Dari Tangan Perempuan Tua, Saab Mote Tetap Eksis

SAAB Mote – buah karya tangan dari perempuan-perempuan Desa Nagasepaha, Kecamatan/Kabupaten Buleleng – Bali ternyata sampai saat ini masih tetap bertahan meskipun semakin banyak gempuran model kerajinan saab yang cukup menarik. Bisa jadi model saab ini bertahan karena bentuknya klasik dengan motif dan warna beranekaragam, mengingatkan masa lalu dan sudah menjadi ikon.

Singaraja, koranbuleleng.com| Made Rasmi,75 salah seorang pengerajin Saab Mote dari Desa Nagasepaha. Sejak 35 tahun lalu, perempuan yang sudah memasuki usia senja ini masih giat menggeluti pekerjaannya sebagai  pengerajin Saab Mote.

- Advertisement -

Karena sudah mendarahdaging, justru kegiatannya memberikan energi positif kepada perempuan yang sudah mulai rabun ini. ‘’Saya tidak bisa diam. Justru kalau diam mata saya berair, rabun dan lesu, Tapi kalau sudah begini, duduk sambil bekerja mata saya terang, tenaga saya pulih kembali,’’ungkapnya.

Diakui Made Resmi saat ini tidak bisa active seperti dulu. Tapi tangannya sangat cekatat memainkan jarum sambil mencari lobang-lobang mote yang kecil-kecil, setelah itu diratukannya di lembaran-lembaran daun rontal. Prosesnya cukup rumit kalau yang belum terbiasa. Tapi bagi Made Rasmi, membuat saab mote sudah menjadi bagian dari hidupnya. Tidak peduli matanya sudah mulai rabun atau kondisi tubuhnya mulai menurun, yang dipikirannya berkereasi selama hidup bisa bermakna.

Hampir semua perempuan di keluarganya bisa membuat saab mote. Bagaimana tidak sejak anak-anak mereka sudah dikenalkan kerajinan ini. Salah satu anak perempuannya Luh Sumeti,55 juga menekuni kegiatan yang sama.

‘’Kami biasa setelah memasak, mengurus rumah, memberi makan hewan peliharaan, mengurus keperlua anak-anak atau keluarga – sambil duduk, ngobrol bekerja membuat saab. Seperti tradisi. Lumayan sehari bisa menyelesaikan 2 sampai 3 saab atau bahkan satu saab. Ini pekerjaan sampingan yang tidak menyita waktu dilakukan setelah kegiata rumah tangga,’’ jelasnya.

Perempuan tua, Made Rasmi masih setia membuat saab mote yang sudah ada sejak turun temurun dan sampai kini masih eksis |FOTO : Alit Kertaraharja|
- Advertisement -

Kebiasaan tersebut membuahkan hasil, paling tidak perempuan-permepuan yang biasanya senang ‘bergosip’ usai mengurus kegiatan rutin, tapi justru mereka memiliki kegiatan tambahan dan menghasilkan uang tambahan. HIngga Desa Nagasepaha dikenal sebagai sentra indsutri kerajinan saab mote.

Penghasilan tambahan warga ini juga dirasakan meme Midri,80 tahun. Sejak muda dia mengaku tidak bisa membuat Saab Mote, tetapi ahli dalam marketing. ‘’karena saya suka keliling, suka jualan keliling,  Jadi saya manfaatkan potensi desa ini ke luar Buleleng. Saat masih bisa berjalan, meme sering memasarkan hasil produk ke Kabupaten lain. Seperti Kelungkung, GIanyar daan kota-kota lainnya.’’katanya. bahkan sampai saat ini masih punya chanel pemasaran di luar daerah. ‘’sampai sekarang meme selalu punya stok saab, kalau ada yang datang mencari selalu tersedia.’’ungkapnya.

Desa Nagasepaha terkenal sebagai sentra industry kercil penghasil kerjaninan nare dan saab mote. Karena keunikannya bentuk jerajinan ini bertahan sampai sekarang.  Saab morte ini pernah menjadi trend saat itu khususnya terhadap kaum hawa khususnya di Buleleng ,  seiring dengan perkembanganny Saab Mote ini malah sudah berkembang terus hampir diseluruh  Bali.

Fungsi Saab Mote bukan hanya sebagai ‘penutup’ khusus untuk kegiatan keagamaan, kegiatan adat ataupun kegiatan kemanusiaan yang bersifat resmi dan sacral. Sebagai contoh untuk menghormati tokoh masyarakat, saat menyajikan makanan atau minuman akan terlihat lebih sopan, lebih bermakna penutupnya saab. Saab Mote atau sab-saab lainnya juga dipergunakan sebagai penutup tempat ‘delokan’  atau nare ke tempat yang memiliki upacara atau gawe.

Biasanya saat ‘medelolakan’ masyarakat Bali khususya perempuan menjinjing ‘nare’ di dalamnya berisi sembako – berupa beras, kopi, gula dan lain-lain. Pentupnya adalah saab, tapi sebelum ditutup saab biasanya terlebih dahulu ‘Nare’ yang sudah diisi sembako ‘delokan’ dilindungi atau sejenis pelapis dengan memakai kain rajutan dari benang wool – dia atasnya baru ditutup dengan saab. Perkembangannya Saab Mote ini juga dipergunakan seagai seni dekorasi, mempercantik ruangan tamu atau ditempatkan di sudut-sudut tertentu.  

Saab Mote dibuat dari daun rontal yang dibungkus dengan kaib bludru. Untuk mempercantik diisi dengan pernak-pernik berupa mote dan anke ragam lainnya. Mote putih yang dirajut di daun lontar yang dilapisi beludru dirajut membentuk sebuah garis sket atau pola, sementara mote warna warni sebagai pemanis sekaligus pewarna sehingga membentuk gambar. Hasilnya adalah karya yang indah yang bisa dipergunakan untuk acara sacral ataupun untuk hiasan dekorasi di dinding rumah.

Peoses pembuatannya seorang ahli bisa menghasilkan kerajinan hingga 5 buah per hari. Tapi kebanyakan mereka bekerja paruh waktu dengan hasil prosuksi 1,5 buah per hari. Harganya berpasiasi, Antara Rp20 ribu sampai Rp50 ribu tergantung ukuran dan motif. Biasanya saab mote dipadu dengan ‘nare’ untuk acara ‘medelokan’. (*)

Pewarta : Alit Kertaraharja

Editor : Putu Nova A.Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts