Singaraja, koranbuleleng.com | Para sopir pariwisata konvensional di kawasan Lovina, Buleleng keluhkan adanya perang tarif dengan transportasi online. Para sopir
konvensional mengaku mengalami penurunan pendapatan dengan tarif
Perwakilan sopir pariwisata I Kadek Sarjana mengatakan, harga yang ditawarkan sopir online sangat berdampak bagi para sopir konvensional. Sebab, para sopir online itu mengambil harga cenderung lebih murah. Hal itu otomatis menurunkan pendapatan para sopir pariwisata di Buleleng, khusunya di kawasan Lovina.
“Secara otomatis pendapatan kami langsung berkurang, karena perang tarif jauh sekali. Kami jelas tidak bisa mengikuti transportasi online yang harganya terlampau di bawah”keluhnya
Dengan kondisi itu, pihaknya menyampaikan keluhkan ke salah satu pelaku pariwisata yang juga dewan penasehat PHRI Buleleng, Nyoman Arya Astawa alias Mang Dauh beberapa waktu yang lalu. Para sopir itu pun berharap bisa dibantu untuk membentuk organisasi khusus untuk para sopir konvensional di Buleleng.
“Ini juga menyangkut nama baik Lovina. Jadi ketika transportasi online kurang bagus dalam bahasa inggris, tentu nanti berdampak ke kami para sopir” imbuhnya
Sementara itu, menanggapinya keluhan para sopir pariwisata, Mang Dauh menyebut jika hal itu sudah menjadi paradigma yang belum terpecahkan hingga kini. Dia menyebut, jika keluh kesah yang disampaikan para sopir itu seharunya diberikan wadah.
“Ini pelan pelan kita akan diskusikan agar bisa terpecahkan masalahnya. Intinya harus ada wadah untuk mereka. Harapan kita juga pemerintah bisa hadir demi kemajuan pariwisata di Buleleng”jelasnya
Secara terpisah, Kepala dinas Pariwisata Buleleng menyebut jika dengan adanya keluhan para sopir konvensional, pihaknya akan melakukan kajian terlebih dahulu, sebelum mencarikan solusi.
“Kami juga akan lakukan pendataan terhadap transport yang ada. Jadi kita akan kaji dulu, termasuk soal perang harga”tandasnya. (*)