Berkah Dibalik Sampah Plastik

Karyawan Rumah Plastik memilah sampah plastik |FOTO : Edy Nurdiantoro|

Singaraja, koranbuleleng.com | Hampir setiap hari sampah plastik ditemui, entah di rumah tangga, tempat usaha, kantor dan tempat lainya.  Tidak semua bisa diolah kembali. Jika dibiarkan hanya sebagai limbah, akan merusak bumi secara berkelanjutan.

- Advertisement -

Namun solusi sampah plastik tersebut sudah sedikit tidaknya bisa diatasi dengan adanya Bank Sampah. Beberapa tahun terakhir, Pemerintah dengan getol meminta agar setiap desa mempunyai dan memdirikan Bank Sampah. Tujuannya untuk mengurangi volume sampah di lingkungan sekitar. Seiring waktu, keberadaan Bank Sampah semakin banyak diresmikan, akhirnya masyarakat sudah tahu sampah harus dibawa kemana, terutama plastik.

Namun, Permasalah kembali muncul, apa itu? Iya, ketika sampah terkumpul di Bank Sampah hingga menggunung, lalu di bawa kemana lagi?.  Ini menjadikan suatu masalah baru. Setiap masalah  pasti ada jalan keluarnya. Ini adalah peluang.

Penumpukan plastik di Bank Sampah dibaca oleh dua pemuda yang fokus pad apenanganan sampah plastik,  Eka Darmawan dan Gede Ganesha. Menurut mereka, ketika Bank Sampah menerima sampah dan sudah penuh kemudian harus mentok disitu, tidak tahu dijadikan apa, tak tahu harus dibawa kemana.  Jelas ini adalah peluang untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Tak hanya profit atau hasil yang dilihat, namun bagaimana sampah ini bisa diolah, karena semakin hari pasti akan terus bertambah dan sangat mencemari. Ide itu muncul di tahun 2015, untuk membuat usaha pengolahan sampah plastik agar bernnilai jual dan tumpukan sampah plastik langsung bisa diatasi. 

- Advertisement -

Hingga akhirnya berdiri lah Rumah Plastik pada tahun 2016 di desa Petandakan yang khusus menerima sampah plastik dari pengepul maupun Bank Sampah di Buleleng, Sampah plastik  ini nantinya akan melalui proses pemecahan.

“Kami cari solusi, ketika Bank Sampah semakin banyak? Apa yg harus dilakukan, kemana harus dibawa? dari itu kami sepakat membangun Rumah Plastik,” ujar Gede Ganesha

Proses pendirian usaha ini tidak mudah dilalui. Mereka berdua harus belajar dulu sebelum mengambil keputusan. Bagaimana sampah harus diolah, olahan sampah dibawa kemana, harga sampah berapa, pemilihannya seperti apa. Itu berlanjut setahun.

Untung semangat mereka berdua menangani masalah sampah tidak pernah putus asa. Ketika baru awal berjalan, cita-cita mereka akhirnya berbuah kebanggaan. Sempat di awal tahun berdiri sekitar tahun 2017, olahan sampah plastik mereka sempat dikirim ke luar negeri.

“Hasil cacahan sampah kita sempat dibawa ke Cina, itu awal tahun kita berdiri. Seiring berjalan waktu saingan banyak. Kita sekarang paling jauh hanya keluar Bali,” kenang Ganesha.

Rumah Plastik itu berada di Dusun Pondok, Desa Petandakan. Lokasinya tak jauh dari kota Singaraja, Buleleng. Pemandangan sekitar Rumah Plastik hamparan sawah milik warga tampak menyejukan mata. Tampak juga para pekerja sibuk memilah sampah plastik, meski di luar gerimis hujan membasahi tanah secara perlahan.  

Gunungan-gunungan botol plastik berserakan, namun tertata sedemikian rupa. Semua jenis sampah plastik berupa botol bekas minuman maupun cairan lainnya bisa dicacah disini. Proses pencacahan, sampah-sampah yang sudah dipilah akan dimasukkan ke dalam sebuah mesin yang besar.  Hanya sekejap, sampah-sampah tersebut menjadi pecahan-pecahan kecil.

