Singaraja, koranbuleleng.com| Kepala Bagian Pengawasan dan Humas Sekretariat DPRD Buleleng Made Supartawan sempat divonis COVID-19 dan harus menjalani isolasi untuk terapi. Ia dinyatakan terkonfirmasi positif pada Oktober 2020 lalu.
Mantan Kabag Humas Setda Buleleng ini berbagi tips untuk meningkatkan imun tubuh selama dinyatakan positif COVID-19. Selain minum vitamin dan mengkonsumsi makanan yang sehat, selama isolasi dia juga melakukan olahraga secukupnya dan berjemur dibawah terik matahari pagi. Namun selain itu, dia juga mengkonsumsi herbal, yang disebut loloh daun intaran.
Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan lamanya memang menjadi hal yang meresahkan serta menggelisahkan. Terlebih lagi ketika dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19, akan memberikan beban tambahan pada pikiran. Sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan, ketika menjadi seorang pasien positif, maka mau tidak mau harus dikarantina. Tinggal terpisah dari keluarga dan tidak boleh dibesuk.
Tak jarang hal tersebut malah membuat sebagian orang yang positif COVID-19 mengalami tingkat stress yag tinggi. Sehingga berimbas pada menurunnya imun tubuh. Setidaknya hal itulah yang dirasakan Kabag Pengawasan dan Humas DPRD Buleleng Made Supartawan.
Supartawan tidak tahu persis, dimana tertular. Tapi dia sempat melakukan kunjungan kerja ke luar daerah sebelum dinyatakan positif.
Setiba di Buleleng, Supartawan mendampingi para anggota DPRD Buleleng untuk melakukan uji usap atau test swab berbasis PCR. Hasilnya diketahui jika ada sembilan orang Anggota Dewan yang terkonfirmasi positif. Ia kemudian harus mengikuti uji usap, karena masuk dalam kategori kontak erat. Hasilnya, Ia juga dinyatakan positif. Padahal, ia tidak merasakan gejala apapun. Kondisi tubuhnya saat itu pun dirasakan sangat sehat.
“Ketegangan ada, kepanikan ada, keheranan juga ada karena saya sehat kok positif. Ketegangan karena ini bukan menyangkut sendiri, tapi saya punya anak, istri dan keluarga, itu yang membuat panic dan tegang,” tuturnya Senin, 21 Desember 2020.
Setelah dinyatakan positif, Ia kemudian harus menjalani karantina secara terpusat di fasilitas yang disiapkan Pemerintah Provinsi Bali di Denpasar sejak 4 Oktober. Sementara untuk anak-anak dan Istrinya, diminta untuk menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari.
Menjalani karantina di Denpasar, tidak banyak yang bisa dilakukan. Aktivitasnya pun rutin hanya menonton televisi, atau bermain dan mencari informasi tentang COVID-19 pada handphone miliknya.
“Setiap pagi itu ke loby cek suhu dan kesehatan, ngambil sarapan madu dan vitamin C, jam sembilan kita dapat makanan ringan, jam dua belas makan siang, jam 6 makan malam. Kemudian disana ada salah satu lantai agak terbuka, boleh melakukan aktivitas berjemur dan olah raga tetap dengan prokes,” jelas Supartawan.
Rasa jenuh sudah pasti menghampirinya, karena harus menjalani karantina sementara kondisi tubuhnya sangat sehat. Pun Supartawan selalu mengusir rasa bosan itu untuk selalu berpikir positif dan tenang. Hal itu memang harus dilakukan agar imun tubuh tetap terjaga.
Selain tetap berpikir positif dan tenang, salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat segera terbebas dari virus corona dalam tubuhnya adalah dengan mengkonsumsi madu dan vitamin C secara rutin. Hingga kemudian, Supartawan bertemu dengan teman sesame pasien yang berasal dari Desa Les, Kecamatan Tejakula. Temannya terbilang menjalani karantina dalam waktu singkat. Hanya dua hari hingga dinyatakan negatif dan diizinkan pulang oleh Tim Medis.
“Dia itu minum jamu daun intaran, dan setelah dua hari sudah dibolehkan pulang. Kebetulan jamunya masih sisa dan diberikan kepada saya. Jamu itu saya minum secara rutin,” kata Supartawan.
Setelah minum jamu berbahan daun intaran itu, hasil uji usap miliknya pun kemudian hasilnya negatif pada 8 Oktober. Namun, Ia belum diperbolehkan pulang. Jamu itu kemudian tetap diminum walaupun hasil uji usapnya sudah menunjukkan negative. Hingga kemudian keesokan harinya dilakukan uji usap kedua hasilnya kembali negatif, dan Supartawan merasa lega karena diperbolehkan untuk pulang.
“Tidak ada obat khusus yang diberikan. Selain madu dan vitamin C, ya saya meminum jamu intaran itu. Memang sebelum menjalani karantina ada teman yang menyarankan saya mengkonsumsi jamu intaran, karena saya lupa bawa dari rumah, tidak sempat minum. Untuk ada teman satu karantina yang memiliki. Dan saya yakini jamu itu meningkatkan imun tubuh saya,” ujar Supartawan.
Setelah kembali ke rumahnya, Supartawan tidak serta merta bisa langsung bebas ke luar rumah dan beraktivitas. Ia masih harus menjalani karantina mandiri selama tujuh hari.
Baginya, pernah berstatus sebagai pasien terkonfirmasi positif COVID-19 berdampak pada perubahan perilakunya. Salah satunya adalah mengenai asupan makanan dan minuman yang bergizi untuk menjaga agar imun tubuhnya tetap bagus. Selain itu, pola hidup sehat sangat juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan imun tubuh sehingga lebih tahan dalam menghadapi penyakit apapun.
”Namun ditegah pandemi ini, tentu memakai masker dan menjaga jarak itu penting sekali. Setelah selesai aktivitas cuci tangan, itu bagiandari pola hidup bersih dan sehat. Kita baru melkaukan saat ini disadarkan oleh COVID-19,’ ujar Supartawan.
Ia pun berpesan kepada masyarakat agar selalu mentaati protokol kesehatan yang sudah sering disosialisasikan Pemerintah selama ini yakni 3M. Menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak. Selain itu, tidak lupa juga harus mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, serta minum jamu tradisional khususnya jamu daun intaran untuk menjaga imun tubuh.
“Selama di rumah, saya dan keluarga hingga kini tetap minum loloh itu sebagai terapi. Tapi tidak banyak-banyak. Cukup satu sloki saja per 3 hari sekali. Kalau istri dan anak-anak perempuan saya, saya himbau seminggu sekali saja,” kata Supartawan.|RM|