Singaraja | Dalam tradisi adat dan budaya Bali, Seorang Pacalang Bali wajib membawa sebilah Keris yang diselipkan dipinggang. Kewajiban soal atribut Pacalang ini juga sudah diatur secara resmi dalam Pararem Sasana Pacalang Bali dari Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali sejak 13 September 2013 silam, namun sampai saat ini sejumlah organisasi tradisional Pecalang di desa Pekraman di Buleleng mengaku belum mendapatkan keputusan tersebut dan sosialisasinya.
Hal ini baru diketahui, ketika salah satu Pengurus MUDP Bali, Made Agus Astapa membacakan Pararem Sasana Pacalang Bali saat Lomba Busana Pacalang Bali di Gedung Kesenian Gde Manik, Singaraja yang digelar oleh Majelis Madya Desa Pekraman (MMDP) Buleleng bekerja sama dengan Harian Denpost, Singaraja FM serta Pemkab Buleleng.
Pararem Sasana Pacalang Bali ini dijadikan indikator penilaian dalam Lomba Busana Pacalang tersebut. Agus mengungkapkan, secara resmi standar Pakaian pacalang Bali yang benar itu yakni Pakaian Pacalang berbaju putih lengan pendek dan rompi berwarna hitam, Destar berwarna merah, Saput berwarna poleng namun berisi tepi merah dan kamen berwarna hitam. Dan yang terpenting, Pacalang Bali harus membawa Keris yang diselip di pinggang. Keris ini adalah ciri khas yang paling utama.
“Tetapi jika diluar itu ada kreasi dari masing-masing pecalang di desa pekraman bisa saja, tetapi tetap mempedomani indikator yang utama itu. Kalau misalnya ada yang bawa HT atau yang lain, dipersilahkan sesuai kebutuhan dan pengamanan di desa adat masing-masing. Yang paling penting itu Pacalang bawa Keris diselip dipinggang, bukan dibawa-bawa ditangan. Unsur Tri Datu juga harus masuk semua,” papar Agus Astapa di Gedung Kesenian Gde Manik.
Agus menyatakan Pacalang Bali harus bersahaja ketika menunaikan tugasnya melakukan pengamanan di desa adat. Di sisi lain, ini adalah aset budaya tradisional Bali yang harus dijaga oleh seluruh komponen masyarakat Bali. Dia menyatakan kesetujuanya terkait dengan Lomba Busana Pacalang yang digelar di Buleleng. Berharap, daerah-daerah lain di Bali juga mengikuti mengadakan perlombaan yang sama. Tujuannya tentu selain untuk melestarikan adat dan budaya Bali, juga menyosialisasikan keberadaan Pacalang dan tugasnya secara baik dan benar kepada masyarakat.
Sementara itu, Klian Pecalang Segara Desa Pemuteran, Made Gunaksa menyambut baik lomba busana Pacalang ini. Menurutnya, even seperti ini sebenarnya bukan hanya sekedar untuk lomba busana, tetapi lebih dari itu untuk bersilaturahmi antar pacalang di Buleleng. “Jarang kan ada even seperti ini, semua Pacalang di Buleleng berkumpul. Kita bisa bertemu, bersilaturahmi, berdiskusi. Saya kira ini cukup baiklah,” ujar Gunaksa.
Gunaksa menyatakan, menjadi juara bukanlah tujuan utama dalam lomba ini, namun yang terpenting bagiamana cara melestarikan aset adat dan budaya Bali bisa terjaga sampai kapanpun.
Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara, Gede Bob Suardika menyatakan di setiap penugsannya Pacalang memang diharuskan untuk menggunakan identitasnya yang bertujuan untuk menjaga keamanan serta berkoordinasi dengan klian desa pekraman maupun klian banjar adat.
Bob juga menekankan supaya Pararem yang telah dibacakan oleh Dewan Juri dari MUDP Bali bisa menjadi pedoman tentang sasana atau atribut Pacalang di Buleleng.
Hasil Lomba Busana Pacalang ini, Juara harapan 1 diraih oleh Desa Pekraman Pengastulan, Juara 3 diraih oleh Desa Pekraman Nagasepaha, Juara 2 diraih Desa Pakraman Banjar Paketan, Juara 1 diraih oleh Desa Pekraman Kloncing. |RM|NP|