Singaraja, koranbuleleng.com | Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng menilai banyak bangunan kantor untuk pelayanan publik belum memenuhi kriteria untuk kepentingan mitigasi bencana alam. Bukan saja bangunan untuk pelayanan publik, namun juga kawasan perumahan yang baru dibangun oleh pengembang juga banyak mengabaikan keselamatan dari bencana alam. Hal itu terjadi, karena saat proses pembangunan fisik tidak melakukan kajian-kajian kebencanaan.
Gedung Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Buleleng dinilai rawan alami kerusakan dari potensi bencana alam seperti gempa bumi. Beberapa tembok bangunan ini sudah terlihat retak-retak, padahal bangunan ini tergolong baru.
Disisi lain, gedung ini juga tidak mempunyai pintu-pintu darurat yang bisa diakses dari berbagai arah untuk jalur evakuasi jika terjadi bencana alam. Kantor ini juga tidak menyediakan alat pemadam kebakaran ringan atau APAR untuk mengantisipasi bencana kebakaran.
Di gedung ini sangat penting untuk meminimalisir korban manusia dan kerusakan dokumen Negara ketika terjadi bencana. BPBD Buleleng telah menjelaskan kondisi itu saat edukasi dan sosialisasi penanganan bencana, Kamis 12 April 2018. BPBD Buleleng juga akan menggelar simulasi bencana di gedung BKPSDM sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan membiasakan ASN menghadapi bencana.
Dalam sosialisasi di kantor BKPSD Buleleng, beberapa peserta bahkan menekankan agar BPBD Buleleng bisa merekomendasikan kepada instansi berwenang ketika mengeluarkan Ijin Mendidirkan Bangunan (IMB), harus ada prasayarat bahwa gedung yang dibangun sudah memenuhi syarat penanganan dan mitigasi bencana. Begitupun untuk kawasan pemukiman baru juga harus melibatkan rekoemndasi kajian-kajian kebencanaan.
“Kita coba untuk koordinasikan dan komunikasn dengan pihak terkait tentang usulan agar saat mengeluarkan IMB ada prasyarat sistem mitigasi bencana yang harus dipenuhi. “ ujar Susila saat ditemui seusai sosialisasi kebencanaan di BKPSDM Kabupaten Buleleng, Kamis 12 April 2018.
Menurut Susila usulan itu cukup baik, karena selama ini bencana tidak bisa diprediksi namun harus dipahami betul oleh masyarakat.
Edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang digelar oleh BPBD sebenarnya untuk membiasakan masyarakat dari berbagai kalangan terbiasa menghadapi bencana. Sehingga masyarakat bisa meminimalisir korban atau melakukan evakuasi secara mandiri.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur menjelaskan, Kabupaten Buleleng menjadi salah satu Kabupaten yang rawan terhadap bencana terutama bencana Gempa Bumi. Apalagi hingga kini, di Bali Utara terdapat tiga titik patahan yang berpotensi menimbulkan bencana gempa bumi, yakni di Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt, dan juga Kecamatan Tejakula.
Menurutnya, yang harus disadari oleh masyarakat ketika adanya bencana khususnya gempa bumi adalah bagiamana semua pihak sadar dan mengetahui sebuah bencana. Sehingga melalui sosialisasi dan simulasi ini, masyarakat paham, bagaimana harus berbuat ketika bencana terjadi.
“Bencana itu sudah pasti akan terjadi. Apalagi di Buleleng dengan topografinya yang nyegara gunung. Namun sekarang, seluruh pihak harus menyadari dan memahami apa itu bencana dan seperti apa kita harus bertindak. Sehingga dengan pengetahuan ini, kita bisa meminimalisir resiko dan juga dampak yang akan ditimbulkan,” jelasnya.
Salah satu yang terpenting harus diketahui oleh masyarakat adalah bahwa kepanikan, merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk menimbulkan korban jiwa. Subur bahkan memberikan contoh Negara Jepang yang memiliki potensi bencana gempa bumi dan tsunami terbesar dan sering terjadi. Namun jumlah korban jiwa disana justru bisa diminimalisir, karena masyarakatnya sudah sering melakukan latihan penyelamatan melalui simulasi bencana.
“Ketika terjadi bencana khususnya gempa, kita harus tenang dan jangan panic. Pastikan dulu diri kita aman dan terselamatkan. Jika sudah aman, baru kita melakukan penyalamatan terhadap orang lain. Karena selama ini banyak korban jiwa bermunculan karena panic ketika ada gempa. Makanya kita berikan pemahaman agar masyarakat tahu,” tegasnya.
Dalam simulasi yang digelar di BKPSDM Kabupaten Buleleng juga melibatkan tim Basarnas dari Pos Desa Patas Kabupaten Buleleng dan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buleleng, Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buleleng. Tim dari Basarnas sempat mensimulasikan pertolongan bagi korban bencana kebakaran yang terjebak didalam gedung. Begitupun dengan Tim dari Dinas Pemadam Kebakaran memberikan pemahaman dan edukasi peralatan pemadam kebakaran di instansi-instansi pemerintahan. |tim|