Singaraja, koranbuleleng.com | Kasus stunting saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia, termasuk di Bali. Melihat kondisi tersebut Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan stunting.
BKKBN dan Undiksha pun menggelar kerjasama untuk menyosialisasikan pencegahan stunting ini kepada mahasiswa, Rabu 23 Maret 2022.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For.,M.A.R.S. Ia sekaligus sebagai narasumber bersama dosen Undiksha, Dr. Risa Panti Ariani, M.Si. Selain itu juga hadir Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Undiksha, Dr. Gede Rasben Dantes, S.T.,M.T.I., yang sekaligus sebagai keynote speaker.
Kepala Perwakilan BKKBN Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For.,M.A.R.S mengatakan terdapat empat faktor penyebab terjadinya stunting yakni praktek pengasuhan yang tidak baik, kurangnya akses ke makanan bergizi, terbatasnya layanan kesehatan dan kurangnya akses air bersih serta sanitasi. Lanjut ia menjelaskan bahwa stunting ini akan membawa dampak yang luas baik itu dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjang.
“Stunting memiliki dampak terhadap menurunnya kualitas sumber daya manusia seperti produktifitas dan juga daya saing” ujarnya.
Ia menuturkan, saat ini angka stunting di Bali telah mencapai angka 10,9 persen menurut NSBI 2021. Melihat kondisi tersebut sudah semestinya upaya pencegahan digencarkan. Dengan mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi mulai dari remaja, pasangan usia subur, calon pengantin, ibu hamil, sampai dengan ibu melahirkan. Pihaknya juga telah melakukan pendekatan dengan lapisan masyarakat yakni dari yowana (truna-truni), Majelis Desa Adat, hingga krama istri Bali. Serta tidak lupa juga menggandeng sekolah maupun universitas untuk melakukan sosialisasi sejak dini dan memberikan bekal dalam membangun keluarga yang sehat nantinya.
Dirinya menambahkan bahwa saat ini BKKBN juga memanfaatkan teknologi sebagai penunjang dalam upaya pencegahan stunting. Dengan menyediakan konseling secara online melalui aplikasi yang disiapkan dan didukung dengan konselor yang sudah terlatih dan bersetifikat.
“Jadi medsos juga sekarang berperan, yang paling berperan ini sekarang ialah media karena anak-anak sekarang melek IT. Makin solid kita bergerak, maka percepatan pengurangan stunting ditahun 2024 harapannya Bapak Jokowi bisa kita capai,” imbuhnya.
Sementara itu Wakil Rektor I Undiksha, Dr. Gede Rasben Dantes, S.T.,M.Ti mengungkapkan bahwa Undiksha sebagai salah satu institusi akademik yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat berkomitmen untuk turut serta berkontribusi dalam menanggulangi kasus stunting yang terjadi di Bali, khususnya di Kabupaten Buleleng dimana undiksha berada. Ia menekankan bahwa upaya pencegahan stunting harus dilakukan bersama-sama, jadi bukan hanya dilakukan oleh BKKBN ataupun pemerintah tetapi institusi akademik juga harus ikut berkontribusi dalam hal pencegahan ini.
Ia menyebutkan, kalau upaya pencegahan di Lembaga akademik melalui pendidikan dan pengajaran bisa dilakukan dengan integrasi pengetahun tentang parenting kepada anak didik. Yang dimana pengetahuan tersebut kemudian bisa disosialisasikan oleh mahasiswa minimal di lingkungan sekitarnya.
“Termasuk juga kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka melalui asistensi mengajar di satuan pendidikan. Mereka bisa memberikan informasi lebih dini kepada siswa, siswi yang ada di tingkat SD sampa SMA maupun melalui kegiatan membangun desa. Sehingga kami membuka pintu kepada BKKBN untuk bersama melaksanakan pencegahan stunting,” ucapnya.
Saat ini Undiksha juga sudah memiliki pusat kajian stunting yang merupakan salah satu kelompok riset yang bekerjasama antar fakultas. Didalamnya terdapat Fakultas kedokteran, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teknik dan Kejuruan. Kelompok ini melakukan beberapa kegiatan, baik dari edukasi, pengembangan sistem untuk bisa memiliki data akurat terkait anak-anak yang mengalami stunting maupun remaja-remaja yang berada dalam kondisi yang kritikal.
“Ini kita sasar sebagai target. Memberikan informasi kepada remaja. Bukan hanya orang yang sudah menikah,” pungkasnya.|WK|