Staf Khusus Kepresidenan AAGD Ari Dwipayana (tengah berdiri) saat berkunjung ke Rumah Adat Bandung Rangki di Desa Pedawa |FOTO : Made Suisen|
Singaraja, koranbuleleng.com | Koordinator Staf Khusus Kepresidenan, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana mengungkapkan ketertarikannya tentang Rumah Adat Bandung Rangki, di Desa Pedawa.
Rumah adat Bandung Rangki ini merupakan ciri khas arsitektur tradisional yang diwariskan oleh leluhur warga Desa Pedawa. Seluruh Bahan bangunan memanfaatkan potensi alam yang ada.
Struktur bangunan Rumah Bandung Rangki delapan belas tiang berbahan kayu. Ada bahan baku dari kayu base, kayu kwangitan, kayu cempaka dan pohon pinang. Dindingnya berbahan anyaman bambu atau warga setempat menyebut bedeg. Warga Bali Aga sejak turun temurun ahi dalam membat anyaman bambu ini. Sementara atap rumah berbahan bambu yang dianyam. Kemudian lantai tanah liat dan susunan bebatuan.
Namun dibalik material bangunan Rumah Adat Bandung Rangki yang hanya memanfaatkan bahan yang ramah lingkungan, ada nilai-nilai filosofi yang mendalam yang diwariskan dari nenek moyang warga Pedawa.
Rumah adat Bandung Rangki hanya terdiri satu kamar. Namun didalam ruangan hanya ada dua tempat tidur. Tempat tidur orang dewasa dan anak-anak di dalam satu ruangan tersebut. Di dalam satu ruangan itu sudah ada dapur keluarga untuk memasak, serta tempat makan.
Jadi, fungsi dasar pada rumah Bandung Rangki ini semuanya menyatu dalam sebuah bangunan. Di dalam rumah juga wajib ada Pelangkiran yang berfungsi untuk memuja leluhur keluarga. Pelangkiran itu bertempat di atas Pedeman Gede di dalam rumah.
Apabila ada keagamaaan di luar rumah yang masih satu areal dengan rumah tinggal, dilakukan di sanggah merajan yang terbuat dari bamboo. Warga setempat menyebutnya Sanggah Kemulan Nganten. Setiap warga memulai biduk rumah tangga wajib membangun Sanggah Kemulan Nganten.
Karena itulah, Ari Dwipayana yang akrab disapa Jung Ari ini merasa Rumah Adat Bandung Rangki ini harus tetap ada untuk diwariskkan ke generasi selanjutnya.
Rumah Adat Bandung Rangki ini adalah aset budaya yang tak ternilai milik Desa Bali Aga. Maka itu, harus tetap dipertahankan. Dari sisi pariwisata, Rumah Adat Bandung Rangki ini juga memiiki keunikan sehingga bisa menjadi obyek pariwisata budaya.
“Rumah Adat ini bahannya sebagian besar dari bambu. Sudah pasti ramah lingkungan. Rumahnya juga memiliki makna filosofis yang sangat dipercayai warga Pedawa. Ini luar biasa. Ini asset budaya yang harus dilestarikan, dan tentu tidak ditemukan di tempat lain. Ini akan menjadi daya Tarik bagi wisatawan,” terang Dwipayana.
Soal destinasi wisata, Dwipayana mengaku pariwisata Bali memang belum sepenuhnya normal. Pasalnya, wisatawan domestik masih khawatir jika perjalanan wisatanya belum aman dari Virus Korona. Kondisi inipun hanya bisa diakhiri jika Buleleng maupun Bali pada umumnya bisa mencegah laju perkembangan Virus Korona.
“Untuk menarik minat wisatawan domestik untuk datang itu perlu dua hal. Pertama yaitu safe travel, utamanya agar perjalanan mereka aman dari Covid-19. Dan destinasi wisata harus dipastikan agar tetap menjalankan protokol kesehatan,” ujar pria yang juga penglingsir Puri Kauhan, Ubud Gianyar ini.
Kendati demikian, pihaknya tetap meminta agar seluuh stake holder mempromosikan destinasi wisata di Bali agar wisatawan domestik bisa yakin jika perjalanannya aman dari penyebaran Covid-19.
“Ini perlu dukungan semua pihak. Termasuk masyarakat, agar tetap melaksanakan protokol kesehatan, seperti pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak sehingga penyebaran Virus Korona bisa ditekan,” jelasnya.
Di Buleleng, selain berkunjung ke Pedawa, Ari Dwipayana sempat mengunjungi Daya Tarik Wisata (DTW) Brahmavihara Arama Banjar, Griya Gede Banjar, Air Panas Banjar, Sabtu 12 September 2020.
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana sempat mendampingi Ari Dwipayana ketika berkunjung ke sejumlah daya tarik wisata itu, termasuk di Rumah Adat Bandung Rangki.
Agus juga menjelaskan Rumah Adat Bandung Rangki di Desa Pedawa memiliki ciri khas yang tak bisa ditiru oleh tempat lain.
“Tourism is diferent. Pariwisata ini harus berbeda. Rumah Adat Bandung Rangki di Desa Pedawa ini bisa menjadi destinasi kuno yang menarik perhatian wisatawan. Kedepan bisa dibuat cinderamata berupa miniatur rumah Bandung Rangki untuk menjadi oleh-oleh bagi wisatawan. Dan ini bisa dikembangkan sebagai kerajinan rumah tangga,” terang Agus Suradnyana. |NP|