Lamak Kerajinan Khusus Yang Selalu Dibutuhkan Masyarakat Bali

Singaraja, koranbuleleng.com | Perkembangan ekonomi nasional tentunya tidak lepas dari peran serta para pejuang UMKM. UMKM sendiri adalah salah satu penyangga ekonomi negara yang menyumbang 97 persen, penyerapan tenaga kerja dan 60 persen share PDB. Banyak jenis pengklasifikasian terkait UMKM mulai dari yang usahanya bergerak di bidang kuliner, fashion, kerajinan dan masih banyak lagi.

Bali menjadi salah satu tempat bagi para pejuang UMKM mengadu nasibnya, salah satunya adalah Made Sukiana yang berasal dari Kabupaten Buleleng.

- Advertisement -

Made Sukiana merupakan seorang perajin sekaligus pemilik usaha UMKM kerajinan lamak. Kerajinan lamak biasanya digunakan sebagai sarana hiasan pada pelinggih atau pelangkiran. penggunaan kerajinan lamak ini biasannya digunakan dari hari raya sugimanik sampai sugimanik yang akan datang, yang selanjutnya akan digantikan dengan lamak yang baru.

Lamak yang di produksi oleh Made Sukiana merupakan lamak yang berbahan dasar kain. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat lamak kain meliputi, kain kasa, kain kabulon, karton, pinggiran warna emas, payet-payet, pis bolong, kaca dan benang.

Dia bercerita sudah memulai usahanya sejak tahun 2008 sampai sekarang. Bisa dibilang pada awal membuka usahanya dia menggunakan modal yang cukup kecil yaitu sejumlah Rp2.000.000. Selanjutnya dari modal tersebut dikembangkan kembali olehnya sampai akhirnya bisa membuka toko sekaligus menjual bahan-bahan pembuatan lamak.

Pria kelahiran Desa Bakung tersebut menggungkapkan bahwa awalnya dia hanya coba-coba untuk menggeluti usaha ini dan tidak memiliki dasar di bidang perajin sama sekali, yang pada intinya hanya bermodalkan nekad.

- Advertisement -

Pada saat itu dia hanya berpikir bahwa kalau dia memiliki usaha, nantinya akan dapat menghidupi keluarganya. Dia juga menyampaikan bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki background sebagai seorang perajin, namun hal itu tidak mempengaruhinya untuk tetap menggeluti bidang usaha tersebut.

Banyak suka dan duka yang sudah dirasakannya, mulai dari berjualan keliling menggunakan sepeda motor, ditolak oleh pedagang karena telah memiliki langganan, sampai kehujanan saat membawa barang dagangannya. Namun pada akhirnya usahanya dapat berkembang dan memiliki langganan tetap, hal itu dikarenakan dia konsisten menjalankan usaha yang dijalaninya.

“Pada saat itu karena orderan semakin bertambah maka akhirnya saya mencari tenaga perajin lain untuk memproduksi barang yang lebih banyak” ujar Sukiana saat ditemui di rumahnya.

Dalam berjualan dia menggunakan sistem door to door, yaitu memasarkan langsung barangnya kepada pedagang yang ada dipasar. Adapun tenaga perajin yang diajaknya kebanyakan berasal dari Desa Sarimekar.

Tanpa disadari olehnya usahanya tersebut telah membuka lapangan pekerjaan baru bagi orang lain. Lamak yang diproduksi olehnya saat ini kebanyakan diambil oleh toko yang ada di pasar terutama pasar anyar Kabupaten Buleleng, dan ada juga tenaga penjual yang memasarkan barangkan keluar Kabupaten Buleleng. Sementara itu untuk harga jual lamak yang dibuatnya, dia mematok harga untuk lamak pis bolong seharga Rp15.000, sedangkan lamak daun seharga Rp10.000.

Disisi lain pada tahun 2019 akhir sampai sekarang telah terjadi suatu wabah yang menyebabkan kemerosotan ekonomi yaitu pandemi Covid-19. Hal tersebut juga mempengaruhi usaha yang dijalankan oleh Made Sukiana. Biasanya setiap hari raya Agama Hindu pasti ada pesanan orderan dari konsumen namun karena adanya pandemi Covid-19, pesanan orderan yang diterima olehnya saat ini juga mengalami penurunan.

“Selain karena karena pandemi penurunan omset juga disebabkan oleh semakin banyaknya perajin lamak di Kabupaten Buleleng.” pungkasnya. |WK|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts