Spanduk aspirasi yang dipasang warga Banyuasri di depan gedung DPRD Buleleng |FOTO : Istimewa|
Singaraja, koranbuleleng.com | Puluhan warga desa adat Banyuasri memasang sebuah spanduk aspirasi di depan gedung DPRD Buleleng, Jalan Veteran Singaraja, Jumat 9 April 2021 sore.
Spanduk aspirasi itu bertuliskan “BAPAK DPRD BULELENG KAMI LAPAR DAN JANGAN BIARKAN KAMI JADI LIAR. DARI KAMI WARGA BANYUASRI YANG MENJADI PENONTON PASAR BANYUASRI”.
Pemasangan spanduk itu hanya diketahui oleh petugas jaga gedung DPRD Buleleng. Tidak ada pejabat instansi setempat yang sempat menerima warga yang melakukan pemasangan spanduk. Selain di depan gedung DPRD Buleleng, beberapa spanduk juga ada yang terpasang di area Pasar Banyuasri.
Klian Desa Adat Banyuasri, Nyoman Mangku Widiasa mengakui spanduk itu dipasang oleh sejumlah warga desa Adat Banyuasri. Spanduk itu hanya sebagai bentuk aspirasi masyarakat Banyuasri yang selama ini tidak tersalurkan terkait dengan keberadaan Pasar Banyuasri.
Ditengah kemegahan Pasar Banyuasri yang sudah mulai beroperasi, warga Banyuasri hanya menjadi penonton. Mereka menginginkan keadilan agar warga bisa dipekerjakan di Pasar Banyuasri dan kerjasama pengelolaan lahan parkir.
Menurut Mangku, sedari awal prajuru Desa Adat Banyuasri sebenarnya sudah berusaha melakukan mediasi dan berkomunikasi dengan Pemkab Buleleng maupun Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng terkait dengan keinginan warga adat Banyuasri. Desa Adat Banyuasri bahkan juga pernah bersurat dan mengajukan sejumlah warga agar dipekerjakan tetapi instansi terkait tidak merespon.
“Kami pernah ajukan surat agar beberapa warga bisa sebagai pekerja. Minimal duapuluh lima persen warga bisa dipekerjakan, ini hanya sedikit sekali, hanya nol koma nol. Tolonglah diperhatikan dengan kondisi seperti sekarang, apalagi ini ada di wewidangan Desa Adat Banyuasri,” terang Mangku.
Mangku mengatakan, warga Banyuasri tidak perlu dipekerjakan sebagai pejabat di perusahaan pasar. Cukup tenaga kerja kasar seperti pekerja kebersihan, tukang angkut sampah dan sejenisnya. Agar masyarakat bawah Desa Adat Banyuasri bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ditengah Pandemi COVID-19 ini, warga sangat membutuhkan pekerjaan di sekitar Pasar Banyuasri.
“Mohon pemegang kuasa, pemegang mandat masyarakat, perhatikanlah warganya sendiri. Desa Adat mempunyai wewidangan, pawongan, tolonglah dihargai juga. Masyarakat kami agar bisa bekerja, ini juga masyarakat mereka sendiri,” tambahnya.
Begitupun terkait kerjasama pengelolaan lahan parkir, warga juga berharap bisa bekerjasama dengan Perumda Pasar Argha Nayottama sesuai dengan ketentuan saja.
“Berikanlah kami skema, kami pasti akan kerjasama dengan Perumda Pasar. Kami pasti membantu, tetap kami mendukung ketentuan kerjasamanya. Berikan kami jalan,” terangnya.
Namun Mangku memastikan akan tetap menjaga kedamaian agar masyarakat tidak melakukan kesalahan hukum dalam menyalurkan aspirasi. Dia sudah mengimbau warga Desa Adat Banyuasri agar tetap menjaga keamanan dan kedamaian.
“Tapi janganlah kami diberi sampahnya saja,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna mengaku sudah melihat dan membaca spanduk tersebut. Spanduk tersebut adalah aspirasi warga Banyuasri dan akan ditindaklanjuti sesegera mungkin oleh Komisi III DPRD Buleleng.
“Saya sudah minta komisi tiga untuk menindaklanjuti aspirasi masyarakat Banyuasri. Secepatnya akan ada rapat untuk hal ini,” ujar Supriatna.
Politisi yang juga Sekretaris DPC PDI Perjuangan Buleleng ini mengakui aspirasi itu terkait dengan keberadaan pasar Banyuasri tentang kerjasama pengelolaan lahan parkir dan tenaga kerja.
Misalanya, kata Supriatna, pengelolaan lahan parkir saat ini tidak bisa memberikan penghasilan bagi warga Banyuasri yang selama ini bekerjasama mengelola parkir. Sejak pasar Banyuasri beroperasi, lahan parkir di area Pasar Banyuasri dikelola langsung oleh Perumda Pasar.
“Kerjasama pengelolaan memang masih berlangsung, tetapi parkir yang dikelola saat ini kan berada di luar pasar, sudah tidak ada yang parkir. Yang parkir langsung di dalam area pasar. Begiutlah kondisinya,” terang pria asal Tejakula ini.
Pria yang akrab dipanggil De Supit ini berjanji akan membicarakan hal ini dengan Pemkab Buleleng melalui instansi-instansi terkait seperti Dinas Perhubungan, Perumda Pasar. |NP|