Kantin 21 di kawasan Lovina masih tutup dan akan mencoba peruntungan kembali untuk membuka usahanya secara bertahap |FOTO : EDY NURDIANTORO|
Singaraja, koranbuleleng.com | Sejak adanya pandemi COVID 19, industri hiburan dipaksa tidak beroperasional. Banyak yang tutup dengan tujuan menekan laju penyebaran virus SARS CoV 2. Berbulan-bulan sudah virus yang lebih popular dengan nama Corona ini merajalela dan belum pasti masa berakhirnya.
Walaupun begitu, para pelaku usaha hiburan malam dan restoran di kawasan wisata Lovina, desa Kalibukbuk, Singaraja sedikit demi sedikit berani menggerakan usahanya untuk membangkitkan kembali ekonomi.
Salah satu industri hiburan di Lovina yakni Kantin 21. Kantin 21 merupakan salah satu tempat nongkrong malam hari. Kafe ini menjual beberapa ragam menu dan makanan. Kantin ini juga setiap malam menggelar panggung musik yang diisi oleh sejumlah musisi lokal Buleleng atau Bali. Kantin 21 sudah tutup selama hampir 5 bulan sejak Corona mewabah di awal, kali ini pihak pengelola memutuskan untuk membuka lagi secara bertahap.
Dari pantauan di lapangan, Usaha Bar dan klub yang beralamat di Jalan. Raya Lovina, Singaraja ini pihak pengelola sudah mulai mempersiapkan untuk membuka kembali. Mulai dari bersih-bersih hingga memasang tempat cuci tangan dan protokol kesehatan lainya.
Owner Kantin 21 Komang Andi Krisna saat ditemui di lokasi menuturkan, jika pihaknya membuka usahanya di kategori paling belakang. Sementara usaha-usaha yang lain yang berada di sekitaran kawasan Lovina sudah mencoba buka sejak diberlakukannya new normal.
Memilih baru membuka, karena adanya faktor internal yakni pergantian owner Kantin 21. Andi baru resmi mengelola Kantin 21 sejak sebulan yang lalu bersama satu orang temannya.
“Saya baru sebulan disini, jadi renovasi tempat ini dulu baru besok rencana akan membuka untuk pertama kali,” ujarnya
Dia menuturkan, jika pembukaan usahanya kali ini untuk mengetahui perkembangan tamu yang berkunjung. Jika selama sebulan tidak ada perkembangan pihaknya akan mengurangi karyawan. Saat ini ia mengerjakan 8 karyawan. Namun jika kondisi masih sepi ia tetap membuka namun memilih karyawan pekerja harian.
“Besok hanya soft opening, rencana grand opening desember 2020. Kita lihat dulu perkembanganya setelah dibuka besok,” sambungnya.
Pria 21 tahun ini menambahkan, jika sebelum adanya pademi COVID 19 dengan owner yang lama, kata Andi biasanya tamu yang berkunjung rame dari tamu luar negeri hingga tamu lokal. Hari-hari biasa selain weekend bisa meraup omzet hingga Rp5 juta hingga Rp7 juta, sedangkan weekend bisa Rp10 juta hingga Rp15 juta perhari.
Dengan rencana pembukaan kembali, pihaknya tetap mengedepankan protokol kesehatan dengan maksimal pengunjung 50 orang, sedangkan dulu selama belum ada corona tamu berkunjung bisa melebihi 100 orang bahkan tidak kebagian tempat duduk.
“Kita batasi tamu 50 orang dan jam buka sampai jam 12 malam,” imbuhnya
Andi tidak bisa memprediksi akan kembali seperti semula, yang jelas pihaknya akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk kembali menggerakan ekonomi.
“Kita berusaha saja dulu, mudah-mudahan bisa kembali normal,” pungkasnya
Sementara itu, salah satu karyawan di Lumbung Bar, tempat hiburan yang juga berlokasi di kawasan Lovina, Desa Kalibukbuk, Singaraja, Luh Putu Ita Rini, menuturkan jika tempatnya bekerja sudah buka pada bulan Mei 2020 lalu. Namun tamu yang datang ke tempatnya sangat jarang.
Sehingga banyak karyawan yang dirumahkan. Bahkan dirinya juga sempat hanya bekerja selama 3 kali seminggu itu pun hanya sekedar bersih-bersih-bersih di tempatnya ia bekerja.
“Sudah dari Mei buka, sebelumnya tutup pada bulan Maret karyawan 15 orang, sekarang cuma 6 orang” tuturnya
Ita Rini saat ini hanya mendapatkan Separuh gaji. Ia pun memilih untuk bekerja sampingan seperti jualan di di sosial media. Rini pun punya harapan pariwisata normal kembali.
“Belum ada rencana pindah kerja ke bidang yang lain, disini saja. Mudah-mudahan semua kembali normal,” harapnya.
Perbekel Desa Kalibukbuk Ketut Suka, yang ditemui di kantornya menuturkan, jika geliat pariwisata di Lovina masih sangat lesu. Meskipun banyak para pengusaha sudah membuka kembali tempat usahanya namun karena tamu jarang jadi mereka hanya bisa pasrah.
“Ada yang sudah buka Restoran maupun Bar namun mereka juga ragu-ragu karena biaya yang dikeluarkan tidak bisa didapatkan karena tamu sangat sepi,” ungkapnya
Suka pun berharap kepada pemerintah agar bantuan lebih banyak diberikan ke wilayah Kawasan Lovina. Karena menurutnya 90 % warga desa Kalibukbuk bergerak di bidang pariwisata.
“Harapan kami, pemerintah memberikan bantuan lebih disini, karena kebanyakan warga disini bekerja di bidang pariwisata. Kalau di desa lain kan masih bisa bergerak dibidang lain misalnya pertanian atau perkebunan,” harapnya. |ET|