Singaraja, koranbuleleng.com| Mendung tebal masih menggelayut menyelimuti kota Singaraja, Rabu 17 Nopember 2021 pagi. Namun, Gedung Sasana Budaya Buleleng sudah ramai dengan puluhan muda-mudi mengenakan pakaian adat Bali.
Mereka bukan mengikuti perlombaan tata busana, tapi ikut serta dalam lomba prasi yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng.
Seni Prasi merupakan seni melukis secara tradisional Bali dengan menggunakan media daun lontar.
Di tengah hiruk pikuk peserta, lantunan gong berbunyi nyaring. Ada sekitar 40 peserta yang terdaftar mengikuti ajang kompetisi prasi dengan kategori umum. Ini mengisyaratkan bahwa kebudayaan lontar masih sangat menarik untuk generasi muda. Perlombaan prasi menjadi cikal bakal kebangkitan budaya lontar di Buleleng.
“Dulu Buleleng selalu menang dalam perlombaan prasi tingkat provinsi. Tapi beberapa tahun ini, Buleleng vakum dalam prasi. Maka dari itu, kegiatan ini dilaksanakan untuk menghidupkan kembali prasi di Buleleng” ujar Dewa Ayu Putu Susilawati, S.S, M.Hum, Kepala UPTD Gedong Kirtya.
Peserta dihadapkan pada lontar kosong di atas dulang yang siap mereka lukis dan dibuatkan sebuah cerita. Duduk bersimpuh, peserta yang berasal dari teruna-teruni dari usia 15 – 22 tahun dengan penuh konsentrasi memainkan pengutiknya. Pendamping dan pembina mereka yang berada di luar arena juga turut merasakan atmosfer perlombaan sembari diskusi seputaran tentang lontar dengan sesama rekannya.
Juri lomba yakni I Gusti Bagus Sudiasta, SMSP, Dr.Drs.I Ketut Supir, M. Hum, dan Drs.I Gusti Nyoman Widnyana, M. Erg, mulai berkeliling untuk melihat dan menilai proses peserta. Sesekali juri juga menanyakan beberapa hal kepada peserta.
Bagus Sudiasta mengungkapkan ada kebanggaan tersendiri ketika melihat antusias generasi muda terhadap seni prasi ini masih sangat tinggi.
“Saya awalnya merasa pesimis dengan lomba prasi ini. Tapi ternyata jumlah anak muda yang ikut lomba prasi ini sangat banyak. Saya sangat berharap akan keberlanjutan dari kegiatan ini, sehingga prasi di Buleleng tetap lestari.” Ungkap seniman prasi asal Bungkulan tersebut.
Hasil akhir dari perlombaan ini melahirkan tiga juara dengan karya terbaiknya, yakni I Nyoman Pasek Partha Wijaya dari Sawan sebagai juara pertama, Kadek Mega Yudiantara, dari Buleleng sebagai juara kedua, dan Kadek Yuda Mahardika dari Sukasada sebagai juara ketiga.
“Pembuatan prasi itu sangat rumit dan harus pelan-pelan. Saya sudah tertarik dengan prasi semenjak SMP, dan saya lahir di keluarga seniman lukis di atas lontar.” ungkap Pasek Partha Wijaya, siswa dari SMKN 1 Singaraja. |SY|