“Menu Masa Depan”, Realita di Seputar Kita

Singaraja, koranbuleleng.com | Pekerja Seks Komersial atau PSK acapkali dicap negatif, penyebar berbagai keburukan bagi kehidupan duniawi, bagi rumah tangga , bahkan  bagi masa depan sang PSK sendiri. Padahal menjadi seorang PSK, bukan pilihan hidup tetapi karena keterpaksaan.

Karena pilihan untuk bertahan hidup, pilihan untuk mengisi pundi dan celengan, sehingga kadang seorang perempuan terjun paksa menjadi seorang PSK.

- Advertisement -

Pesan itulah yang ditonjolkan dalam pentas teater berjudul “Menu Masa Depan” persembahan Komunitas Mahima di Guntur Corner, di Jalan Buluh Indah 51X Denpasar, 29 Juni 2018. TApi disitu bukan hanya cerita tentang seorang PSK saja, namun realita perempuan lain yang nasibnya sama dengan seorang PSK.

Disitu, ada pula gambaran tentang perempuan yang bekerja sebagai TKI, ataupun penari joged. Perempuan sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) harus malang melintang menyusuri ragam ladang pekerjaan untuk memenuhi pundi ekonomi keluarga. Begitupun, cerita tentang penari joged yang juga kerap mendapat cibiran negativ dari masyarakat.

Ni Putu Devy Agustina, atau akrab disapa Devy Gita terlihat elok memerankan karakter seorang PSK.  Dalam peran itu,  Sang PSK jatuh cinta terhadap tamu yang sering diladeninya. Namun ternyata PSK jatuh cinta itu dilarang sangat, terutama oleh sang Mami.

Sang PSK merasa itu tidak adil, batinnya berkata bahwa seorang PSK juga mempuyai masa depan. PSK berhak untuk jatuh cinta, PSK berhak untuk dicintai dan mencintai. Dia juga berhak dimiliki dan memiliki cinta.

- Advertisement -

“Seorang PSK punya  hak atas dirinya, hak dimiliki oleh laki-laki, mencintai laki laki. Itu pesan dalam teater Menu Masa Depan ini,” ujar Devy.

Senada dengan Devy, sang sutradara Wulan Dewi Sari berkata stigma negatif selalu tertanam di benak masyarakat terhadap kaum perempuan pekerja kelas rendah, seperti profesi PSK.  Padahal setiap manusia termasuk kaum perempuan juga mempunya masa depan yang baik kelak.

Wulan mengatakan garapannya ini terinspirasi dari jalan hidup para  perempuan yang mendapat stigma negatif dari masyarakat.

Melalui aktor-aktornya, Wulan menceritakan kisah hidup para pekerja perempuan dengan keterpaksaan itu.

“Kisah seperti ini banyak sekali terjadi, nyata didekat kita. “ kata Wulan.

Dari cerita ini, Wulan berharap masyarakat bisa merangkul, mengajak mereka dan tidak mencap buruk kehidupan mereka. Agar mereka juga bisa bergaul di masyarakat dengan baik.

Wulan mengatakan garapan teater yang bekerjasama dengan Guntur Corner ini melibatkan kaum perempuan, sesuai dengan tema utama dari cerita ini.

Mulai dari penulisan naskah hingga tata cahaya melibatkan perempuan. Ada 10 perempuan yang terlibat dalam pentas ini.

“Kami ingin perempuan menyuarakan dirinya, mengekspresikan dirinya,. Mulai dari aktor, penulisan naskah melibatkan perempuan. Kami ingin peluang perempuan bisa mengekspresikan dalam ruang yang lebih luas di dalam teater.”  tambah Wulan.

Sebenarnya tidak terlalu banyak persiapan yang dilakukan sebelum pementasan Menu Masa Depan di Guntur Corner. Devy Gita, sang aktris mengaku bahkan hapal naskah baru pada H minus 3.

“Kadang terkendala kita bekerja, jadi latihan intensif hanya satu minggu,lalu reading hanya dua mingguan.“  ungkap Devy.

Intensitas pertemuan diantara mereka yang terlibat garapan ini terbilang sangat jarang. Namun, bekal mereka yang sudah terasah dalam bidang teater membuat pementasan ini tetap luar biasa.

Devy, selama bermain teater sudah sebanyak tiga kali memerankan tokoh PSK, sehingga liak-liuk karakter PSK diketahuinya secara detil.

“Apalagi ini fenomena sosial yang terjadi setiap hari, jadi kita lebih paham saja,” ujarnya.

Pemilik Guntur Corner, Anak Agung Mirah Ariani sendiri merasa pementasan teater ini sangat luar biasa. Naskah yang diadaptasi dari kumpulan puisi miliknya, begitu terdengar mempesona di tangan Wulan.

“Saya orang yang sangat awam dengan teater, namun ditangan Wulan narasinya sangat indah didengar,” ujarnya.

Mirah berharap, banyak lagi anak muda yang bisa mencintai dunia peran melalui aksi-aksi teater. |NP| Gede Angga|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts