Singaraja, koranbuleleng.com | Buleleng Mekorot Festival 2016 akhirnya melahirkan jawara baru. Komo sang juara bertahan Mekorot Buleleng Festival 2015 harus mengakui ketangguhan layang-layang milik Janur dari tim Alay yang bermarkas di Banjar Tegal, Buleleng pada babak grand final yang dilangsungkan di stadion Mayor Metra dengan skor tipis 1-2. Janur berhak menyandang gelar sebagai Raja Pekorot 2016.
Partai grand final mempertontonkan pertarungan seru, adu gengsi dihadapan fans pendukung masing-masing club tak terhindarkan. Sorak-sorai penonton yang memadati lokasi menambah keseruan suasana babak grand final turnamen layang-layang yang digelar kedua kali oleh JCI Buleleng.
Tak semudah menaklukkan Ahmad Sugianto asal club balekno yang beralamat di Jalan Jalak Putih, dipertemukan di babak final memperebutkaan gelar raja mekorot 2016 mampu dimenangkan dengan straigh set oleh Janur yang memiliki nama asli Gede Sutada dengan skor telak 0-2.
Berdasarkan kemenangan tersebut dirinya berhak melaju ke babak grand final menantang juara bertahan Buleleng Mekorot 2015 dengan memperebutkan hadiah sebuah cincin sebagai lambang kedigjayaan pendekar mekorot di Kabupaten Buleleng.
“Nggak nyangka bisa menantang Komo juara bertahan raja mekorot di grand final, apalagi menang dengan skor 2-1 seperti saat ini, seperti sebuah mimpi bisa menjadi juara, tidak ada persiapan khusus, memang sengaja saya pancing agar mau mekorot di ketinggian 500 meter, lebih bagus lagi jika di ketinggian 300 meter,” ujar Janur usai penyerahan hadiah Buleleng Mekorot Festival 2016.
Dijelaskannya lagi, angin menjadi faktor utama. Layang-layang ukuran standard untuk mekorot dalam menerbangkan tergantung simpul tali layangan.
“Tergantung tali simpul agar layangan bisa terbang stabil di udara, hari ini saya didukung kecepatan angin jika salah perhitungan layangan putus, benang dan gelasan semua sesuai standard lomba,” pungkasnya.
Menurut Ketua Panitia BMF Anak Agung Wedatama, mekorot merupakan warisan tradisi masyarakat Buleleng. Kegiatan ini digelar untuk melestarikan permainan tradisional terutama layang-layang. Total hadiah yang disediakan oleh pihak panitia mencapai Rp 10 juta.
“Bagi para pemenang kami siapkan hadiah berupa piala, medali dan uang pembinaan, dan spesial untuk kategori Champion yang mempertandingkan Raja Mekorot 2015 dan juga Raja Mekorot 2016 selain hadiah berupa uang pembinaan mereka juga berhak membawa pulang sebuah Cincin. Acara sebagai upaya pelestarian tradisi, permainan modern semakin merebak, permainan tradisional kadang selalu diabaikan. Kami ingin mengubah ‘mind set’ itu dalam benak masyarakat, permainan tradisional menyenangkan kok,” ujar Ketua Panitia Anak Agung Wedatama Putra.
Made suwitama, perintis sekaligus sesepuh layangan mekorot Buleleng yang hadir pada saat penyelenggaraan Buleleng Mekorot Festival 2016 mengharapkan acara ini dapat menjadi event tahunan di Kabupaten Buleleng, karena ajang seperti ini dapat menjadi seleksi bagi para pemain layangan baik anak-anak maupun dewasa untuk mengikuti jenjang event yang lebih tinggi yakni tingkat Provinsi, Nasional bahkan Internasional.
“Semoga JCI konsisten menyelenggarakan setiap tahun, mekorot merupakan permainan tradisional yang membangun jiwa sportifitas,luar biasa jika ini dijadikan kalender resmi tahunan sebab mekorot sangat potensial untuk dikembangkan,” ucapnya.|NH|