Singaraja, koranbuleleng.com | Pemuda punya peran penting untuk membangkitkan rasa kemanusiaan di tengah Pandemi COVID-19 karena saat ini kehidupan sedang sulit di berbagai sektor. Pemerintah telah melaksanakan berbagai kebijakan sebagai solusi, mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari tingkat mikro sampai tingkat leveling dan vaksinasi.
Di setiap kebijakan itu ada kelemahannya, karena sering bergesekan langsung dengan penghidupan masyarakat. Pemuda bisa saja melakukan kritik terhadap kebijakan itu, namun harus dibarengi solusi karena permasalahan saat ini membutuhkan peran bersama, termasuk pemuda untuk menuntaskan kesulitan yang timbul saat ini.
Dalam webinar nasional yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa Undiksha, Sabtu 31 Juli 2021, dinyatakan pemuda mesti turut bangkit, bersatu padu, bahu membahu dan menjadi pelopor untuk kebangkitan Indonesia menghadapi pandemi COVID-19. “Kita harus turun, bangkit memberikan semangat kepada semuanya. Kepada masyarakat, kepada pemerintah yang sudah terus berbuat untuk rakyatnya yang sudah berupaya semaksimal mungkin. Mengkritik boleh, tetapi harus berbuat. Jadi tidak boleh hanya memberikan kritik, tetapi tanpa solusi,” tegas Wakil Rekor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Hubungan Masyarakat Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd saat membuka acara webinar.
Pandemi COVID-19 saat ini sudah menjadi persoalan global. Tidak satupun orang atau bangsa yang berharap fenomena ini terjadi. Semua sedang menghadapi permasalahan baru dan solusi yang adaptif.
Narasumber dari Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, mengatakan sebagai warga dunia, apalagi sebagai generasi muda, yaitu generasi emas dari semua bangsa, mesti turut bergerak untuk bersama-sama melakukan upaya memutus rantai penyebaran virus yang telah merenggut banyak jiwa, mendukung kebijakan-kebijakan yang telah digulirkan pemerintah. “Lakukan sesuatu yang bisa kita lakukan. Jangan menunggu orang lain melakukan sesuatu. Karena pandemi ini sudah berdampak secara masif, secara terstruktur pada semua dimensi kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Akademisi yang juga sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia (PAK-SDM) Undiksha lebih lanjut menyampaikan sehebat apapun seorang pemimpin dan seberapa besarpun sumber daya yang dimiliki oleh suatu bangsa, maka kecarut-marutan adalah sebuah kepastian ketika berhadapan dengan pandemi. Oleh sebab itu, perlu ada gerakan gayung bersambut dalam penanganannya. Artinya, tidak hanya menyandarkan kepada pemerintah dengan berbagai keterbatasan yang ada, namu sebagai komponen bangsa terdepan, para pemuda harus kreatif, untuk memberdayakan diri serta masyarakatnya untuk berbuat nyata yang dinyatakan.
” Ini artinya, pandemi ini harus kita lewati, harus kita kelola, harus kita lawan. Dengan cara apa? Dengan cara berbuat, minimal berbuat untuk diri sendiri untuk selamat dari pandemi, dan kalau memungkinkan berbuatlah untuk orang lain dan bagi warga sekitar, mulai dari hal-hal yang kecil sekalipun” ujarnya.
Secara khusus berkenaan dengan posisi pemuda di tengah pandemi ini, dalam pemahaman Lasmawan, pemuda jangan pasrah, apalagi menyerah. Ia mengajak untuk membuang jauh-jauh, kubur dalam-dalam pendirian menyerah sebagai generasi muda. “Pemuda itu mestinya menjadi pioneer bagi lingkungan dimana dia bertumbuh dan berkembang, bukan menjadi looser atau pecundang” ajaknya.
Menurut akademisi yang juga sebagai Ketua Forum Wakil Rektor II PTN se-Indonesia ini terdapat sejumlah hal yang kiranya dapat dilakukan pemuda, yaitu, menjadi generasi yang inovatif. Jangan menjadi generasi yang nerimo atau apa adanya. Minimal mampu menciptakan sesuatu yang membuat diri sendiri nyaman melakoni kehidupan dan jika memungkinkan untuk menciptakan sesuatu yang bisa digunakan atau diterapkan oleh orang lain. Hal ini menjadi sebuah bagian kreativitas kaum muda bagi lingkungannya. “Jadi jangan hanya diam, jangan hanya jadi penonton di masa pandemi ini. Apalagi ditonton karena kediamannya,” ungkapnya.
Pemuda juga mestinya selalu mengoptimalkan potensi diri dan bergerak menebar benih baik. Selain itu generasi muda harus mampu memerankan dirinya sebagai agen perubahan, menjadi trend setter, serta mampu menjadi penerus atau penyampai kebijakan-kebijakan baik pemerintah kepada masyarakat luas. “Bukan justru menjadi kritikus yang terputus dari logika kebenaran tanpa jalan keluar yang selama ini banyak bertumbuh. Memang setiap kebijakan apapun itu, yang diambil oleh negara manapun, oleh pemimpin di era manapun, titik lemah itu pasti ada. Tidak ada kebijakan yang paripurna, namun mari kita lebih melihat kelebihan dan makna baik dari sebuah kebijakan, bukan pada titik lemah yang mungkin masih mengiringi” ujarnya.
Speak by doing, juga menjadi hal yang ditekankan Lasmawan. Pemuda mesti mampu mewujudkan hidup yang lebih bermakna dengan melahirkan karya. “Hidup ini akan lebih bermakna manakala kita berkarya. Bukan karena bicara, biarkan apa yang kita lakukan dan mampu perbuah yang menyatakan siapa diri kita sebenarnya” kata akademisi asal Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli ini.
Sebagai penutup, pemuda diajak secara bersama-sama untuk berperan menjadi benteng dalam menyetop hoax yang selama ini memicu keresahan pada masyarakat. “Karena mestinya generasi muda itu anti hoax dan tetap kobarkan semangat, sampaikan informasi baik dan jangan lengah, jangan kendor, karena COVID-19 masih ada di antara kita. Semua masyarakat berpeluang terpapar.
Di sinilah kaum muda mesti mengambil peran aktif sebagai generasi emas bangsa, agar bangs aini sesegera mungkin mampu melewati persoalan pandemi COVID-19. Generasi muda harus menjadi garda terdepan dan berkreativitas secara massif dalam membantu bangsa ini keluar dari pusara pandemic ini, dan itulah peran yang mesti dilakonkan oleh semua dari kita, “ pungkasnya. |SY|