Singaraja, koranbuleleng.com | Lahan yang tandus di Buleleng berpotensi digarap menjadi wilayah pertanian organik. Hasil penelitian dari Universitas Udayana menyatakan bahwa lahan yang tandus bisa digarap dengan baik melalui pola pertanian organik. Sementara Pemkab Buleleng akan menyiapkan infrastruktur berupa irigasi tetes untuk pengembangan potensi pertanian organik itu.
Dalam seminar deseminasi hasil penelitian, Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Udayana DR. Ir. Ni Luh Kartini,M.S, mengatakan, lahan kering yang kekurangan air harus dikelola dengan sistem organik mengingat Buleleng memiliki lahan kering yang cukup luas.
“Melalui sistem pertanian organik nilai yang dihasilkan tidak menurun sehingga tidak mempengaruhi harga pemasaran” ujar Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Ni Luh Kartini, saat seminar Diseminasi hasil peneletian pertanian di Kabuaten Buleleng, Senin 16 Desember 2019 di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.
Lebih lanjut Ni Luh Kartini menambahkan masalah yang paling sering ditemui dalam kasus-kasus pertanian adalah panjangnya rantai pasar pendistribusian hasil pertanian.
Sehingga harga yang ada di petani dengan distributor cenderung berbeda jauh. Solusinya, kata Kartini harus ada pendampingan kepada petani untuk membuka konektifitas ke distributor.
“Petani itu harus didampingi dari hulu hingga hilir, sehingga sebagai pendamping melihat apa yang perlu ditanam, apa yang bisa dijual dan siapa yang akan membeli, Jika sudah pasti ada yang membeli baru kita ajak mereka menanam dan ini pun harus kita dampingi dengan teknologi. Kami bekerjasama dengan Dinas Pertanian sehingga tidak lagi melalui pihak ketiga dalam penjualan hasil pertanian,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Ir. I Made Sumiarta menjelaskan lahan tandus di Buleleng mencapai sekitar 45 ribu hektar, tersebar di daerah kecamatan Gerokgak, Kubutambahan, dan Tejakula.
Made Sumiarta menambahkan dari 45 ribu hektar lahan yang tersedia sebagian besar sudah dimanfaatkan untuk pertanian organik, namun belum optimal. Ada sekitar 30 ribu hektar yang sudah berisi tanaman holtikultura dan tanaman pangan yang terdiri dari palawija, jagung, kacang tanah dan beberapa tanaman yang berpotensi dilahan kering.
“Pola kerja sama dengan Universitas Udayana, nantinya apa yang menjadi hasil-hasil penelitian Universitas Udayana akan kita terapkan di tingkat pertanian sehingga pemasaran hasil pertanian semakin baik,” ujar Sumiarta.
Untuk mendukung program-program pertanian teknologi organik, Dinas Pertanian akan menyediakan infratruskstur yang paling penting untuk daerah lahan yang kering yaitu pemanfaatan air. Dinas Pertanian sudah mengupayakan pembuatan irigasi tetes untuk mengelola air yang terdistribusi ke akar ke akar tanaman, baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar.
“Untuk penghematan dan pengelolaan air salah satunya dengan cara system irigasi tetes, kita sudah punya dan kembangkan melalui balai benih terpadu yang akan diaplikasikan di tahun 2020,” imbuh Made Sumiarta. |ET|