Anggota fraksi Golkar, Gede Suparmen |FOTO : Yoga Sariada|
Singaraja, koranbuleleng.com| Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Buleleng menyatakan sepakat Rancangan APBD Buleleng disahkan. Dibalik kata “Sepakat” dari Fraksi Golkar itu juga masih memendam kekecewaan kepada pemerintah atas nilai pinjaman PEN kepada pemerintah pusat dan program yang digulirkan. Namun karena kalah suara, Golkar akhirnya ikut arus saja. Bahkan dalam pandangan umum fraksi itu, sebagai ungkapan kekecewaan itu, Golkar melebarkan kata “Sepakat” sebagai sebuah akronim dari Sepet,Pahit Katos.
Melalui juru bicaranya Gede Suparmen, penyampaian pendapat akhir fraksi dengan memberikan tanggapan, untuk membalas jawaban Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dalam rapat paripurna sebelumnya.
Menurutnya, antara DPRD Kabupaten Buleleng dengan Eksekutif memang sudah mencapai kata sepakat dalam pembahasan. Hanya saja, Golkar tidak ingin kata sepakat itu justru akan menjadi momentum yang tidak baik dalam pembahasan-pembahasan kedepan.
Suparmen kembali menegaskan jika selama ini, perbedaan pandangan dan perbedaan pendapat yang selama ini diutarakan Fraksi Golkar semata-mata untuk kepentingan dan kemaslahatan masyarakat Buleleng. Sehingga kedepan, masukan dan saran akan tetap menghiasi pembahasan.
“Kalau sepet itu bisa mengakibatkan sukak atau tersedak, kalau Pahit tidak bisa ditelan, dan kalau katos itu seperti batu tidak bisa dicairkan. Itu bukan sindiran, hanya berbalas pantun dari pendapat yang dikemukakan pak Bupati saja,” ujarnya.
Dalam pendapat akhir, Fraksi Golkar kembali menyuarakan pendapatnya terkait dengan rencana Pinjaman untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Ditegaskan jika Fraksi Partai Golkar pada dasarnya bukannya tidak setuju Pemerintah Daerah melakukan pinjaman dana PEN.
Yang kurang bisa diterima adalah besaran pinjaman yang diajukan yang mencapai Rp571,39 miliar lebih, serta sasaran program yang dirancang, dimana sebagian besar program tersebut kurang begitu mendesak dan sangat kecil pengaruhnya terhadap pemulihan ekonomi nasional sesuai ketentuan pinjaman tersebut.
“Fraksi Partai Golkar, meskipun sedikit kecewa namun tetap akan memberikan dukungan penuh terhadap kesepakatan yang lebih besar berdasar dukungan peserta sidang. Hal itu juga tidak lain karena kami yakin kita mempunyai tujuan yang sama, yakni bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat Buleleng,” kata Suparmen.
Selain itu, Fraksi Golkar juga bersikukuh meminta agar pelaksanaan kegiatan Festival baik yang ditingkat Kabupaten dan juga tingkat Kecamatan. Karena sampai dengan saat ini, Pemerintah masih berupaya untuk menekan penyebaran COVID-19. Kegiatan festival yang akan digelar pun dikhawatirkan akan menciptakan kerumunan dan akan menjadi klaster baru penularan nantinya.
“Oleh karenanya, maka kegiatan yang berpotensi akan menimbulkan klaster baru penyebaran wabah ini patut diwaspadai, termasuk apabila Pemerintah Daerah berencana melaksanakan berbagai festival budaya di tiap Kecamatan, mohon dipertimbangkan kembali untuk dibatalkan,” ujar Politisi dari Dapil Kecamatan Sawan ini.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa tidak mempermasalahkan ketika Fraksi Partai Golkar membuatkan akronim dari kata sepakat. Baginya, perbedaan pandangan dalam sebuah pembahasan adalah sesuatu yang wajar terjadi dalam demokrasi.
“Kalau saya sepakat itu bahasa Indonesia, kalau dibuatkan akronim bahasa Bali, saya pikir tidak persoalan karena memang berbeda pendapat sesuatu yang wajar. Dan juga membuat akronim juga silahkan. Tapi buat kita sepakat adalah sebagai suatu bentuk kesatuan pandangan terhadap sesuatu masalah yang sedang dibahas, sehingga bisa diambil suatu kesimpulan,” ujar Suyasa.
Terkait dengan usulan untuk membatalkan kegiatan festival di tahun 2021 mendatang, Suyasa menyebut jika festival merupakan kegiatan untuk publik yang diusulkan masing-masing kecamatan, berdasarkan aspirasi dari seniman dan masyarakat.
Selain sebagai media bagi para seniman untuk tampil, dirinya menambahkan nantinya akan ada ruang juga untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pedagang-pedagang kecil juga akan dilibatkan. Hal tersebut akan memutar kembali ekonomi. Ini menjadi latar belakang diadakannya festival tahun depan.
“Tahun depan (2021) diberikan media bagi seniman-seniman yang ada untuk tampil. Makanya diakomodasi untuk tampil di masing-masing kecamatan. Dirindukan oleh seniman dan juga masyarakat sendiri. Itu yang menjadi pertimbangannya,” pungkas Suyasa. |RM|