Setelah cacahan plastik benar-benar kering, cacahan itu dikemas ke dalam karung dan siap untuk didistribusikan. Sejak awal berdiri di tahun 2016, Rumah Plastik mampu mencacah sampah plastik hingga ratusan ton. Bayangkan, berapa banyak sudah sampah yang sudah mampu diserap.

Harga sampah yang diterima bervariasi tergantung jenis plastiknya, kisaran dari Rp 3.000 per satu kilogram. Satu kilogram plastik jerigen putih bisa laku dengan harga Rp 3.500, botol plastik bening seharga Rp 2.500 per kilogram, hingga tutup botol per kilogramnya seharga Rp 2.000.

 “Disini kita bisa menampung sampah  yang belum dicacah sekitar 10 ton. Tapi untuk mencacah kita tidak setiap hari. Kadang seminggu 3 kali. Sekali cacah 1 ton lebih hasilnya” ucap Ganesha

Dengan luas sekitar 7 are, Rumah Plastik kini mempunyai 7 orang pekerja yang tugasnya berbeda-beda. Tentu dengan 7 orang pekerja saat ini belum direkrut ketika awal berdirinya Rumah Plastik. Bahkan, Awal merintis mereka turut terjun langsung memilah sampah. Bahkan kerabat dekat juga ikut membantu.

“Awal kita tak ada pekerja, dulu di bantu keluarga. Ya karena sudah ada profit, kita perlahan mengambil karyawan. Tentu ini bertahap” kata Ganesha

Di kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang masih kata Ganesha, jika volume sampah semakin hari kian banyak. Namun harga sampah cacahan sekarang malah turun, ini disebabkan karena banyak sampah olahan sampah tidak  lagi diterima perusahaan-perusahaan karena banyak yang tutup.

Ini menyebabkan harga sampah yang sudah dicacah dengan satu jenis warna yang bisa terjual hingga Rp. 10 rb per kilogram. Sekarang hanya terjual sekitar 6 sampai 7 ribu saja.

 “Banyak pabrik yang tutup karena pandemi, selain itu kita juga tidak bisa sembarang jual sampah-sampah ini. Mereka sangat teliti terhadap produk mereka, jadi kita harus bekerja sama dengan mereka. Ya ini juga pengaruh harga nilai menjadi turun” sambungnya

Ketika membangun usaha mengolah sampah memang pasti ada pahit dan manisnya. Namun itu balik lagi kepada mereka berdua. Ketika sampah di diamkan pun masih akan berguna, tak akan hilang. Bahkan nilai jual bisa bertambah seiring waktu. Sehingga ini lah patokan mereka untuk terus bisa menjalankan usaha ini.

“Banyak hal yang sudah kita temui, suka duka pasti ada, sukanya ya itu sampah ini tak akan hilang biarpun kita diamkan. Kalau dukanya sih ya paling pas pemilahan sampah. Ketika di bawa kesini sampah tidak dipilah dulu. Padahal kalau di pilah dulu kn harganya lebih mahal” lanjutnya

Sementara Founder Rumah Plastik Eka Darmawan mengaku jika omzet setiap bulan yang di dapat bisa mencapai puluhan juta. Namun itu masih bersifat kotor karena harus biaya perawatan dan biaya lainya.

“Bagaimana nanti Rumah Plastik ini bisa bertahan dengan harga bersaing dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Selain itu, ini juga edukasi pada masyarakat jika sampah itu bernilai” ujarnya

Kedepan Eka mengaku juga akan membangun Rumah Plastik di daerah Gianyar. Pembangunan  yang masih dirancang ini berkat dukungan orang-orang di Gianyar yang mendorong Eka untuk bisa membuka cabang lagi.

“Terus terang saja, yang disini saja penghasilan kami sudah cukup. Tapi berkat dorongan temen-temen di sana. Ya saya lanjutkan, bagaimana bisa menciptakan profit buat orang banyak. Rejeki untuk orang lain,” pungkasnya. |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts