagai wujud penghormatan kepada Ida Batara Gajah Mada. Sebelum pengibaran, dilakukan persembahyangan bersama oleh masyarakat desa setempat terlebih dahulu.
Terlihat unik, ketika prosesi ini digelar, Bendera dikibarkan oleh tiga orang pemuda-pemudi desa yang mengenakan seragam persembahyangan dan juga diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Upacaranya sama dengan pengibaran bendera layaknya peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 dis ejumlah tempat.
“Pengibaran bendera merah putih warisan Kerajaan Majapahit di Pura Peninjoan digelar dua kali setahun, yakni saat Pujawali yang selanjutnya dilanjutkan dengan nyejer selama sembilan hari, serta setiap HUT Kemerdekaan RI. Dalam HUT Kemerdekaan, pagi kita lakukan upacara pengibaran dan sorenya dilaksanakan upacara penurunan, dan prosesinya pun sama, setiap acara ini digelar selalu dibanjiri oleh kehadiran krama pengempon Pura, banyak juga yang di luar warga desa Menyali,” tuturn Jro Mangku Made Anggarkasih.
Lanjut dia, Pura Peninjoan saat ini tidak saja merupakan pura khayangan tiga, melainkan sudah menjadi Pura Sad Kahayangan. Warga Menyali sangat meyakini Pura ini sebagai lambang kemakmuran,
Itu bisa disaksikan saat perayaan hari raya galungan, berbagai persembahan yadnya dihaturkan disini, namun bukan itu saja secara spiritual pun warga juga selalu melaksanakan persembahyangan di Pura Peninjoan, baik itu ketika hendak berangkat dan pulang dari perantauan, malahan ada yang menghaturkan yadnya berupa guling dari luar desa Menyali,
“Pernah ada warga dari Canggu, Kabupaten Badung. Mereka saat itu mengaku keberhasilan yang dicapainya saat ini merupakan berkah dari Ida Sesuhunan Pura Peninjoan. Mereka menghaturkan yadnya di Pura Peninjoan,” ungkap Jro Mangku Made Anggakasih. |NH|