Singaraja, koranbuleleng.com | Bedalang Nala, simbol gerak kehidupan dinamis bumi yang tetap menjaga keseimbangan alam semesta. Dalam keyakinan hindu, Bedawang Nala ini diwujudkan seekor penyu raksasa yang membawa alam semesta ini diatas punggungnya. Dua ekor naga selalu berada di dalam alam semesta ini.
Bedalang Nala ini juga dijadikan ikon dalam Buleleng Bali Dive festival ke dua di Desa pemuteran, KEcamatan Gerokgak, Buleleng, Bali yang diselenggarakan 23 – 27 Oktober 2016. Sebuah struktur biorock berwujud Bedalang Nala akan ditenggelamkan di Teluk Pemuteran dalam rangkaian BBDF ini.
Biorock, menjadi salah satu media untuk pertumbuhan terumbu karang di wilayah Perairan Desa Pemuteran. Bahkan, konsep biorock ini sudah mendapatkan penghargaan dari berbagai institusi nasional maupun internasional.
Filosopi Bedalang Nala sebagai ikon BBDF ini seakan mengajak masyarakat untuk terus mencintai alam semesta, tetap menjaga keseimbangan semesta.
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana saat membuka BBDF kedua ini menjelaskan, penyelenggaraan BBDF pada tahun 2106 mengambil tema “Love our Sea” dengan icon Bedawang Nala. Dirinya berharap festival ini bisa memberikan spirit kepada masyarakat untuk terus bisa dan berkelanjutan mencintai alam, khususnya laut sebagai salah satu sumber kehidupan.
“Bedawang Nala merupakan simbol bumi yang akan tetap menjaga keseimbangan alam semesta. Laut sebagai rantai ekosistem alam patut kita rawat dan lestarikan, mari kita cintai laut. Caranya bagaimana ya dengan merehabilitasi terumbu karang berbasis pemberdayaan masyarakat dengan menerapkan metode Biorock. Seperti yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat Pemuteran dan telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Beberapa waktu lalu, kita emndapatkan penghargaan dari UNWTO Award Forum di Madrid, Spanyol. Kedepan hal ini tentunya pasti berimbas pada peningkatan devisa negara,” terang Agus Suradnyana.
Selain itu Bupati Buleleng juga menyebutkan, Anggaran Pemerintah Daerah dalam BBDF tahun 2016 ini sangat minim. Justru, peran dan partisipasi masyarakat yang sangat tinggi. Pengusaha pariwisata di Desa pemuteran memberikan apresiasi yang cukup tinggi terhadap eksistensi BBDF ini.
Di sisi lain, festival ini mampu mempromosikan Buleleng sebagai salah satu kawasan yang memiliki potensi wisata bahari yang layak dikunjungi juga memperkenalkan seni budaya sekaligus merangsang kesadaran dan partisipasi seluruh masyarakat.
“Hal yang paling menarik bagi saya adalah partisipasi Ikatan Pengusaha Pariwisata Pemuteran (IP3) berpartisipasi bersama para tokoh masyarakat menyukseskan acara ini, APBD yang dikeluarkan oleh Pemkab Buleleng sangat minim, tak lebih dari Rp. 300 juta, selebihnya kegiatan ditanggung IP3,” ungkap Bupati Agus.
Dari pengalaman ini, Bupati Buleleng berkeinginan mengadakan festival yang sama di daerah Buleleng timur. Bahkan, bila memungkinkan akan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Karangasem untuk membuat festival dari dua daerah di wilayah-wilayah perbatasan.
“Saya lihat peran aktif masyarakat di wilayah Buleleng timur juga sangat intens ikut menata terumbu karang, ada beberapa kawasan “perawan” yang berada di Buleleng timur akan kita kenalkan, memang untuk pengenalan lebih mudah karena berbatasan langsung dengan destinasi nomor satu di Karangasem untuk dive yaitu kawasan Tulamben, selanjutnya kita bikin kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Karangasem,” pungkasnya.
Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Dr. Ir. Suseno Suko Yuwono mengungkapkan pelestarian terumbu karang yang dilakukan oleh masyarakat Pemuteran bersama Pemkab Buleleng sangat fenomenal. Ini terbukti, bahwa Desa Pemuteran dengan upaya pelestariannya telah mendapatkan pengakuan dunia.
Terumbu karang yang ada di seluruh lautan di dunia kini hanya tersisa 0,2 persen tetapi 0,2 persen ini harus menghidupi 25% seluruh mamalia yang ada di laut. Dan 25% mamalia yang hidup di laut ini sebagian besar dikonsumsi oleh manusia sebagai top predator di akhir rantai makanan, bayangkan jika 25% ini hilang, manusia sebagai top predator juga akan hilang seandainya terumbu karang tidak dilestarikan.
“14 persen terumbu karang di dunia, ada di Indonesia, 5 persen dalam kondisi sangat baik, salah satunya ada di Pemuteran. Sangat luar biasa terobosan yang dilakukakan oleh masyarakat Buleleng dengan merawat kekayaan bahari utamanya terumbu karang yang ada di laut Desa Pemuteran yang kini hadir sebagai salah satu Top Destination di dunia. Pemuteran sudah bukan milik Kabupaten Buleleng lagi, Pemuteran sudah milik dunia coba cek di smart phone cek Buleleng, cek Pemuteran,” ucapnya.
Dirinya juga menyampaikan apresiasi yang diberikan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastutu terhadap peran pelayanan publik Kabupaten Buleleng sehingga Buleleng Bali Dive Festival 2016 dapat kembali diselenggarakan.
Menurut Suseno, festival seni dan budaya maritim sebagai wujud implementasi untuk mendorong perkembangan dan pemberdayaan kelautan yang ada di wilayah pesisir utara Buleleng dan ini sesuai dengan program kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia dalam misi tiga pilar yakni kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan.
Diharapkan Pemerintah Kabupaten Buleleng terus mengawal pelaksanaan program tersebut sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga pencapaian hasil yang nantinya bisa dinikmati langsung oleh masyarakat setempat.
Senada juga disampaikan Direktur Promosi Wilayah Asia Pasifik, Vinsensius Jemadu mengungkapkan, sektor pariwisata, kelautan dan perikanan akan menjadi penyumbang devisa terbesar untuk Indonesia.
Buleleng memiliki ide yang brillian dengan menghadirkan berbagai terobosan baru, mengkolaborasikan antara pariwisata, perikanan dan kelautan hingga melahirkan festival yang memiliki nilai yang luar biasa.
“Disini peran dan antusiasme masyarakat begitu tinggi, tanpa dibantu anggaran APBN Pusat acaranya bisa berjalan, ini sangat luar biasa,” ungkapnya.
Dirinya juga menyebut, Ragam festival yang digelar di setiap daerah bukanlah ajang pesta semata, namun lebih merupakan upaya mengenalkan potensi daerah yang nantinya bisa cikal bakal pariwisata internasional.
“Festival bukan ajang hura-hura, mempertontonkan nyanyian dengan suara gemerlap, namun festival memberi edukasi dan kesaksian kepada masyarakat bahwa festival memiliki nilai terutama dari aspek lingkungan, salah satunya BBDF yang menjadikan Pemuteran menjadi sorotan dan incaran para turis mancanegara, Wonderful,” pungkasnya. |NH|