Gede Suardana: “Dedikasi, Komitmen, dan Tanggungjawab Dipelajari dari Organisasi”

Gede Suardana |FOTO : Istimewa|

Kini, dia adalah dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Pendidikan Nasional (Undiksnas) Denpasar. Pria kelahiran Seririt ini, menamatkan studi doktornya pada tahun 2017 di Universitas Udayana mengambil program studi kajian budaya.

- Advertisement -

Dia, Gede Suardana, tokoh muda Buleleng yang kini aktif dalam beberapa organisasi. Dia selalu aktif di setiap kegiatan kemasyarakatan, bidang hukum, politik, sosial, dan agama sampai saat ini. Selain itu, dia juga menjadi seorang pengusaha muda pemilik brand cukup populer, “Apple Mart”.

Beberapa waktu lalu, Seorang warga Negara Indonesia kelahiran Pulau Bali, Desak Made Darmawati sempat memancing amarah warga Bali karena pernyataan kontroversi yang sarat dengan penodaan agama hindu dan adat serta tradisi Bali. Kemarahan atas pernyataan Desak Made Darmawati yang juga seorang mualaf membuat masyarakat Bali bergerak hingga melaporkan ke ranah hukum.

Gede Suardana yang cukup lantang menyuaraan pembelaan atas agama hindu dan penghinaan adat dan tradisi Bali dari serangan pernyataan Desa Made Darmawati. Dia bersama organisasi Persada Nusantara melaporkan Desak Made Darmawati ke polda Bali dengan tuduhan penghinaan. Sampai saat ini, Suardana masih mengawal kasus ini bersama organisasi lain.   

Dibalik lantang pembelaannya menjaga agama dan adat serta tradisi Bali, dia juga adalah sosok cendikia yang sederhana.  Sosok akademisi, aktivis, dan pengusaha ini, dahulunya berasal dari keluarga yang cukup sederhana. Gede Suardana merupakan anak kesembilan dari sebelas bersaudara.

- Advertisement -

Sejak usia 2 tahun, dia sudah ditinggalkan oleh ayahnya. Ini yang menyebabkannya terpaksa harus tinggal selama 3 tahun di panti asuhan. Untuk menopang kehidupan keluarga, ibu dari Gede Suardana harus berjualan di pasar Seririt.

Memiliki ibu seorang pedagang, menjadikannya suka berjualan dan mencari uang sendiri. Sejak duduk dibangku SD sudah berjualan layang layang yang dibuatnya dari tangannnya sendiri. Selain ini, dia juga menjual es di sekolah. Sedari kecil, pria kelahiran tahun 79 ini sudah memiliki kemampuan untuk membaca peluang.

Menapaki jenjang kuliah, Gede Suardana memilih jurusan matematika di Universitas Pendidikan Ganesha untuk pendidikan Strata 1. Dia juga sangat aktif untuk ikut berorganisasi, walau dirinya merasa bahwa sudah sangat terlambat untuk ikut organisasi.

“Saya sebenarnya sangat terlambat untuk organisasi. Saya baru ikut aktif beroganisasi di semester 5. Pada semester awal, cuma ikut ikut aja di himpunan jurusan. Tapi di semester 5 mulai aktif di KMHD YBV Undiksha, dan ditunjuk sebagai sekretaris” ungkap Gede Suardana.

Gede Suardana pernah menjadi Ketua KMHDI pada tahun 2001. Tidak berhenti sampai di sana, Gede Suardana juga menjadi inisiator dalam membangkitkan kembali Pers Mahasiswa yang ada di kampusnya.

Gede Suardana mengawali karirnya sebagai seorang wartawan di Radio Guntur, kemudian pindah ke media Nusa Bali. Karena kecakapannya dalam dunia menulis, dia diangkat sebagai reporter detik.com, sebuah media online yang berbasis di Jakarta.

“Dedikasi, komitmen yang baik serta paham tanggungjawab itu jauh bisa dipelajari dari aktivitas kita di organisasi’ katanya.

Sembari bekerja, Gede Suardana juga melanjutkan jenjang pendidikan magisternya di program studi kajian budaya Universitas Udayana. Perjalanan karir Gede Suardana tidak hanya sampai di situ, tahun 2013 dia diangkat sebagai ketua KPU Buleleng dan mulai merintis bisnis buahnya, dengan brand “Apple Mart”. Sampai akhirnya, selesai menempuh S3, dia berkarir sebagai akademisi di Undiknas.

“Sebenarnya

Karir yang didapatkan oleh Gede Suardana berkat konsistensinya berproses di organisasi. Dia menceritakan saat menempuh kuliah, harus membagi waktu untuk kuliah dan oganisasi. Semua dijalaninya dengan tanpa beban, karena dia sadar bahwa ketika memilih sesuatu akan ada konsekuensinya. Seperti misalnya, ketika dia mengikuti kegiatan organisasi, dia harus meninggalkan perkuliahannya. Namun, banyak hal yang dia peroleh, yaitu peningkatan softskill dalam dirinya yang mungkin teman temannya tidak dapatkan. Organisasi mengajarkan Gede Suardana untuk memanajemen waktu dan menjadi multi tasking.

“Saya memperoleh kepercayaan menduduki beberapa karir, karena orang orang tahu bagaimana kemampuan saya  di organisasi. Nilai-nilai di organisasi yang tertanam dalam diri saya sampai saat ini adalah dedikasi, komitmen, dan tanggungjawab” imbuhnya.

Kini, sebagai seorang cerdik cendikia Bali, dia sedang fokus mengawal eksistensi Bali agar tetap lestari dari sisi adat dan tradisi serta agama dalam pilihan jalan intelektual. |SY|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts