Kisah Ega dan Sang Ibu, Keluarga Penerima PKH Dengan Cita-cita Mulia

Singaraja, koranbuleleng.com | Pagi itu, Desak Kadek Ega Dewi, sedang menghitung produksi pengananan kue tradisional yang dibuat sang ibu, Jero Nyoman Resika. Ega , gadis muda yang selalu taat dan patuh terhadap orang tuanya.  Desak Kadek Ega Dewi, 19 tahun, adalah anak istimewa dengan segala kerja kerasnya.

Dia, anak pasangan suami istri dari Dewa Nyoman Suarta, 55, dan Jero Nyoman Resika, 50, warga Banjar Dinas Pegayaman Desa Temukus, Kecamatan Banjar.  Pasangan suami istri ini adalah salah satu keluarga penerima manfaat dari Program Keluarga Harapan (KPM PKH) di Kecamatan Banjar.  

Ega dan Ibunya Jero Nyoman Resika bersama Tim pendamping PKH Banjar, Komang Trisna Sari Dewi dan Supervisor Dewa Pratama
- Advertisement -

Apa yang istimewa dari Ega dan keluarganya yang sederhana ini? Ega kini berstatus sebagai mahasiswa jurusan Akuntansi di Universitas Pendidikan ganesha (Undiksha) Singaraja. Tentu semangatnya untuk meraih pendidikan tinggi adalah sebuah keistimewaan. Dia mempunyai pemikiran yang baik untuk merubah kehidupannya melalui pendidikan.

Disisi lain, orang tuanya juga mendorongnya sangat kuat agar Ega bisa menempuh pendidikan tinggi. Kerja keras dilakukan demi sang anak. Keluarga ini mempunyai cita-cita dan pemikiran yang baik untuk memberikan masa depan lebih gemilang bagi anak-anaknya. Seperti itulah salah satu output dari Program Keluarga Harapan.

PKH memberikan solusi yang baik bagi keluarga ini. Dari bantuan uang yang didapatkan oleh keluarga Dewa Nyoman Suarta dan Jero Nyoman Resika, bantuan itu dikelolanya dengan baik. Selain untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan bagi-anak-anaknya, mereka mengelola bantuan itu untuk modal usaha rumahan berupa usaha penganan atau jajan tradisional Bali yang dipasarkan di desanya.   

Dari cerita Jero Resika, sebelum mendapatkan bantuan PKH, keluarganya morat-marit, teramat susah ekonominya. Jero Resika pernah menjadi buruh pabrik di desanya. Penghasilannya kala itu hanya Rp20.000 perhari, sedangkan suaminya hanya buruh serabutan. Jika mendapat pekerjaan, suaminya Dewa Nyoman Suarta hanya bisa mendapatkan bayaran bersih senilai Rp25.000 perhari.

- Advertisement -

Untuk hidup lebih baik, Jero Resika memutuskan diri berhenti bekerja dan memilih untuk membuat usaha rumahan. Kebetulan, ketika keputusan dirinya berhenti bekerja, keluarganya sudah menjadi salah satu warga penerima bantuan PKH. Hal itu memudahkannya untuk mengelola usaha yang dirintisnya. Sementara suaminy akini bekerja di sebuah usaha furniture, dan pendapatannya yang didapat juga lebih baik.

Jero Resika merasa bersyukur karena pemerintah memberikan bantuan PKH bagi keluarganya. Bantuan PKH ini mengangkat derajat hidupnya dan masa depan anak-anaknya.

“Saya bersyukur dengan bantuan PKH ini. Coba kalau dulu tidak mendapat bantuan PKH ini, saya pasti pasrah saja apalagi Ega dan adiknya minta beli sepatu untuk sekolah, beli tas, belum lagi uang sangu. Jadi bantuan PKH ini sangat membantu,” tutur Jero Resiko saat ditemui di rumahnya.

Jero Resika mendapatkan bantuan PKH senilai Rp.1.890.000 per tahun. Bantuan itu digunakan untuk keperluan anak-anaknya.

“Seperti kemarin adiknya Ega, Dewa Mang minta beli sepatu, pas sekali saat itu bantuannya akan cair, saya bilang antos buin kejep pang bantuane pesu ajak meli sepatu. Jadi bantuan social ini benar-benar kami rasakan manfaatnya.Sisanya untuk modal usaha,” lanjut Jero.

Dana itu dikelola dan diputar dengan baik. Ega, yang tahu seluk beluk akuntansi juga membantu orang tuanya menjalankan usaha orang tuanya.

Ega merasa jalan hidupnya saat ini tidak bisa dilepaskan dari kerja keras orang tua dan bantuan dari PKH.

Dari kondisi yang lebih baik ini, Jero Resika terus mengucap syukur atas kehidupannya hari ini.

“Saya tidak tahu lagi, sangat berterima kasih kepada Kementerian Sosial RI, pemerintah memberikan bantuan dan beri manfaat nyata untuk saya dan keluarga apalagi 2019 ini bantuannya bertambah” uangkapnya.

Cerita Ega Masuk Kampus Negeri

Desak Kadek Ega Dewi anak pertama dari tiga bersaudara, saat dikunjungi dirumahnya oleh Pendamping PKH Komang Trisna Sari Dewi dan Pekerja Sosial Supervisor PKH Dewa Pratama, menceritakan perasaanya sebagai anak peserta PKH yang kini mampu melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi Negeri.

Cengkrama tim Pendamping PKH Trisna Sari Dewi bersama Desak Kadek Ega Dewi

“Keluarga saya memang keluarga yang kurang mampu, tapi saya punya cita-cita kuliah dan kelak mendapatkan pekerjaan yang baik,” ucap Ega.

Mahasiswi Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) jurusan akuntansi ini menceritakan menjelang waktu pencairan dana bantuan PKH, dirinya dan adiknya sangat senang bisa beli perlengkapan sekolah. Kala itu, ketika ia masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Ketika Ega SD, orang tuanya hanya berpenghasilan seadannya. Bahkan ketika SMP uang gedung dan uang seragam pun dibiayai oleh pamannya. Beruntung karena prestasi dan kecerdasannya Ia diterima di SMAN Bali Mandara. Bahkan disetiap jenjang pendidikan, gadis berusia 19 tahun ini selalu menjadi juara kelas.

Saat di SMAN Bali Mandara ia mengikuti program fast-track yaitu program percepatan studi, “Saya sadar dengan kemampuan saya, jika saya lulus dalam waktu tiga tahun maka akan jadi siswa biasa, tapi jika lulus dalam waktu dua tahun saya akan menjadi siswa yang luar biasa” ujarnya.

Tamat dari SMAN Bali Mandara, Ega mendapatkan beasiswa BIDIKMISI di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Dia sudah menjalani 5 semester perkuliahan tanpa mengeluarkan biaya karena sudah ditanggung dengan beasiswa.

Selanjutnya haparan mahasiswi ini setelah lulus mendapatkan pekerjaan dan membantu orangtuanya menyekolahkan adik adiknya supaya bisa mengikuti jejaknya.

“Bagi saya PKH ini sangat membantu keluarga saya, terutama bekel sekolah saya dan adik-adik saya. Disini saya termotivasi jika keluarga miskin seperti saya mampu menjadi sarjana,” katanya.

Sementara Pendamping Sosial PKH, Komang Trisna yang kerap disapa Ocip mengungkapkan bahwa selama mendampingi keluarga pasangan Dewa Nyoman Suarta dan Nyoman Resika banyak yang bisa diteladani dari kerja keras dan jalan pemikiran mereka demi masa depan anak-anaknya.

“Keluargan ini memang kelihatan sekali sangat berusaha supaya bisa keluar dari kemiskinan, cara berpikir tentang masa depan pendidikan anak, dan tekad yang dilakukan oleh keluraga untuk keluar dari zona kemiskinan sangat besar,” ucap Trisna.

Penulis: Dewa Putu Pratama, S.Tr.Sos  (Peksos Supervisor PKH Kab.Buleleng, Bali)

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts