Singaraja, koranbuleleng.com| Tiga bendungan di Kabupaten Buleleng, mengalami penurunan kapasitas isian air yang cukup drastic akibat kemarau panjang.
Tiga bendungan itu, diantaranya Bendungan Tamblang,yang terletak di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Bendungan Titab yang terletak di Desa Titab, Kecamatan Busungbiu dan Bendungan Gerokgak, yang terletak di Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak,Buleleng.
Perbekel Desa Gerokgak, I Nyoman Wijaya membenarkan penurunan kondisi air yang terjadi di bendungan yang ada di bagian barat Buleleng tersebut. Penurunan air pada bendungan, disebut sudah terjadi sejak awal September lalu. Hal ini, mengakibatkan ratusan hektar lahan pertanian dan perkebunan kesulitan air, hingga menyebabkan beberapa petani gagal panen. Selain dampak kekeringan, kondisi ini juga diperparah dengan maraknya warga sekitar yang membangun sumur bor.
“Banyaknya sumur bor yang ada, mengakibatkan sumur – sumur gali menjadi kering. Apalagi di daerah Gerokgak sama sekali tidak turun hujan. Kalau untuk pertanian dan perkebunan sama sekali sudah tidak bisa di daerah kami,” ujar Wijaya, Jumat 3 November 2023.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, dibandingkan dua bendungan lainnya Bendungan Gerokgak yang paling mengalami penurunan yang signifikan. Hasil assesment yang dilakukan sejak awal Oktober lalu, debit air sudah dibawah kondisi normal yakni 459 juta meter kubik, dari kapasitas 2800 juta meter kubik.
“Kalau di Bendungan Gerokgak, ada sekitar 12 kepala keluarga dengan total 444 hektar lahan yang terancam gagal panen,” kata dia.
Sementara untuk bendungan lainnya, yakni Bendungan Titab, pada Januari 2023 debit air di bendungan tersebut tercatat sebanyak 10 juta kubik. Jumlah itu terus mengalami penurunan hingga 7 juta kubik air pada Agustus dan 4,9 juta pada September. Namun, BPBD menyebutkan kondisi debit air di bendungan itu masih di ambang batas normal. (*)
Editor : I Putu Nova Anita Putra