Tabanan, koranbuleleng com | Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa (FP-Unwar) diminta untuk mengambil peran dalam pengembangan agrowisata, khususnya di Desa Pinge, Kecamatan Marga, Tabanan. Para akademisi FP Unwar diharapkan memberikan masukkan dan rekomendasi bagi pengembangkan agrowisata yang sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan.
“Kita sangat tergantung dengan teknologi yang dikembangkan di bidang pertanian, jadi kita harapkan dari kampus melalui penelitian dan hasilnya pun lebih banyak juga nanti kalau misalkan kemudian disosialisasikan ke desa wisata” ungkap Ketua Pengelola Desa Wisata Pinge, Anak Agung Putra Arimbawa, SP disela-sela acara International Community Service yang diselenggarakan oleh Prodi Agroteknologi, FP-Unwar secara Hybrid di Marga, Tabanan pada Senin 25 Oktober 2021.
Menurut Putra Arimbawa, masyarakat sangat membutuhkan pengetahuan dalam pengembangan agrowisata yang sejalan dengan pertanian organik. Mengingat selama ini para petani memiliki kemampuan terbatas dalam mengakses teknologi, sehingga peningkatan SDM melalui pelatihan menjadi penting.
“Peningkatan SDM sangat kita butuhkan dari para peneliti. Nantinya dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendampingan. Masukkan berguna bagi kami untuk melakukan perbaikkan” kata Putra Arimbawa.
Ia mengaku memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh FP-Unwar yang melibatkan perguruan tinggi dari luar Indonesia yaitu Faculty of Plantation and Agrotechnology, Universiti Teknologi MARA. Keterlibatan lembaga luar negeri diyakini akan memberikan nilai tambah bagi petani, karena petani akan dapat membandingkan teknologi dari dua Negara.
Dekan Fakultas Pertanian Unwar, Ir. Dewa Nyoman Sadguna, M.Agb, berharap kegiatan pengabdian dalam meningkatkan keterampilan petani dalam menerapkan teknologi inovasi. Apalagi dalam pelaksanaan pengabdian disertai dengan paraktek penerapan dalam bentuk demotrasi plot (demplot).
“Penerapannya dalam bentuk Demonstrasi Plot kepada masyarakat sasaran terampil dalam penerapan inovasi teknologi tersebut, dan kemudian semua proses kegiatan akan selalu dilakukan monitoring evaluasi sesuai dengan target capaian” jelas Dewa Sadguna.
Sedangkan keterlibatan perguruan tinggi dari Malaysia merupakan sebuah tanda bahwa terwujudnya simbiosis mutualisme hubungan yang saling menguntungkan bagi para mitra kerjsama. Dalam artian para Dosen Perguruan Tinggi masing-masing dapat melakukan proses pembelajaran dan pengabdian langsung ke masyarakat serta masyarakat mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sadguna menegaskan bahwa yang tak kalah pentingnya adalah saling membina kerukunan hidup, memupuk tali silaturahmi antar sesama. Tentu diawali dengan kegiatan community service ini maka diharapkan akan terus terjalin dan terbina kegiatan lain yang berkelanjutan, seperti riset kolaborasi, publikasi ilmiah, konferensi, Lecture and student exchange, kuliah umum, pelatihan-pelatihan, field project, dan bentuk-bentuk kerjasama lain yang relevan.
Dekan Faculty of Plantation and Agrotechnology, Universiti Teknologi MARA, Assoc. Prof. Ts. Dr Mohd Rasdi Zaini, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan kerjasama ini menjadi kebanggan. Kegiatan ini menjadikan salah satu kegiatan pengabdian bagi masyarakat.
“Melalui kegiatan ini, hasil pemikiran-pemikiran oleh akademik dan mahasiswa mampu diaplikasikan pada masyrakat dalam memingkatkan sektor pertanian. Hasil kegiatan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan pertanian serta saling berbagi pengetahuan dan wawasan dengan akademisi dan kelompok desa wisata” harap Rasdi.
Rasdi mengungkapkan bahwa dalam program ini para ahli yang terlibat akan memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pertanian. Dalam kesempatan ini juga nanti narasumber akan memberikan beberapa praktek tentang teknologi pertanian yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat.
“Harapan dari kegiatan ini sasaran serta target dari kegiatan ini mampu dicapai serta kerjasama-kerjasama antara Perguruan Tinggi ini bisa terus berlanjut dan berkesinambungan. Kegiatan ini juga nanti bisa diaplikasikan di daerah lain luar Bali, dan bahkan di Malaysia’ ungkapnya.
Sementara Koordinator Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Prodi Agroteknologi, FP-Unwar, Dewa Gede Wiryangga Selangga, SP., M.Si menyampaikan bahwa penglisir dan tetua adat Banjar Pinge, Desa Baru mempunyai harapan besar untuk mengemas atraksi dan konsep wisata Desa Pinge kembali ke keunikan tradisi adat serta histori terbentuknya desa. Salah satu histori desa yang ingin dikembalikan dan dijadikan icon wisata adalah adanya pohon iconik yang menjadi asal nama dari Desa Pinge itu sendiri. Tanaman iconik tersebut adalah pohon bunga cempaka.
“Pohon Bunga Cempaka adalah pohon iconik dan memiliki landasan dari asal mula nama “Pinge” yang artinya putih. Secara fisik pohon ini awalnya dipelihara di kompleks cagar budaya Pura Natar Jemeng, Pinge, tetapi karena umur tanaman sudah tua, sehingga tidak bisa dipertahankan” papar Dewa Angga.
Merespons harapan tersebut, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa, melalui panitia International Community Service mengupayakan bantuan bibit cempaka putih bekejasama dengan Persemaian Permanen Suwung, Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Unda Anyar. Bantuan bibit cempaka putih sebanyak 150 pohon dan beberapa bibit lain seperti alpokat, sirsak, sawo, rijasa, cendana diberikan secara serentak pada kegiatan program kemitraan masyarakat.
Harapan besar dari semua pihak agar Desa Wisata Pinge kembali memiliki kekhasan kultur dan budaya sehingga dapat menarik wisatawan domestic maupun mancanegara untuk berkunjung ke Pinge. Selain menawarkan wisata budaya dan pertanian, Desa Wisata Pinge memiliki bebera fasilitas seperti 70 Homestay, rest area, kebun bunga, dan menawarkan pemandangan yang eksotik.
“Semoga dengan adanya peran perguruan tinggi bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah Desa Wista Pinge semakin terkenal dengan keunikannya dan dapat bersaing dengan desa wisata lainnya dalam menyongsong New Era, pasca Pandemi Covid-19,” harapnya.(*)