Pemerintah Gandeng Komunitas Petani Serap Produksi Pupuk Kompos

Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) berbasis Reduce, Reuse, Recycle (3R) di Desa Sudaji. TPS3R ini merupakan sistem pengelolaan dan teknologi pengolahan sampah sebagai solusi dalam mengatasi persoalan sampah dan dampak yang ditimbulkannya. |FOTO : arsip koranbuleleng.com|

Singaraja, koranbuleleng.com | Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng (DLH) bekerja sama dengan Petani Muda Keren untuk menyerap produksi pupuk organik dari masing-masing TPST 3R  atau Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle. Saat ini tercatat ada 28 TPST 3R yang tersebar di 9 kecamatan di Buleleng.  

- Advertisement -

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, permasalahan yang timbul ketika ingin mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos adalah aspek pemasaran. Agenda Focus Group Discussion (FGD) dilkaukan untuk mencari solusi pemasaran ini agar serapan pupuk kompos yang dibuat TPST 3R  bisa teratasi.

“Kita carikan solusi, sehingga hasil pupuk kompos bisa dibeli Petani Muda Keren. Nantinya tidak terus saja di suruh bikin kompos namun tidak ada yang menyerap, kan jadi menumpuk. Dengan adanya FGD ini permasalah sulitnya pupuk kompos itu diserap bisa diselesaikan.” Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Putu Ariadi Pribadi usai mengikuti Focus Group Discussion (FGD), Rabu 22 Juli 2020.

Produksi kompos di masing-masing TPST 3R saat ini bisa mencapai 2 ton per bulan. Namun dengan kurangnya serapan maka semangat pengelola TPST 3R untuk mengolah kembali sampah organik menurun. Selain itu, juga terjadinya penumpukan terhadap kompos itu sendiri.

Dinas Lingkungan Hidup menggelar diskusi dengan Komunitas Petani Muda Keren untuk penyerapan pupuk kompos

”Mudah-mudahan dengan sudah ada kejelasan menambah motivasi dan semangat dari teman-teman untuk keberlanjutan membuat pupuk kompos, sehingga produksi bisa ditingkatkan lagi.” imbuhnya

- Advertisement -

Selain itu, pengolahan sampah menjadi pupuk kompos adalah salah satu cara untuk mengurangi volume sampah yang ada. Selain bermanfaat untuk pertanian juga dapat memberikan nilai ekonomis.

“Kegiatan mengolah pupuk kompos ini adalah mendukung program pengurangan sampah, sehingga sampah yang masuk ke TPA Bengkala berkurang. Nanti sampah yang ada di Bengkala hanya sampah residu saja atau sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi,” pungkasnya

Sementara itu, Ketua Komunitas Petani Muda Keren Buleleng Anak Agung Gede Agung Wedhatama mengatakan, pupuk kompos organik yang dibutuhkan di komunitas yang beranggotakan 600-an petani  ini mencapai 100 ton setiap bulannya. Pihaknya juga akan menyerap kompos hasil pengolahan TPST 3R yang ada di Buleleng. Sebelumnya, pihaknya telah mengambil pupuk kompos di TPST 3R Kalibukbuk hingga mencapai 3 ton. 

“Untuk TPST lain kami semangati untuk membuat bahan pupuk organik yang baik dengan memilah sampahnya yang baik. Sehingga bisa kami ambil dan fermentasi lagi dengan mikroorganisme dan campuran nutrisi lain dalam waktu 21 hari,” katanya

Sedangkan untuk masalah harga kompos yang akan diserap Petani Muda Keren, Agung Wedathama menyebut akan melakukan diskusi kembali untuk menemukan angka yang tepat.   

”Kalau yang di Kalibukbuk kemarin kita beli 1000 rupiah per kg , masalah harga nanti kedepan kita akan ketemu lagi kesepakatan TPST masing-masing, karena ini bukan pekerjaan dengan jangka pendek, namun jangka panjang karena sampah ada sepanjang tahun,” pungkasnya. |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts