Lolak Menang Karena Pesan Sang Ayah : “De Takut Pade Ngamah Nasi”

Singaraja, koranbuleleng.com | Seorang anak Desa dari Dusun Pudeh, Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng Bali, Komang Sastrawan alias Lolak, membuat bangga Indonesia, di Luxemburg, dalam ajang kejuaraan karate internasional yakni Coupe Internationale De Kayl dengan menyabet dua emas dari nomor kata perorangan dan kumite perorangan, 12 – 18 Oktober 2016.

Prestasi gemilang Lolak ini menggemparkan Bali, khususnya Buleleng. Sebelumnya, namanya tidaklah pernah tenar namun tiba-tiba mampu terbang ke Luxemburg untuk mengikuti ajang bergengsi ini. Setelah itu, Kabar membanggakan bahwa Dia memanen dua emas di ajang ini. Siapapun pasti bangga dengannya.

- Advertisement -

Ini membanggakan bagi Buleleng. seorang anak desa, sederhana namun mampu meraih prestasi yang sangat tinggi dalam skala internasional.

Saat berkunjung ke Sekolah Dasar Negeri 2 Tamblang yang terletak di Dusun Kelampuak, Desa Tamblang, tempatnya bersekolah, karateka cilik asal Desa Tajun ini melempar senyum dan tengah sedang mengerjakan sebuah tugas di ruang kelas.

Dia tampak sangat serius mengerjakan naskah ujian tengah semester susulan. Dia terlihat santai namun sangat serius. Tidak ada grogi menjawab soal-soal ujian.

Usai menjawab soal, Lolak sempat berbincang bahwa kondisi dirinya saat ini dalam kegembiraan yang sangat besar. Dua emas itu membuatnya semakin yakin suatu saat cita-citanya akan terwujud, menjadi seorang pasukan elit Polri, Brimob. Dia ingin, menjaga Negara ini selalu dalam posisi aman.

- Advertisement -

Sebagai atlet, Dia mengaku latihan sangat disiplin mempersiapkan diri untuk menjadi seorang jawara di setiap laga. Bukan hanya karena Dia akan melakoni pertandingan di Luxembug saja, namun setiap hari Lolak mengaku selalu harus latihan untuk menempa dirinya lebih keras dan disiplin.

Saat ini, Lolak adalah pemegang sabuk coklat. Gaya bela dirinya juga sangat keras dan gesit, sehingga banyak gurunya yang meyebut Lolak adalah karateka masa depan.

Komang Sastrawan alias Lolak saat menerima tropi di Luxemburg |Foto : Istimewa|
Komang Sastrawan alias Lolak saat menerima tropi di Luxemburg |Foto : Istimewa|

Saat berlaga di Copue Internasionale De Kayl, Lolak sempat tidak sadarkan diri beberapa detik. Dihempas pukulan lawan, matanya berdarah. Namun itu tidak membuatnya patah semangat.

Dia justru teringat pesan sang ayah sampai bisa memenangkan laga di Luxemburg. “ Disana, saya teringat pesan Bapak.  De takut Pade-pade ngamah nasi (Jangan takut, sama-sama makan nasi),” ujar Lolak.

Lolak mengaku, pesan bapaknya itu membuatnya semangat, dan rasa takutnya hilang ketika Dia sempat tidak sadarkan diri. Saat itu, Dia berlaga dengan karateka asal Jepang. Gaya bertanding karateka dari jepang, kata Lolak memang sangat gesit dan kuat.

“Entahlah, pesan bapak itu membuat saya sangat semangat. Wah, pokoknya saya merasa harus bangkit. Saya berhasil mengalahkan karateka Argentina di final,” ujarnya.

Atas prestasi di Coupe Internationale de Kayl, Luksemburg, Komang Sastrawan berhak menerima bonus sebesar Rp 15 juta dari Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, pada Jumat 21 Oktober 2016 yang dilaksanakan di rumah jabatan Bupati Jalan Ngurah Rai Singaraja

Komang Lolak merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara Luh Sarinadi, Kadek Sukreni dari pasangan I Wayan Sukarta (49) dan Ni Kadek Manisyoni (50), pasutri yang bekerja sebagi buruh petik cengkih di Dusun Pudeh, Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng-Bali.

Menurut wali kelasnya, Made Artama, Komang Lolak dikenal sebagai anak ramah dan supel dalam pergaulan. Dalam bidang akademik dirinya juga mampu mengikuti semua mata pelajaran dengan baik.

“Dari catatan sebagai wali kelas IV, Lolak sendiri sama seperti anak didik lainnya, bergaul biasa, disiplin, sederhana, tidak jumawa dan nilai akademiknya juga bagus, hari ini tinggal mengerjakan UTS susulan, sebagai guru sekaligus wali kelasnya ikut merasa bangga atas capaian prestasi yang diraih Lolak, sekarang tinggal dua mata pelajaran Matematika dan IPS,” terangnya.

Kepala Sekolah SD N 2 Tamblang I Ketut Darmawan juga mengungkapkan hal sama, dirinya selalu mengarahkan, mendukung dan memfasilitasi minat dan bakat yang dimiliki anak didik baik di bidang akademik dan non akademik.

“Kami selaku penyelenggara pendidikan selalu mendukung dan memfasilitasi kegiatan anak didik, bukan hanya kemampuan dan kecakapan dalam proses pembelajaran di sekolah, kami juga mengadakan beragam ekstra kulikuler, seperti kegiatan pramuka, bulutangkis juga karate seperti yang digeluti Komang Lolak hingga mengantarkannya menjadi juara dunia,” kata Darmawan.

Diakuinya, sekolahnya juga sering melahirkan karateka berprestasi di bawah asuhan pelatih Ketut Suanda namun tidak semua ektra kulikuler bisa laksanakan di sekolah, seperti olahraga karate, dirinya berusaha mengadakan kerjasama dengan lembaga Do Jo Tajun Karate Club.

“Kami di sekolah terbentur sarpras (sarana dan prasarana), untuk ektra kulikuler karate sementara diselenggarakan di rumah pak Suanda, kami sudah jalin kerjasama dan beliaunya menyambut baik keinginan sekolah, sekarang ada sekitar 3 orang yang ikut berlatih di Do Jo tersebut, termasuk Komang Lolak yang sudah sekitar 3 tahun berlatih disana. “pungkasnya.

Perasaan bangga juga dirasakan pelatihnya, Ketut Suanda. Dirinya menuturkan Komang Lolak pertama mulai berlatih beladiri karate sejak duduk di bangku Kelas III SD. Awalnya, bocah ini menolak diajak latihan, karena takut sakit kena pukul. Namun, Suanda punya cara untuk mengajak anak-anak di desanya berlatih beladiri, termasuk Komang Lolak. Salah seorang dosen di Undiksha pun turut memberikan masukan positif setelah melihat kemampuan Lolak.

“Kakaknya Lolak memang atlet karateka namanya Sukreni, latihannya setiap sore di rumah, saya tidak mau paksakan, tapi saya coba merayu dan didukung orangtuanya akhirnya mau ikut berlatih. Alasan pertama sih katanya takut kena pukul, di saat Lolak telah mengikuti latihan selama 3 bulan salah seorang dosen Undiksha namanya Bu Wasti berkunjung ke rumah dan tertarik melihat gerakan Lolak saat latihan. Anak ini nantinya bakal jadi atlet berprestasi dan ternyata benar. Jujur saja, saya bangga dan haru melihat anak ini.” ungkap Suanda yang kesehariannya jadi Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Bangli.

Menurut Suanda, bakat Komang Lolak di karate sudah terlihat ketika baru beberapa hari mengikuti latihan. Bakat itu terlihat dari berbagai teknik sangat cepat Ia kuasai dan ditunjukkan saat latihan. Keyakinan Suanda pun semakin bertambah saat Komang Lolak mengikuti kejuaran  Bupati Cup 2014, Dia langsung menunjukkan prestasi dan menyabet juara hingga dijuluki “Kancingan Tajun”.

“Komang Lolak itu berbakat sekali, lain dari yang lain. Sekali diajarkan, cepat sekali menyerap gerak dan teknik. Saya yakin anak ini akan jadi, benar saja saat mengikuti Bupati Cup pada tahun 2014, waktu itu masih sabuk putih mengalahkan pemegang sabuk coklat dari Do Jo Sukasada, juara di kumite. Dari kejuaraan itu sesepuh karate Buleleng, Sensei Lilik Sudirga menyebut Lolak, Kancingan Tajun,” katanya. |NH|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts