Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada salah satu wilayah pedesaan terluas di Kabupaten Buleleng. Gumi Pegayaman juga subur oleh perkebunan dan pertanian. Warga setempat dominan berpenduduk Muslim. Namun begitu, rasa toleransi teramat tinggi dengan desa-desa tetangga lainnya. Walaupun dominan warga ini menganut agama Islam, namun keberadaan desa ini sarat dengan percampuran budaya Bali.
Desa yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1648 ini, konon punya hubungan yang harmonis dengan Kerajaan Buleleng di masa lalu. Bahkan, hubungan baik ini masih terjalin hingga kini. Karena itulah, percampuran budaya kental sekali.
Sebagian warga Desa Pegayaman sampai saat ini masih menggunakan nama-nama Bali, seperti Wayan, Nengah, Nyoman dan Ketut. Nama Bali itu disematkan paling depan, sama seperti masyarakat Bali menyematkan namanya secara lengkap.
Pola akulturasi lain yang masih dilestarikan hingga kini yakni bukapuasa dengan cara Megibung di bulan Ramadhan.
Megibung diawali dengan kegiatan keagamaan yakni Khataman Al-Quran. Setelah itu dilanjutkan dengan buka puasa bersama dengan cara Megibung. Megibung dalam tatanan masyarakat Bali artinya makan bersama. Khataman dan buka puasa bersama dilaksanakan di Mesjid Jamik Syafinatussalam, Minggu 2 Mei 2021.
Warga, terutama kaum perempuan sudah memasak untuk konsumsi yang dibawa ke Mesjid. Warga biasanya sudah membawa olahan masakan tersebut pada pukul 17.30 wita. Hampir sebagian besar keluarga membawa makanan yang berisi nasi putih, syuran, daging, minuman dan kue basah.
Tradisi ini selain untuk menjalin silaturahmi di bulan ramadhan juga diyakini sebagai bentuk sadakoh antar sesama. (*)
FOTOGRAFER :YOGA SARIADA