Produsen Tempe dan Tahu sedang kesulitan karena harga bahan baku kedelai sedang tinggi. Dampaknya, ada yang menghentikan sementara produksi tempe, ataupun memperkecil ukuran tempe dan tahu |FOTO : Edy Nurdiantoro|
Singaraja, koranbuleleng.comĀ | Kenaikan harga kedelai membuat sejumlah pengusaha tahu dan tempe di Buleleng, mengeluh. Seperti yang diceritakan pengusaha tempe dan tahu, M.Saad dari wilayah Kecamatan Seririt.
Untuk sementara, Ia terpaksa berhenti memproduksi tempe dan hanya memilih memproduksi tahu saja. Karena jika nekat memproduksi keduanya, resiko rugi sangat tinggi.
āDua hari kami tak memproduksi tempe. Kalau dipaksa sama dengan tidak bekerja. Harga jualnya tidak sebanding dengan biaya produksi,” ujar Saad.
Saad mengaku, sudah sejak dua bulan lalu harga kedelai per kilo berada di kisaran Rp9 ribu perkilogram dari harga sebelumnya hanya Rp7 ribu. Dengan harga Rp 7 ribu saja, ia mengaku jika keuntungan yang didapat juga tipis. Untuk itu ia sempat untuk mengubah ukuran tempenya menjadi lebih tipis.
“Kami pernah memproduksi ukuran tempe dan tahu menjadi lebih tipis, namun pelanggan mengeluh karena dianggap mengelabui mereka. Untuk sementara sekarang masih membuat tahu saja sedangkan produksi tempe dihentikan sementara waktu. Mudah-mudahan membaik sehingga tempe bisa kita produksi kembali,” lanjutnya.
Pria yang sudah 40 puluh tahun lebih menggeluti usaha Tahu dan Tempe ini baru pertama kali merasakan kondisi seperti saat ini. Untuk menaikan harga tempe dan tahu, ia mengaku tidak bisa karena takut tak ada pembeli.
Selain itu, ia harus memberikan gaji kepada empat karyawan. Untuk menyiasati hal tersebut, ia juga menjual ampas kedelainya.
āHarga tempe masih Rp5 ribu per batang. Sedang harga tahu Rp60 ribu per ember berisi 70 biji,” pungkasnya.
Cerita lain juga dikatakan pengusaha tempe di Lingkungan Taman Sari Singaraja, Buleleng, Said, (48 tahun). Pengusaha tempe yang menjalani usahanya sudah turun temurun ini mengaku mengalami kesulitan sejak terjadi kenaikan harga bahan baku kedelai.
Harga kedelai per kilo yang biasanya di kisaran harga Rp6 ribu perkilogram, kini biasa mencapai Rp9 ribu perkilogram. Kondisi ini membuatnya harus mengurangi produksi tempe. Dia juga lebih banyak menerima sesuai permintaan di pasar saja. Jika permintaan sedikit maka jumlah produksi akan dikurangi.
“Sehari biasanya bisa menghabiskan 160 kilogram kedelai. Sekarang cuma 130 kilo per hari. Ya karena Jumlah pembeli juga sudah mulai berkurang, saya juga memilih untuk mengurangi,ā ungkapnya
Selain itu, Said juga memutuskan untuk sedikit menaikan harga tempenya. Sembari berharap kenaikan harga kedelai segera turun.
“Harga tempe terpaksa saya naikan Rp1000. Saya biasanya pakai yang kedelai impor. Karena kedelai lokal sulit didapat,” terang Said.|ET|