Singaraja, koranbuleleng.com| Harga beras di Buleleng melambung tinggi. Bahkan, Kenaikan harga berassaat ini diperkirakan tertinggi dari harga-harga sebelumnya.
Dari pantauan harga di Pasar Banyuasri, harga beras lokal mencapai Rp13.500/kilogram, Harga itu tertinggi setelah dalam tiga bulan terakhir terjadi kenaikan hingga dua kali. Yakni harga beras di kisaran Rp.12.500/kilogram, lalu naik ke harga Rp.13.000/kilogram dan kenaikan terakhir mencapai Rp.13.500/kilogram.
Harga beras untuk satu karung isi 25 kilogram mencapai harga Rp.310.000, satu minggu sebelumnya hanya mencapai Rp300.000/25 kilogram.
Salah satu pedagang, Luh Mulya mengakui, kenaikan harga beras lokal ini terjadi sejak satu minggu terakhir. Kenaikan harga sangat tajam.
Mulya juga merasa kebingungan dengan kondisi harga beras yang melambung tinggi. “Tapi naik sekali harganya. Kadang 5 ribu persak, kadang 10 ribu. Waktu ini pernah, beli dari 300 ribu lalu esoknya sudah naik 310 ribu harganya,” ujar Mulya, Jumat, 8 September 2023.
Pedagang lainnya, Nengah Merti mengatakan, sejak seminggu terakhir harga beras lokal terus merangkak. Beras lokal yang dibelinya di pengepul, kini mengalami kenaikan hingga Rp15 ribu.
“Informasinya banyak pengepul dari Jawa ke sini justru beli gabah. Kalau dulu dari Jawa ke sini bawa beras, sekarang dari Jawa ke sini beli gabah,” kata dia.
Sementara itu, Pemkab Buleleng belum bisa berbuat banyak dari kondisi harga beras yang terus melambung. Upaya signifikan untuk menurunkan harga beras belumterlihat dan sehingga harga beras terus melambung tinggi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng I Gede Putra Ariana mengakui kenaikan harga beras ini disebabkan harga gabah yang alami kenaikan. Kenaikan dari Rp5.500 kini menjadi Rp6.700 sejak seminggu terakhir. Faktor lain, kenaikan harga beras dan gabah diduga dipicu dampak kemarau yang disebabkan karena fenomena El Nino sehingga banyak petani yang alami gagal panen.
Dampak dari kemarau panjang yang tersebut, membuat debit air di beberapa wilayah menjadi menurun, sehingga tidak bisa mengairi sawah. “Dampak El Nino juga menjadi salah satu penyebabnya. Juga pada minggu ini, masa panen padi di Buleleng sudah habis,” ujarnya.
Kata Aryana, selain itu kenaikan gabah juga diakibatkan petani saat ini lebih condong menjual gabahnya kepada pengepul dari wilayah Pulau Jawa, dengan harga yang lebih tinggi. Sehingga, pengepul di Buleleng harus menaikan harga belinya untuk tetap bisa menampung gabah dari petani. Selain pada beras lokal, saat ini beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) juga mengalami kenaikan di Rp11 ribu.
“Kita akan melakukan negosiasi dengan Badan Pangan Nasional, dalam waktu dekat minggu ini sudah didistribusikan dari Bulog untuk menjaga stabilitas harga. Kita juga akan terus melakukan operasi pasar, untuk menstabilkan harga,” katanya. (*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada
Editor :I Putu Nova Anita Putra