Singaraja | Seni tradisional Janger dilombakan dalam Agenda Pekan Apresiasi Seni (PAS) di Hiburan Rakyat Serangkaian HUT Kota Singaraja ke-412 di Lapangan Bhuwana Patra, Singaraja. Janger menjadi salah satu agenda lomba karena seni yang menggabungkan seni tari tradisional dan seni suara ini kini kurang diminati dalam pergaulan sosial anak-anak muda.
Bahkan, seni tradisional ini nyaris punah tergerus oleh modernisasi. Kepala Dinas Pendidikan, I Gede Suyasa mengungkapkan, dahulu Janger dimanfaatkan sebagai media komunikasi dan interaksi sosial baik oleh generasi tua maupun muda.
Seni Janger ini bisa digunakan untuk menyampaikan pesan berupa petuah-petuah positif tentang kehidupan sosial sehingga etika dan moral pergaulan bisa terjaga dengan baik. Dimasa kini, semestinya Janger juga bisa dimanfaatkan dengan tujuan yang sama dengan cara atau kreatifitas yang lebih maju.
“Potensi seni Janger ini kan sangat bagus. Selain untuk pelestarian seni budaya, Janger dengan perkembangan jaman masa kini juga harus mampu digunakan sebagai salah satu upaya pengembangan kreatifitas, penyampaian pesan atau petuah, mendalami seni tari, yang sebenarnya sangat penting. Namun belakangan ini mulai tergerus dan hampir punah, oleh sebab itu kita coba bangkitkan lagi denganlomba Janger tingkat SMA/SMK,” ujar Gede Suyasa, Sabtu (9/4) malam.
Suyasa mengharapkan dengan lomba kesenian Janger ini semangat berkesenian ditingkat generasi muda bisa terus digencarkan. Apalagi saat ini pembinaan di masing-masing desa sudah mulai bangkit. Banyak sekehaa teruna-teruni di Buleleng yang saat ini telah aktif berkesenian baik di seni tabuh dan tari.
Lomba Janger ini mengemban misi untuk pelestarian budaya. Lomba ini sudah digelar untuk ketiga kalinya yang dikemas dalam agenda Pekan Apresiasi Seni Pelajar. Masing-masing peserta menunjukkan kebolehannya dalam seni tarik suara dan seni tari didepan ratusan penonton di GOR Bhuwana Patra Singaaja.
Sementara itu Ketua Dewan Juri, I Kadek Widnyana, mengatakan bahwa secara umum penampilan peserta sudah cukup bagus. Tetapi tetap dalam proses penilaian, harus memperhatikan estetika dan pesan yang wajib ada dalam pertunjukkan janger dan sebagai kriteria penilaian.
“Kami yang jelas menilai sesuai dengan sistem penilaian yang dipakai oleh ISI, masing-masing regu janger harus mampu menampilkan yang terbaik, baik dari segi estetika, wujud dan pesan yang ingin disampaikan,” kata dia.
Peserta lomba Janger tahun ini tidak jauh berbeda degan tahun sebelumnya. Dengan antusiasme yang sangat tinggi, panitia sempat membatasi jumlah peserta.
Pemenang lomba janger ini antara lain, juara pertama diraih oleh SMA Bali Bandara, juara kedua diraih oleh SMK N 1 Singaraja, juara ketiga direbut oleh SMK N 1 Sukasada, juara harapan satu di raih oleh SMK N 1 Tejakula, juara harapan dua diraih oleh SMA N 3 Singaraja, dan juara harapan tiga diraih oleh SMK N 2 Seririt. Untuk para pemenang, panitia menyediakan hadiah berupa uang pembinaan dan tropi. Untuk juara pertama mendapatkan hadiah sebesar 10 juta rupiah, untuk juara kedua mendapatkan hadiah sebasar 7,5 juta rupiah, untuk juara ketiga meraih hadiah sebesar 5 juta rupiah, harapan satu meraih hadiah sebesar 2,5 juta rupiah, harapan dua meraih hadiah sebesar 1,5 juta rupiah, dan harapan tiga meraih hadiah sebesar 1 juta rupiah.
Lomba Janger diikuti oleh 10 regu Janger SMA/SMK se-Kabupaten Buleleng. Kesepuluh peserta tersebut yakni SMA Bali Mandara, SMA N 1 Banjar, SMK Nusa Dua, SMK N 1 Busungbiu, SMA N 1 Sawan, SMK N 1 Singaraja, SMA N 3 Singaraja, SMK N 2 Seririt, SMK N 1 Sukasada, dan SMK N 1 Tejakula.
Pegelaran lomba ini dibagi dua sesi hari mengingat jumlah peserta cukup banyak. Hari pertama yang digelar, Sabtu (9/4) malam menampilakan 5 peserta dari SMA Bali Mandara, SMA N 1 Banjar, SMK Nusa Dua, SMK N 1 Busungbiu, dan SMA N 1 Sawan. Sedangkan hari kedua diselenggarakan, Minggu (10/4) malam menampilakan pesrta lomba dari , SMK N 1 Singaraja, SMA N 3 Singaraja, SMK N 2 Seririt, SMK N 1 Sukasada, dan SMK N 1 Tejakula.|NP|