Bangli, koranbuleleng.com | Desa Belantih, Kintamani ditargetkan menjadi desa agrowisata dengan potensi buah jeruk. Petani setempat didorong untuk mulai menerapkan pertanian organik. Upaya menerapkan pertanian organik menjadi sebuah kewajiban dalam upaya mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan. Guna mewujudkan target tersebut maka petani perlu memahami cara budidaya jeruk yang benar.
“Petani mesti memahami dan mampu mempraktekkan cara budidaya jeruk yang baik dan benar untuk meningkatkan produksi, kualitas buah dan pengendalian OPT secara organik untuk mendapatkan buah yang aman dikonsumsi dan ramah lingkungan” kata Ketua Tim Pengabdian Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD)Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Ir. Ni Komang Alit Astiari, M.Si., didampingi anggota tim Dr. Ir. Ni Putu Anom Sulistiawati, M.Si dan Ir. I Nengah Suaria, M.Si. dan Dr. Ni Made Ayu Suardani Singapurwa, STP., M.Si saat melakukan penyuluhan di Bangli, Rabu 1 Juni 2022.
Alit Astiari mengungkapkan bahwa isu strategis agribisnis jeruk di Desa Belantih sejak satu dekade terakhir kondisinya semakin menurun. Buah yang dihasilkan kalah bersaing dengan buah-buahan impor, panen buah bersifat musiman sehingga ketersediaan buah tidak kontinyu, dan kualitas buah yang dihasilkan rendah sehingga harga jual juga rendah. Kondisi tersebut menyebabkan banyak petani pada musim panen raya membiarkan buahnya tidak dipanen atau busuk di pohon karena harga jual rendah sekitar Rp. 1.000 – 1.500 per kg. Kondisi ini salah satunya dialami oleh Kelompok Tani Dharma Kriya Desa Belantih.
Penanganan pasca panen juga kurang baik dan belum adanya ketrampilan dalam pengolahan buah jeruk menjadi berbagai varian produk kuliner berbahan baku jeruk seperti bolu atau kue, manisan, teh dari kulit buah jeruk) yang mestinya bisa dilakukan pada saat terjadinya buah berlimpah pada musim panen raya untuk meningkatkan nilai tambah.
“Upaya untuk mendorong dan menyiapkan Desa Belantih sebagai obyek agrowisata berbasis jeruk sangat dibutuhkan agar ketika pariwisata Bali pulih setelah pandemic Covid-19, terjadi integrasi yang bersifat simbiosis mutualistik antara pertanian dan pariwisata di Desa Belantih” jelas Alit Astiari.
Ketua Kelompok Tani Dharma Kriya, I Wayan Selamat, SE mengaku bersyukur atas penyuluhan dan demontrasi plot yang diberikan oleh Fakultas Pertanian Unwar. Penyuluhan dan demontrasi plot yang di berikan akan menambah pengetahuan anggota kelompok tani khususnya generasi muda dari anggota keluarga kelompok tani Dharma Kriya.
Ia mengakui bahwa selama ini belum pernah melakukan teknik budidaya secara organik yang ramah lingkungan Kendati demikian, melalui penyuluhan dan pendampingan yang diberikan Fakultas Pertanian Unwar, pihaknya berharap anggota kelompok taninya mulai sedikit demi sedikit mempraktekkan teknik budidaya yang ramah lingkungan untuk mendapatkan buah jeruk yang aman dikonsumsi tetapi produksi dan kualitas buah tetap dapat ditingkatkan.
Desa Belantih Kabupaten Bangli, memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi sentra agrowisata berbasis jeruk. Lebih dari 80% mata pencaharian penduduk menggantungkan hidup dari komoditi jeruk. (*)