Singaraja, koranbuleleng.com| Yayasan Pengayom Umat Hindu (YPUH) Buleleng menggelar upacara Pawintenan (pembersihan diri) Massal. Kegiatan ini melibatkan umat Hindu dari berbagai kalangan. Prosesi acara diadakan di sekretariat YPUH, Jalan Kalimantan XX, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Selasa 23 Agustus 2016.
Kehadiran beberapa lembaga serta komponen Hindu saat digelarnya prosesi, menunjukkan bahwa kegiatan mendapatkan restu dan direspon positif. Beberapa tokoh umat Hindu di Buleleng tampak hadir dalam acara, diantaranya, Ketua Panitia, Bhawati Ketut Pertama, SPd, MPd., Ketua YPUH, Jero Mangku Nyoman Sedana Wijaya, BA.,
Ketua Pembina YPUH, Prof. Drs. Ketut Ridjin., Tokoh Agama, Intelektual Hindu, Jero Mangku Wayan Suwena, Pemerhati Hindu, PHDI Kabupaten Buleleng, Drs. Putu Wilase, Kantor Kementerian Agama. Acara prosesi Pawintenan diikuti oleh 23 orang peserta yang berasal dari berbagai kalangan. Dalam prosesi pelaksanaannya, selain diadakan pawintenan bagi mangku anyar (berpasangan) lanang wadun (suami-istri), penyepuhan pemangku, juga ikut serta pewintenan sari bagi teruna-teruni yang belum pernah mewinten.
Disela-sela acara, Ketua Yayasan Pengayom Umat Hindu (YPUH) Buleleng, Jero Mangku Nyoman Sedana Wijaya, BA., mengatakan, ritual ini digelar bertujuan meningkatkan Srada dan Bhakti umat Hindu menurut Tatwa. Dari sisi finansial, diadakan secara massal untuk membantu meringankan biaya beban umat yang ikuti dalam pelaksanakan upacara.
“Sebagai umat Hindu di Bali meyakini, wajib hukumnya melaksanakan upacara Mawinten, ini berguna untuk penyucian diri secara lahir batin, lalu selanjutnya dapat diamalkan dan dijalankan dalam kehidupan diri sendiri maupun kepada orang lain yang memerlukannya,mengikuti ritual ini secara bersama-sama akan mampu membangun rasa kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan, juga penghematan secara ekonomi dan yang paling penting adalah membangun kesetaraan,” ucapnya.
Menurut dirinya, upacara ini juga sebagai penyucian kembali atau mengajegkan pemangku, suci dalam melayani umat. Hal ini dilakukan guna setiap melaksanakan aktifitas keagamaan harus suci baik lahir dan batin.
Drs. Putu Wilasa, mewakili PHDI kabupaten Buleleng mengatakan, menyambut positif kegiatan Pawintenan Massal seperti ini, karena disetiap kegiatan upacara keagamaan kita harus suci agar pelaksanaan berjalan rahayu.
“Dalam pikiran yang jernih, niscaya semua berjalan sesuai dengan harapan bersama. Kami berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan secara berkesinambungan,” terangnya.
Diungkapkannya pula, makna upacara sendiri tidak bisa dinilai dari besaran jumlahnya, puluhan juta dan ratusan juta bahkan hingga miliaran rupiah, hal itu malah terkesan kesan jor-joran. Banyak jalan alternatif serta terobosan baru menghilangkan kesan jor-joran, salah satunya, ritual yang diadakan secara masal (digelar bersama-sama) dan itu lebih efektif untuk memupuk kebersamaan dan kesetaraan antar umat Hindu.
Pawintenan itu pun disambut gembira oleh peserta, utamanya yang belum pernah mengikuti prosesi acara ini sebelumnya.
Kadek Adhi Saputra, teruna-teruni salah seorang peserta Pewintenan Massal mengaku, sangat merasa terbantu setelah bergabung di YPUH.
“Sudah terdaftar sebagai anggota selama hampir empat tahun, kebetulan mendapatkan fasulitas secara gratis sebagai peserta Pewintenan Massal yang diadakan YPUH, selain itu disini saya diajarkan berbagai pendidikan, pengembangan wawasan dari sisi sastra Agama Hindu, mempertebal keyakinan terhadap ajaran Agama Hindu sebagai unsur pengendalian diri,” ujarnya
Sudut pandang yang sama diungkapkan oleh Ratna, salah satu tamu undangan prosesi Pewintenan Massal.
Menurutnya, Ia mengaku salut akan kehadiran YPUH di Buleleng. Lahirnya seorang pemuput upacara yang memiliki ciri khas serta berkarakter. Berproses, dibekali pendidikan berupa ilmu pengetahuan tentang Kepemangkuan sebelum memasuki fase Pewintenan.
“Luar biasa, kehadiran YPUH sebagai salah satu yayasan penguat tradisi Hindu di Buleleng, sebelum menggelar ritual massal ini para peserta dibekali pendidikan kepemangkuan, nilai kebersamaan dan kesetaraan inilah yang patut dikembangkan karena sesuai dengan ajaran Hindu, wujud nyata pelestarikan tradisi dan budaya yang disebut Ajeg Bali” tuturnya.|adv-NH|