Pendongeng asal Buleleng, Luh Wanda bersama Jegeg Bulan saat mendongeng melalui ruang virtual |FOTO : Istimewa|
Singaraja, koranbuleleng.com | Dongeng menjadi salah satu media untuk membangun dan menguatkan karakter baik pada anak-anak. Dalam dongeng selalu mencatat pesan-pesan moral yang bisa dijadikan imajinasi oleh anak-anak dalam setiap aktivitasnya.
Di tengah pandemi COVID-19 dan keterbatasan dalam interaksi secara langsung, Komunitas Mahima berinisiatif menyuguhkan aktivitas mendongeng dari rumah secara langsung melalui ruang virtual di bulan Oktober ini.
“Sebenarnya ini untuk yang kedua kalinya, kita akan buat ini menjadi agenda rutin setiap tahun,” ujar pendiri Komunitas Mahima, Kadek Sonia Piscayanti, Selasa 5 Oktober 2021.
Yang terlibat dalam aktivitas ini bukan saja mereka yang concern dalam dunia sastra, terkhusus dongeng, namun terbuka bagi siapa saja yang siap untuk berbagi dari ruang virtual itu. Mahima masih membuka pintu bagi warga yang ingin berbagi dongeng lewat ruang virtual. Mereka bisa mendongeng dari rumah masing-masing dan menebarkannya kesleuruh penjuru nusantara melalui social media.
Sonia berkata untuk membangun karakter anak melalui dongeng tidak bisa dilakukan sekali atau dua kali, namun harus secara berkelanjutan. Dongeng masih sangat relevan dibacakan untuk anak-anak sebagai media membangun mental dan karakter anak yang positif.
“Maka dari itu materi dongeng tidak boleh mengandung unsur kekerasan, sara dan unsur politik. Tetapi pendongengnya bisa siapa saja, orang tua, guru bahkan anak-anak sekalipun,” ujarnya.
Salah satu pendongeng yang dilibatkan, Luh Wanda Putri. Wanda punya ciri khas tersendiri dalam membawakan dongeng yakni ditemani boneka kecil yang dinamakan Jegeg Bulan.
Menurut Wanda, banyak manfaat yang bisa dipetik oleh anak-anak ketika mendengarkan dongeng. Imajinasi anak akan lebih aktif bahkan termasuk emosionalnya.
“Pernah saya diseruduk oleh seorang anak karena dia saking emosionalnya. Si anak ini menjadi emosi dengan salah satu tokoh dalam dongeng,” tuturnya.
Wanda mengaku memang perlu strategi dalam membawakan dongeng, harus memahami Bahasa yang sesuai dengan sasaran pendengarnya.
“Saat didongengkan, mereka terlibat secara emosional dan imajinasi mereka menjadi sangat aktif. Bahkan setelah sesi dongeng pun mereka tetap mengembangkan imajinasi yang mereka dapat dari dongeng ” katannya.
Jadi, menurut Wanda selain menghibur penonton, dongeng juga sangat relevan sebagai media edukasi bagi anak-anak serta upaya untuk melestarikan budaya. |ET|