Petani di Subak Anyar, Desa Tegallinggah panen sorgum secara perdana |FOTO : Yoga Sariada|
Singaraja, koranbuleleng.com | Dibawah terik, seorang petani di Subak Anyar Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng sudah tampak menyiapkan peralatan panen raya. Gede Sukrada bersama rekan-rekan tani lainnya memanen Sorgum secara perdana diatas lahan seluas kurang lebih 1 hektar.
Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang punya eksistensi tinggi di lahan tandus. Tanaman Sorgum, sekilas mirip seperti tanaman jagung, karena itu di Buleleng sendiri lebih dikenal dengan nama Jagung Gembal. Di masa kerajaan, Jagung gembal inilah konon juga dikenal sebagai tanaman Buleleng. Anglurah Ki Barak Panji Sakti, Raja Kerajaan Bulelng mengambil nama Buleleng dari kawasan perkebunan Jagung gembal atau tanaman Buleleng ini.
Biji dari Sorgum mempunyai kualitas nutrisi yang sangat bagus. Sorgum mengandung serat tidak larut air atau serat kasar 6,5 persen – 7,9 persen dan serat pangan 1,1 persen – 1,23 persen. Kandungan proteinnya sebanding dengan jagung namun kandungan lemaknya lebih rendah. Selain itu, Sorgum juga diketahui memiliki manfaat yang lebih baik dari tepung terigu karena tidak mengandung gluten sehingga baik untuk mendukung gerakan konsumerisme bebas gluten ataugluten free yang sedang dikumandangkan oleh Negara-negara maju di dunia.
Dari perjalanan sejarah di masa lalu hingga kini, Pemerintah kini mulai mencoba adatpasi lama denganmenanam sorgum ini di lahan-lahan tandus di Buleleng. Salah satu lahan yang jadipilot roject penanaman Sorgum ini adalah Subak Anyar Desa Tegal linggah seluas 1 hektar itu.
Salah satu petani yang tampak sibuk menyiapkan panen raya ini, Gede Sukrada dari subak itu. Dia mengatakan, tertarik memulai menanam Sorgum lantaran lahan di daerahnya kering. Sorgum dikenal bisa hidup di lahan kering, jadi karena kondisi alamiah itu para petani di daerah ini mencoba mengembangkan sorgum.
Dibandingkan jagung dan padi perawatan sorgum juga relatif lebih mudah. Panen bisa dilaksanakan hingga 6 kali. Sebelumnya, lahan yang berada di Subak Anyar Tegallinggah Tempekan Dangin Margi, lebih sering ditanami padi dan jagung.
Menurutnya, tanaman Sorgum ini sangat cocok hidup di wilayah yang memiliki kelembaban udara rendah, tidak cocok bila ditanam pada ketinggian diatas 500 mdpl atau intensitas matahari rendah dan berkabut.
“Karena lahan sangat kurang air, sorgum ini lebih kuat dengan panas. Dari segi hama juga sedikit. Kami menanam dari bulan juni 2020” ungkapnya
Hasil panen perdana nantinya akan dibeli pihak Dinas Pertanian, sebagian besar untuk dikembangkan sebagai bibit dan dibudidayakan di daerah lain.
“Sesuai dari arahan Dinas Pertanian hasilnya ini akan dipakai bibit. Untuk harga belum ada kesempatan. Harapan kami sih biar kami tidak rugi. Kalau bisa sih harganya sesuai harga pasaran.” pungkasnya
Sementara itu, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Bali I Wayan Sunarta mengatakan, dengan kondisi pandemi COVID 19 seperti sekarang ini, Sorgum bisa menjadi tambahan pangan dan selalu tersedia di Kabupaten Buleleng.
Pihaknya berharap petani agar lebih banyak menanam Sorgum sehingga Buleleng bisa dikenal dengan kawasan penghasil Sorgum. Khasiat dari sorgum sendiri kata Sunarta memiliki kandungan gula berbeda. Sehingga lebih sehat. Ia menekankan pangan itu tidak selalu harus Beras.
“Kami berharap ditanam dulu. sehingga kami mohon dukungan dari kabupaten Buleleng bagaimana kesanggupan pengembangan sorgum ini” imbuhnya
Sementara untuk skema pemasaran, Sunarta mengatakan agar petani mengolah dahulu sebelum dijual.
“Kita berharap petani tidak menjual bijinya, diolah dulu baru di jual. Seperti dijadikan tepung dulu ” pungkasnya
Sorgum bisa ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain seperti kedelai, kacang tanah atau tembakau, ataupun ditanam secara monokultur.
Dalam satu kali tanam, sorgum dapat dipanen lebih satu kali sehingga sorgum tergolong tanaman yang memiliki produktivitas yang tinggi. Daerah budidaya sorgum sangat luas, sorgum dapat hidup mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan iklim tropis-kering sampai iklim basah
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta mengakui secara historis sorgum merupakan tanaman yang pernah jadi ikon di masa lalu, yang juga disebut tanaman Buleleng. Dari segi lahan di Buleleng sangat berpotensi untuk dilakukan pengembangan tanaman ini.
Untuk tahun 2020, Pemerintah akan menggenjot petani di Buleleng dengan rencana awal menanam Sorgum di lahan seluas 25 hektar dengan mengambil bibit hasil panen di Desa Tegallinggah. Lahan yang menjadi sasaran adalah lahan-lahan marginal di Buleleng.
”25 hektar itu masih sedikit, nanti kita upayakan lebih, karena potensi yang ada di Buleleng sangat berpotensi akan perkembangan sorgum ini, nantinya kita akan kembangkan di seluruh kecamatan di Kabupaten Buleleng. ”ujarnya.
Sumiarta berharap, kedepan Buleleng mampu menjadi pusat penghasil Sorgum di Bali maupun di Indonesia. Pihaknya terus mendorong serta mengajak petani di seluruh wilayah Buleleng untuk menanam sorgum.
“Harapan kami adalah Buleleng menjadi pusat sorgum, ketika orang luar mencari sorgum ke daerah Timur, kita sudah siap disini,”pungkasnya.
Pewarta : Edy Nurdiantoro
Editor : I Putu Nova A.Putra