Singaraja, koranbuleleng com | Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja menyiapkan sembilan program rencana aksi untuk mendukung kegiatan Sastra Saraswati Sewana 2022 yang digelar Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Hal itu terungkap saat Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja Dr. I Gede Suwindia, M.A tampil sebagai pembicara dalam seminar Sastra Saraswati Sewana 2022 yang berlangsung di Museum Gunung Api Batur, Bangli Rabu 23 Februari 2022. Dalam seminar tersebut, STAHN Mpu Kuturan mengangkat topik “Danau Tamblingan Alas Mertajati, Jala Sudha Prastistheng Bhuwana Merawat Air, Meruwat Diri, Menjaga Bumi.
Suwindia menyebut jika di kawasan Danau Tamblingan dan Alas Mertajati ditemukan banyak fakta-fakta unik dan menarik, terutama bagaimana masyarakat penyangga dan sekitarnya memuliakan air sebagai sumber kehidupan. Menurutnya, harus ada jembatan antara ide besar dengan aksi yang akan dilakukan, mulai dari penyamaan persepsi, penyamaan paradugma, termasuk strategi. Karena selama ini, sering terjadi benturan antara ide dan juga niat baik dengan cara mengeksekusi karena kurangnya strategi yang tepat.
Sehingga, dalam kesempatan itu, STAHN Mpu Kuturan pun menyampaikan beberapa rekomendasi. Yakni perlu Perda-Perdes khusus Tamblingan Catur Desa, menyangkut Jagawana dan pengaturannya, untuk menjaga Tamblingan sebagai Kawasan Suci dan Sumber Air. Kemudian adanya insentif bagi pelaku penjaga Kawasan Hulu yang memanfaatkan Sumber Air Danau Tamblingan dan Alas Mertajati.
Selain itu, perlu juga dilakukan pengaturan anggaran khusus untuk Catur Desa sebagai penyelenggara pujawali (dan festival) di Tamblingan dan Catur Desa. Kemudian menjadikan Tamblingan sebagai Kawasan Suci dan rekreasi yang diijinkan adalah kepentingan yoga-retreat dengan mengutamakan wisata keheningan.
“Termasuk juga perlu adanya kesadaran kolektif menjaga Kawasan hulu sebagai sumber air,” papar Suwindia.
Dari rekomandasi tersebut, lanjut Suwindia, STAHN Mpu Kuturan telah menyiapkan sembilan rencana aksi untuk dilaksanakan di Kawasan Penyangga Danau Tamblingan. Sembilan rencana aksi itu yakni Penerapan Pembelajaran berbasis Kurikulum Eko-Pedagogi di Sekolah, pelaksanaan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Berbasis Eko-Pedagogi, Melakukan Kegiatan Adopsi Pohon di Kawasan Danau Tamblingan dan Alas Mertajati, Mendukung Desa Wanagiri Mewujudkan Pasraman Pembelajaran Tumbuhan Upakara dan Kepanditaan,
Kemudian, akan dilakukan pula Pelatihan Bahasa Inggris pada para Pemandu Wisata Kelompok Sadar Wisata dg Basis Eko-Teologi, Inisisasi Perarem pelestarian lingkungan bagi Desa Adat yang ada di Kawasan Penyangga, Edukasi terhadap Kelompok Jaga Wana di Kawasan Hulu, Membuat Konten dan Pendokumentasian Simpul-Simpul air yang ada di Tamblingan dan Kawasan Penyangga, Menjadikan STAH N Mpu Kuturan Singaraja sebagai HUB nya para komunitas yang ada di Bali Utara.
“Dan rencana aksi ini sudah pasti akan kita laksanakan. Tidak hanya STAHN MPu Kuturan sendiri. Kita akan tetap menggandeng pihak-pihak yang memang peduli dengan apa yang akan kita lakukan khususnya untuk konservasi lingkungan. Karena memang kita harus berkolaborasi di era saat ini,” tegas Suwindia.
Sementara itu, Pelaksanaan Sastra Saraswati Sewana tahun 2022 yang digagas Puri Kauhan Ubud mengangkat tema Toya Uriping Bhuana Usadhaning Sangaskara, Air Sumber Kehidupan Penyembuh Peradaban. Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana mengatakan, Air menjadi satu hal yang penting dalam sejarah peradaban Bali dan system kepercayaan masyarakat Bali.
Selama ini, bagaimana air penting bagi kehidupan, tetapi situasinya berhadapan dalam realita air yang tercemar, krisis dan menjadikan air sebagai komoditi. Melalui seminar ini, ada gerakan untuk menyadarkan masyarakat dan berbicara tentang masalah air.
“Selama ini ada gap antara landasan ideal dengan realita yang ada, maka perlu upaya untuk pemulihan dengan gerakan bersama. Gerakan berkesadaran itu mengajak seluruh stake holders mulai dari pemimpoin hingga masyarakat untuk menyadari pentingnya pemuliaan air, dengan kesadaran itu jauh akan lebih berdampak jangka panjang,” ujarnya.
Menurut Ari Dwipayana, seminar ini mengumpulkan berbagai elemen, dengan harapkan ada konsolidasi pemikiran untuk rencana aksi. Dan rencana aksi ini tentu rumusannya semakin solid, dan akan disampaikan kepada Pemerintah.
Dan aka nada empat agenda penting yang menjadi sasaran kegiatan. Mulai dari menyangkut kebijakan karena ada usulan mengenai regulasi, kemudian Desa adat untuk mengeluarkan bisama dan awig-awig terkait pemeliharaan air. Yang ketiga edukasi tentang penyadaran yang tidak hanya masuk sekolah formal namun masuk ke masyarakat adat, dan kepada komunitas. Kemudian yang terakhir yakni ekonomi konservasi, karena upaya pemeliharaan air harus disertai aspek ekonomi.
“Aksi yang pertama penanaman pohon, dan kita sudah siapkan 20 ribu pohon, dan kita juga ajak untuk memelihara pohon. Kemudian kita berbicara konkrit pada persoalan sampah di pura, modelnya nanti di Pura danu Batur. Ketiga aksi kampanye pemuliaan danau, mengajak untuk penyadaran bersama untuk konservasi danau, kemudian memelihara dan merawat sumber mata air di hulu, ditengah dan dihilir,” Pungkas Ari Dwipayana. |R/YS|