Jurnalis Nusa Bali, Jro Made Sudirta semasa hidupnya saat bertugas menjadi wartawan pernah mengikuti pelatihan penyelaman |FOTO : Made Suartha|
Singaraja, koranbuleleng.com| Salah satu kawan Jurnalis di Singaraja, Made Sudirta, meninggal dunia. Pria 47 tahun ini, menghembuskan nafasnya yang terakhir di Rumah Sakit Bali Med, Singaraja, Selasa 11 Agustus 2020 sekitar pukul 09.00 wita.
Pria yang akrab disapa Jro, juga ngayah sebagai seorang Pemangku di Pura dari Dadia atau keluarganya, meninggalkan seorang istri, Ketut Ayu Widiastuti dan kedua buah hatinya Putu Satya Prabata Wiguna, dan Made Kania Praba Swari.
Semasa hidupnya, Made Sudirta lebih aktif menulis berita tentang politik. Gaya pemberitaan politiknya banyak menjadi referensi bagi sejumlah media dan politisi di Buleleng.
Dalam pergaulan sehari-hari, juga bersahaja. Jro tak pernah membeda-bedakan pertemanan. Apalagi dengan wartawan muda, dia selalu membimbing. Almarhum sering berbagi pengalaman, tentang bagaimana menulis berita yang baik, bagaimana menjadi seorang wartawan yang baik, yang selalu berpegang teguh pada kode etik jurnalistik. Dialah, salah satu wartawan terbaik yang dimiliki oleh media massa Nusa Bali.
Jro, sakit sebelum meninggal. Dia sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit. Namun pernah sembuh dan sempat menunaikan tugas sebagai Jurnalis. Pria kelahiran 6 Juli 1973 ini dilarikan ke RS Bali Med setelah sempat alami muntah darah dan tidak sadarkan diri sekitar pukul 04.00 wita.
Ketut Ayu Widiastuti menuturkan suaminya mendiang suaminya awalnya mengalami sakit pada tangan kirinya hingga seperti melepuh pada awal Maret 2020 lalu. Kondisi itu menyebabkan Jro Made harus istirahat dari pekerjaan. Belakangan pada pertengahan Mei lalu, kondisinya kian membaik hingga akhirnya sempat bisa bekerja kembali.
Namun seingat kawan-kawan Jurnalis di Buleleng, Jro Made hanya terlihat melakukan liputan sehari, setelah itu kembali dikabarkan sakit.
“Pada awal Juni lalu justru giliran pinggangnya yang mengalami sakit. Sulit bangun. Aktivitasnya lebih sering di tempat tidur saja, tidak bisa bekerja. Ga ngerti saya sakitnya,” tutur Widiastuti.
Sejak saat itu, Jro Sudirta harus istirahat total dan tidak bisa melakukan aktivitas, dan menghabiskan sebagian waktunya dari atas tempat tidur. Ditengah kebingungan itu, Widiastuti tetap menjaga dan merawatnya. Pihak keluarga tidak pernah menyerah untuk proses penyembuhan terhadap Jro Made Sudirta.
Pengobatan medis dan alternative sudah dijalani. Bahkan terakhir kali untuk memastikan penyakitnya, Jro Made Sudirta sempat menjalani tes lab secara menyeluruh di Prodia. Dan hasil secara medis, sama sekali tidak menunjukkan gejala penyakit.
“Hasilnya tidak ada apa, memang sempat dibilang dokter saat dirawat terakhir di Bali Med, kemungkinna saraf kejepit dan melemahnya otot di bagian pinggang, tetapi terakhir saat dibawa hasil lab oleh dokter spesialis dibilang semuanya baik dan dianjurkan untuk menempuh pengobatan alternatif,” ujarnya.
Tepat hari Minggu, 9 Agustus 2020 lalu, Jro Made Sudirta seperti memberikan pertanda tentang akhir hidupnya. Menurut Widiastuti, Suaminya meminta agar jenggot dan kumisnya dicukur. Lalu, Senin malam, Ia memanggil anak Bungsunya Kania. “Kania disuruh salim, kemudian dikasi uang seratus ribu,” kenang Widiastuti. Dia tidak menyangka jika itu adalah sebuah pertanda dari suaminya tercinta.
Saat ini, jenazah Jro Made Sudirta masih disemayamkan di ruang jenazah RSUD Kabupaten Buleleng. Rencananya, Jumat, 14 Agustus mendatang, jenazahnya akan disemayamkan di rumah duka di Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan.
Selamat jalan Bli Jro, semoga Damai!