Singaraja, koranbuleleng.com| 500 penari akan menarikan tari Panyembrama dalam Pembukaan Buleleng Festival bertajuk “Shinning Buleleng”, Selasa 6 Agustus 2019.
Tari Panyembrama sendiri merupakan seni tari yang koreografinya diciptakan oleh Nyoman Kaler (alm) dengan Penata Tabuh Wayan Berata (Alm) dari Denpasar. Nantinya, masing-masing Kecamatan di Buleleng akan mengirimkan peserta sebanyak 50 orang penari. Sedangkan saat pementasan, mereka akan diiringi oleh Padepokan Seni Dwi Mekar Singaraja.
Penampilan Tari Penyambrama secara massal dalam pembukaan Buleleng Festival tentu menjadikan Buleleng Festival lebih berbeda. Pasalnya, dalam pembukaan Bulfest di tahun-tahun sebelumnya, penampilan tarian secara masal selalu menghadirkan tarian yang lahir dan diciptalkan oleh seniman dari Buleleng. Mulai dari tari Teruna Jaya yang diciptakan Mestro Gde Manik (Alm), ataupun Tari Nelayan yang diciptakan I Ketut Merdana (Alm). Sementara
“Tari Panyembrama kini sudah mendapat pengakuan sebagai tari daerah Bali, dan bukan lagi sebagai tari milik perorangan. Sehingga, sebagai daerah yang menganut keberadaban Bali, tarian itu bisa mewakili,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Buleleng Gede Komang.
Dalam pelaksanaan tahun 2019, Bulfest juga tidak hanya mengeksplor kesenian gong kebyar, namun beberapa kesenian lain. Mulai dari Kembang Kirang dari Desa Sangsit Kecamatan Sawan dan juga kesenian Genjek dari Desa Depeha Kecamatan Kubutambahan.
Menurut Kepala Bidang Kesenian Disbud Buleleng Wayan Sujana, Kembang Kirang merupakan kesenian yang masih terpendam dan justru semakin meredup. Padahal, genre tabuh itu sudah berkembang di Buleleng khususnya di Desa Sangsit sejak dulu. Begitupula dengan Kesenian Genjek. Dimana kesenian ini merupakan seni yang berkembang di Buleleng. Kini, hanya beberapa Desa saja yang kesenian genjeknya masih eksis.
“Melalui Bulfest ini kami ingin mengenalkan dan membangkitkan kesenian ini khususnya kepada generasi milenial. Sehingga masing-masing Kecamatan bisa merespon ini, sehingga kesenian ini bisa hidup melalui festival-festival di tingkat Kecamatan,” Ujarnya.
Disisi lain, dalam pelaksanaan Bulfest tahun 2019, Pemkab hanya menyiapkan dua tempat untuk penggung pementasan. Yakni Panggung Utama di Depan Tugu Singa Ambara Raja, dan juga Wantilan Sasana Budaya Singaraja.
Dua tempat lainnya yang sebelumnya pernah dimanfaatkan yakni Puri Kanginan dan Wantilan Pura Desa Adat Buleleng tidak lagi digunakan. Pemkab Buleleng beralasan kedua tempat itu kurang representative untuk digunakan karena ketidaknyamanan masyarakat dalam menyaksikan pementasan kesenian.|RM|