Jaswanto Membangun Dunia Literasi dari Perpusatkaan Jalanan

Jaswanto |FOTO : Luh Sinta Yani/koranbuleleng.com|

Singaraja, koranbuleleng.com |  Bermula dari kegemarannya membaca, Jaswanto  atau yang kerap dipanggil Kang Aswan tergerak hatinya untuk mendirikan wadah literasi di kota Singaraja. Pemikiran yang dibawanya semenjak mulai berkuliah, didukung oleh salah satu sahabatnya, Taufik. 

- Advertisement -

Aswan mengoleksi ratusan buku. Seluruh koleksi buku seakan menjadi cermin dedikasinya untuk dunia literasi. Dialah, yang mendirikan sebuah perpustakaan “jalanan” Lentera Merah. Perpusatkaan ini punya misi untuk memberikan edukasi tiada batas bagi anak-anak manapun.

Tahun 2017, berdirilah sebuah perpustakaan Lentera Merah itu.  “Filosofi dari nama perpustakaan ini, yaitu lentera maknanya menyinari atau pencerahan, dan merah itu maknanya keberanian atau semangat. Jadi sangat diharapkan, kehadiran perpustakaan ini bisa memberikan pencerahan dan semangat melalui literasi,” ungkap Jaswanto, Senin 17 Mei 2021.

Jaswanto adalah segelintir perantau yang berjuang untuk membangun dunia literasi di Singaraja dan Bali secara umum. Pria yang juga aktif sebagai aktivis pergerakan ini ingin membangun sebuah dunia yang makin baik berawal dari literasi itu. Dia meyakini, literasi menjadi satu pilihan untuk mengubah kualitas manusia.   

Karena itulah, Penulis buku “Hidup Adalah Komedi Bagi Orang Yang Mau Berpikir”, meras atak pernah lelah untuk seseringnya menggelar perpustakaan jalanan. Dia lebih sering membuka perpustakaan itu di Taman Kota Singaraja.

- Advertisement -

Dia menyadari bahwa sebenarnya minat membaca orang Indonesia tidak rendah, namun aksesnya-lah yang masih sangat minim.  

Maka diperlukan sebuah gerakan-gerakan kecil untuk membenahi hal tersebut. Awalnya, mahasiswa kelahiran Tuban ini hanya memakai buku yang dimilikinya untuk dibaca oleh khalayak umum.

Koleksi buku dari Perpustakaan Lentera Merah

Namun karena buku-bukunya belum mampu menjangkau semua kalangan, sejumlah pihak merekomendasikannya untuk meminta bantuan donasi buku.  “Buku-buku saya sangat berat, misalnya buku-buku filsafat, buku-buku pemikiran tokoh, dan yang lainnya. Buku ini kan tidak mungkin dibaca oleh anak-anak dan masyarakat awam lainnya, karena pastinya mereka tidak akan paham. Syukurnya ada yang merekomendasikan saya untuk meminta bantuan donasi buku di Pustaka Bergerak, dan alhasil kami dikirimin buku secara rutin tiap bulannya” tuturnya. 

Pustaka Bergerak menjadi donatur rutin bagi Perpustakaan Lentera Merah. Tiap tanggal 17, perpustakaan ini menerima sumbangan buku dengan berbagai genre sehingga bisa dibaca oleh semua kalangan.

Tidak berhenti sampai disana, pria 24 tahun ini juga terus berinovasi dalam meningkatkan literasi masyarakat. Dia membuka kegiatan mendongeng untuk anak-anak, mewarnai, dan menayangkan film-film kartun yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan, serta bahkan membuat wayang-wayangan yang ditampilkan untuk anak-anak. Kegiatan-kegiatan ini sangat konsisten dilakukan.

“Ada tiga literasi yang ingin saya kembangkan nantinya, yaitu literasi membaca, literasi menulis, dan literasi terapan,” tutupnya. |SY|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts