Petani Panen Bawang Putih di Wanagiri. Bupati : Tidak Boleh Masif

Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana panen bawang putih di klaster Desa Wanagiri |FOTO : Istimewa|

Singaraja, koranbuleleng.com | Ketut Sandi, sumringah. Petani yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Manik Pertiwi, Desa Wanagiri, di Kecamatan Sukasada ini sedang panen bawang putih di demplot miliknya. Beberapa petani yang membudidayakan bawang putih juga akan melakukan panen beberapa hari kedepan.

- Advertisement -

Bank Indonesia, membina kelompok tani ini untuk membudidayakan bawang putih dengan pola organik diatas total luasan lahan  5 hektar. Lahan tersebut dijadikan sebagai klaster pertanian bawang putih sejak tahun 2017. Untuk tahun ini, bawang putih di panen setelah empat bulan dirawat sejak masa penanaman awal.  

Menurut Sandi, tahun ini sudah masa panen ketiga kalinya. Bawang varietas lumbu hijau ini pada tahun pertama mencapai produksi 7, 5 ton per hektar, tahun kedua 7,8 ton per hektar. “Dan tahun ini, kita panen sebanyak 26 ton per hektar,” ujar Sandi.

Selain Ketut Sandi, ada juga petani lain. Wayan Sujati yang akan memanen bawang putihnya. Dia menanam diatas lahan sekitar 30 are. Namun area tanamnya diselingi tanaman hortikultura lainnya, seperti sayur-sayuran.  

Tetapi Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana justru menegaskan agar pembudidayaan pertanian bawang putih ini tidak boleh masif dilakukan karena akan mengancam lingkungan dan ketersediaan air.

- Advertisement -

Itu disampaikan ketika menghadiri panen bersama bawang putih di Desa Wanagiri, bersama Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho, Anggota DPR RI Komisi XI I Gusti Agung Rai Wirajaya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana,M.Si., Forkompinda Buleleng, dan Anggota Kelompok Tani Manik Pertiwi.

Justru di masa depan, kata Agus Suradnyana wilayah Desa Wanagiri dan sekitarnya akan ditanami tanaman keras untuk mengembalikan fungsi lingkungan seperti semula. Prosentasenya, 75 persen tanaman keras seperti tanaman kopi, tanaman nangka dan 25 persen tanaman hortikultura seperti sayur, bawang maupun bunga.

“Nanti kita cari jalan keluar. Saya ingin lahan di Wanagiri ini 75 persen diisi tanaman keras, yang 25 persen boleh diisi bawang putih atau bunga. Supaya ada kontribusi ketersediaan air pada daerah di bawah,” kata Agus.

Agus mengaitkan dengan review rencana tata ruang Provinsi Bali. Nanti di tingkat kabupaten Buleleng akan dibuat rencana detail tata ruang kawasan. Dalam aturan itu akan dibicarakan tentang landuse building dan landuse farming.

“Jadi landuse farming penting, tanaman apa yang harus ditanaman sesuai kondisi geografi dan topograpi. Kita paksakan itu dengan Perda.” ujar Agus Suradnyana.

Yang jelas, kata Agus, harus ada nilai lebih dari pertanian. “Ini bawang putih bagus, tapi tidak boleh masif ya,” tambahnya.

Agus mengatakan tahun ke depan akan fokus pada pembangunan pertanian. Semua akan diatur dengan regulasi yang jelas. Banyak investor lokal yang membeli tanah di wilayah Desa Wanagiri dan sekitarnya, namun ditelantarkan. “Disini banyak tanah diinvestasikan, ini akan saya tertibkan. Kalau mereka tidak mau buka investasi pertanian, atau didiamkan  saja tanahnya akan saya pungut pajak tinggi,” ucapnya.

Disisi lain, Kadis Pertanian I Made Sumiarta menjelaskan sejumlah desa di Buleleng berpotensi besar untuk pembudidayaan bawang putih dan bawang merah. Diantaranya, Desa Wanagiri,Desa Bontiing, Desa Pakisan, Desa Banyuatis, Desa Gesing, Desa Gobleg, Desa Munduk, Desa Uma Jero dan Desa Bengkel.

“Kendalanya biasanya musim serta biaya yang sangat tinggi untuk pertanian bawang putih ini,” ucapnya.

Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng akan memfasilitasi pembukaan pasar bawang putih dari produksi bawang putih lokal di Buleleng.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali, Trisni Nugroho mengatakan potensi pasar bawang putih di Indonesia sangat luas. Pasar perdagangan antar daerah sangat terbuka dengan hal ini.

“Perusda di Jakarta perlu barang, perlu bawang merah bawag putih. Kalau Bali bisa produksi bisa produksi pasti diterima, asal harga masuk deh. Perdagangan antar daerah lah tapi kita fokus perdagangan antar Bali dulu deh dari produksi Bali,” kata Trisno. |NP|  

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts