Denpasar, koranbuleleng.com | Perhelatan KTT G20 pada tahun 2022 bakal digelar di Bali. Untuk memastikan segala persiapannya, Kamis (2/12/2021) Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak menuju Bali. Ia ingin memastikan Bali siap Bali menjadi tuan rumah KTT G20.
Sepertinya Jokowi harus bekerja keras. Lantaran beberapa waktu lalu organisasi nirlaba di Bali, Sungai Watch merilis laporan bertajuk “River Plastic Report 001”. Laporan ini memuat hasil pemeriksaan atas 5,2 juta ton sampah plastik yang terkumpul dalam kurun waktu dua bulan (Agustus-September 2020) melalui aksi bersih-bersih sampah di 8 lokasi di Bali, termasuk di seputaran Nyanyi, salah satu sungai paling kotor di Bali.
Detail laporan penuh data menarik. Laporan misalnya menyebutkan ada 400 merek plastik, terafiliasi pada 100 perusahaan, yang produknya mengotori sungai di Bali. Bentuk sampah korporasi itu disebutkan antara lain berupa botol plastik, sedotan, kantong kresek, kemasan saset, gelas plastik, ban, sendal, kertas dan kartus, styrofoam, dan plastik keras jenis HDPE.
Pukul rata, laporan mendaftar lima perusahaan yang plastik kemasannya paling banyak mencemari sungai di Bali: Danone AQUA, Wings Corp, Unilever, Santos Jaya Abadi dan Siantar Top.
“Perusahaan yang paling banyak mencemari sungai dalam laporan ini adalah Danone AQUA dengan 2.834 buah plastik, disusul Wings Corp dengan 1.928 plastik dan Unilever dengan 1.625 plastik,” kata laporan merujuk pada hasil pemilihan 5,2 juta ton sampah plastik yang terkumpul.
Laporan juga punya data rinci ihwal sampah botol minuman kemasan. Disebutkan umumnya jenis PET (Polyethylene terephthalate), dengan ukuran kebanyakan 600 ml dan 300 ml. Dari pemilihan berdasarkan merek, laporan menyebut botol air mineral dengan merek Danone Aqua yang paling banyak mengotori sungai, yakni sekitar 38 persen dari keseluhan sampah botol plastik. Di posisi kedua adalah botol Teh Pucuk Harum, minuman ikonik produksi Mayora.
Di luar dua merek itu, laporan memasukkan berturut-turut Sprite, Coca Cola dan Pocari Sweat dalam daftar lima besar merek botol kemasan yang paling mencemari sungai di Bali. Sementara dalam soal sampah gelas plastik, digambarkan sebagai “paling joroknya sampah di sungai”, ada lima merek yang paling mengotori sungai, yakni Aqua (Danone), Teh Gelas (Orang Tua), Okay Jelly Drink (Suntory) dan Ale Ale (Wings Surya).
“Kami sungguh meyakini kekuatan data untuk memulai sebuah percakapan dengan korporasi (terkait kewajiban lanjutan mereka sebagai produser), distributor, pemerintah, dan konsumen,” kata Gary Bencheghib, inisiator Sungai Watch dalam pengantar laporannya.
Sungai Watch sejatinya berawal dari sebuah persoalan nyata: membanjirnya sampah plastik di perairan Bali. Bila mau jujur, ini sebenarnya cermin persoalan yang lebih besar di level nasional: Indonesia adalah penghasilan sampah plastik terbesar kedua di dunia, setelah China.
Dalam catatan Bank Dunia, sekitar 187 juta orang Indonesia yang tinggal dalam radius 50 kilometer dari pesisir menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Hampir separuh dari sampah plastik itu berakhir di perairan laut.
Tapi di Bali, urusan jadi lebih pelik. Karena kawasan ini identik dengan turisme. Kawasan pantai yang seharusnya bersih, indah, dan nyaman, hari-hari belakangan penuh dengan pemandangan botol plastik, saset kemasan, sikat gigi, pempers bayi dan tak terhitung jenis dan ragam produk lainnya, utamanya yang berbahan plastik, kerap terlihat mengapung di perairan laut.