Singaraja, koranbuleleng.com | Program ketahanan pangan terus digencarkan oleh pemerintah desa. Salah satunya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Baktiseraga yakni dengan merancang program beternak dalam kota. Setelah sebelumnya berhasil mengembangkan Program Urban Farming dan TPS3R bahkan sampai memperoleh penghargaan Bali Bakti Pertiwi Nugraha di tahun 2021.
Sementara itu untuk menyukseskan program beternak dalam kota tersebut, perlu adanya ketersediaan pakan dalam memenuhi konsumsi ternak yang nantinya dipelihara. Maka dari itu hal pertama yang disiapkan oleh pihak desa yakni dengan melakukan penanaman rumput odot (salah satu varietas rumput gajah) dengan memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif yang belum dimanfaatkan oleh pemilik lahan yang ada di Desa Baktiseraga.
Kepala Desa Baktiseraga, I Gusti Putu Armada menjelaskan bahwa di tahun ini seluruh desa di Indonesia mendapatkan perintah dari pemerintah pusat untuk mengalokasikan 20 persen dari dana desa agar digunakan untuk program ketahanan pangan.
Ia menyebutkan bahwa Desa Baktiseraga merupakan desa yang berada di kawasan kota. Selayaknya desa-desa lain yang berada di kawasan perkotaan yang memiliki lahan terbatas. Sehingga model program ketahanan pangan yang dilakukan tentunya berbeda dengan desa yang ada di pedesaan yakni dengan memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif yang belum digunakan oleh pemilik lahan di Desa Baktiseraga.
“Di kawasan perkantoran kami ini banyak lahan-lahan tidak produktif yang belum dimanfaatkan oleh pemiliknya dan menjadi semak belukar, nah itulah yang kami dekati, para pemilik yang ada bisa tidak sebelum mereka manfaatkan kita manfaatkan lebih dulu dalam konteks ini” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa program ketahanan pangan tidak semata-mata soal pertanian tetapi juga ada peternakan. Hal itu yang saat ini sedang dikembangkan dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal desa yang dinamakan program beternak dalam kota. Pihaknya sedang merancang pola beternak melalui sistem kandang bertingkat yang dimana limbah ternak seperti urin ditampung dan kohenya (kotoran hewan) dipisahkan sehingga tidak menimbulkan bau atau polutif. Tentu yang namanya beternak perlu sebuah perencanaan jadi pola yang dipakai ialah bagaimana caranya beternak yang tidak terlalu rumit dengan memproduksi pakan sendiri.
“Kami membeli rumput odot dari teman, lalu kita bareng-bareng menanam di lahan yang sudah disiapkan. Harapannya sebulan atau dua bulan lagi sudah siap sehingga kandang bisa kita persiapkan mungkin dua bulan lagi sudah bisa kita memulai program ini. Mungkin tidak akan banyak dulu” pungkasnya.|WK|