Singaraja | Tanahnya subur, lahan pertanian dan perkebunan menghijau. Varian tanamannya pun beragam, mulai dari Pohon Cengkeh, Pohon buah Manggis, Pohon Durian, Tanaman Coklat, pepohonan besar beragam jenis tersebar menjulang tinggi ke langit. Seperti itulah kondisi Desa Sidatapa, di wilayah Kecamatan Banjar.
Namun lahan pertanian dan perkebunan yang terlihat subur tidak sebanding dengan kebutuhan warga akan air untuk mandi cuci dan kakus. Cukup terbatas kebutuhan itu, padahal sumber air ada. Kondisi ini perlu dukungan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk memberi solusi layanan air bagi warganya di desa Sidatapa.
Selama ini, warga setempat mengelola air untuk kebutuhan MCK (Mandi Cuci Kakus) bersumber dari air terjun Yeh Mampeh, di dusun Delod Pura. Air terjun ini sekitar berketinggian sekitar 40 – 50 meter. Warga memasang sejumlah mesin pompa untuk menaikkan air ke wilayah pemukiman warga.
Di air terjun ini, ada puluhan pompa air yang dipasang oleh warga secara swadaya. Satu mesin ompa, bisa dimiliki oleh 10 sampai 15 kepala keluarga. Mereka memompa aliran kubangan air terjun dan menaikkan hingga sampai ke dapur dan kamar mandi warga.
Setiap bulan, kelompok pemilik mesin pompa air ini secara gotong royong membayar untuk pemeliharaan mesin serta jaringan pipa infrastruktur distribusi airnya. Kelemahannya, jika musim kemarau maka debit air terjun Mampeh ini sangat sedikit sehingga sulit menaikkan dengan mesin pompa yang ada.
Untuk menuju air terjun Mampeh juga harus melewati medan yang setapak dan terjal. Warga juga sebenarnya membutuhkan bantuan infrastruktur jalan untuk mempermudah akses menuju air terjun Mampeh ini, baik untuk kepentingan pengelolaan air bersih maupun untuk pengembangan area wisata desa Sidatapa.
Kepala Dusun Delod Pura, Gede Arta mengatakan air menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi warga desa Sidatapa. Selama ini, Warga hanya mampu mengelola air secara swadaya dengan kemampuan yang seadanya.
“Air terjun Mampeh ini memang menjadi sumber kebutuhan air bersih bagi warga. Ada sumber-sumber mata air lainnya, ada juga yang berada diluar desa, namun butuh biaya tinggi untuk itu. Selain itu perlu menjalin komunikasi dengan desa-desa lain karena sumbera mata airnya berada di desa lain,” kata Gede Arta.
Karena serba keterbatasan, Warga akhirnya melakukan pengelolaan secara gotong royong untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Kesulitan akan air bersih warga Sidatapa ini diketahui secara jelas ketika diskusi spontan dilakukan warga bersama dengan BPMPD serta Dinas Kehutanan Kabupaten Buleleng usai melakukan penanaman Pohon dan pelepasan Burung memperingati Hari Bumi, Sabtu (23/4) di Desa Sidatapa.
Dari hasil diskusi itu, Dinas Kehutanan langsung melakukan penjajagan akan sumber-sumber air untuk penghidupan warga-warga desa Bali Aga, Desa Sidatapa, Desa Cempaga, Desa tigawasa, Desa Pedawa dan Desa Banyuseri (SCTP-B).
Kepala Bidang Kehutanan, Hesti Sagiri mengatakan pada prinsipnya sumber-sumber mata air di wilayah desa Bali Aga akan diinventarisir untuk kepentingan sebesar-besarnya untuk kebutuhan MCK bagi warga. Karena itu,untuk menjaga sumber-sumber mata air maka akan dijaga semaksimal mungkin dengan pola konservasi, salah satunya dengan penanaman pohon.
“Survey secara ilmiah terkait dengan sumber mata air akan dilakukan, tetapi khusus untuk di Desa Sidatapa sudah dijajagi empat sumber mata air. Namun ada pula ide dari warga bahwa ada sumber mata air cukup besar yang tidak perlu pompa air. Cukup dialirkan dengan daya gravitasi bisa mengalir untuk kebutuhan desa-desa di bagian Banjar atas juga termasuk Desa Bali Aga ini,” kata Kepala Bidang Kehutanan Kabupaten Buleleng, Hesti Sagiri saat mengikuti penanaman pohon dan pelepasan burung di Desa Sidatapa.
Sementara dari BPMPD Buleleng melalai bagian pemberdayaan kawasan pedesaan sedang merancang lima desa di Bali Aga sebagai salah satu kawasan pedesaan pariwisata berbasis ekologi.
Tentunya prinsip-prinsip adat dan budaya tetap diutamakan termasuk soal kebutuhan air dan keyakinanay warga terkait adat dan pengelolaan air ini.
Kepala Bidang Pemberdayaan Kawasan pedesaan, Abdul Manaf mengungkapkan pemenuhan air menjadi prioritas bagi desa-desa di Bali Aga etrkait dengan pemebrdayaan kawasan perdesaan pariwisat aberbasis ekologi ini.
Karena itu, untuk jangka pendek akan dimakasimalkan air terjun Mampeh dan bekerja sama dengan Dinas Kehutanan untuk menata lebih baik terkait dengan pola pengelolaan air bersihnya untuk kepentingan distribusi air dan pariwisata.
Kemudian jangka panjang, Kabupaten Buleleng di tahun 2016 sampai beberapa tahun mendatang akan menjadi lokasi daerah Pansimas, yakni Penyediaan Air Minum Sanitasi Berbasis Masyarakat.
Di Bali ada empat kabupaten yang menjadi daerah Pansimas yakni Gianyar, Tabanan, Buleleng dan Bangli. “Nah, nanti kami akan mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat di Bali Aga dan wilayah desa lain di Kecamatan Bajar ini untuk rencana Pansimas ini. Kita juga akan koordinasikan dengan Dinas PU, Bappeda, Dan Dinas Kesehatan. Mudah-mudahan lima desa di Bali Aga secara khusus bisa terpenuhi layanan untuk air bersihnya. Namun kita memang harus diskusi. Kami sudah meminta warga untuk memetakan sumber –sumber daya air di wilayah ini untuk kebuthan jangka panjang,”jelas Kepala Bagian Pemberdayaan Kawasn Perdesaan BPMPD, Abdul Manaf.
Wisata Air Terjun Mampeh
Selain pengelolaan swadaya distribusi air, Warga Desa Sidatapa juga sedang menggalakkan pariwisata desa berbasis alam dan adat budaya setempat. Air Terjun Yeh Mampeh ini salah satu obyeknya. Salah satu warganya, Wayan Ariawan mengaku sejumlah fasilitas untuk pengembangan wisata desa ini masih sangat terbatas. Fasilitas dan infrastruktur ini sebenarnya saling terkait untuk proses pengembangannya ke depan selain soal peningkatan dan pengembangan sumber daya manusianya.
“Sebenarnya kami mulai mempromosikan Air Terjun Mampeh sejak 2001 lalu. Memang medan masih sangat terjal dan hanya sejumlah wisatawan khusus yang punya kesenangan dialam bebas yang bisa kesini. Kita butuh infrastruktur yang lebih memadai untuk ini,” ujar Ariawan.
Sepanjang jalan menuju Air Terjun Mampeh, pengunjung akan menikmati hawa sejuk Desa Sidatapa. Sisi kanan dan kirinya terdapat lahan perkebunan yang berisi Pohon Cengkeh dan buah-buahan. Lebih fresh lagi ketika memandang sejumlah warga membuat kerajinan anyaman bambu dibawah pepohonan cengkeh.
Rata-rata, warga desa Sidatapa selain sebagai petani juga adalah perajin. Hasil kerajinan berbagai jenis anyaman bambu ini ada yang dijual untuk kebutuhan lokal namun ada pula untuk kebutuhan pasar wisata.
Disisi lain, sejumlah tradisi juga masih dilestarikan oleh warga desa Sidatapa. (Baca: Sidatapa, Bali Aga Yang Masih Mampu Menceritakan Masa Lalunya).
Desa Sidatapa menjadi salah satu ikon tua di Desa Bali Aga. Ini menjadi aset adat dan budaya Bali Aga untuk Buleleng yang sangat berharga di kemudian hari dan masih terus perlu dukungan pemerintah untuk ikut melestarikannya. |NP|