Singaraja, koranbuleleng.com | Film yang diadaptasi dari legenda Buleleng, kisah Jayaprana Layonsari masuk dalam pemutaran film layar lebar di sejumlah bioskop ternama nasional. Namun alur dari kisah di film ini dipastikan berbeda dari cerita-cerita yang selama ini menyebar di benak masyarakat Buleleng.
Film yang digarap dua filmmaker Buleleng, Putu Satriya Kusuma dan Kusuma Wijaya mengangkat romansa Jayaprana dan Layonsari. Dialog dalam film ini khas Bali, menggunakan bahasa Bali yang sangat kentalk dengan logat Buleleng. Kisah ini akan tayang secara serentak di 7 layar sinema di sejumlah kota di Indonesia.
Film ini akan diputar di Bioskop Mega Bekasi dan Balai Kota Tenggerang, Bioskop Epicentrum Mataram – Lombok, di Denpasar ada 4 bioskop yaitu di Level 21, Living world, serta di wilayah Kuta dan Jimbaran.
Satriya Kusuma yang merupakan sutradara dan penulis kawakan itu mengungkapkan sebelumnya ia telah menulis buku “Jayaprana dan Layonsari” dengan alur kisah unik yang tentunya berbeda dengan cerita umum kebanyakan.
Pembuatan buku itu murni berdasarkan riset yang dilakukan lansung di Desa Kalianget dan dari beberapa sumber lainnya. “Setelah buku Jayaprana dan Layonsari terbit, Saya juga melakukan pementasan teater drama modern, nah dari sinilah ada salah satu produser yang tertarik dan menunjuk Saya untuk menggarap drama ini dalam sebuah film,” terang Satria, Senin 25 Maret 2024
Dalam perjalanan produksi film bersama Kusuma Wijaya mendapatkan banyak tantangan yang luar biasa. Mereka ingin film tersebut berbeda dari banyak kisah yang tersebar di masyarakat.
Kusuma Wijaya yang mengakui alur cerita film Jayaprana Layonsari memang sangat berbeda dari kisah drama dan cerita tertulis, bahasa yang digunakan pun sangat otentik khas Buleleng sehingga aura atau energi aktor cepat tersampaikan terlebih aktornya telah melewati casting yang cukup ketat. “Kebanyakan kisah Jayaprana Layonsari menuangkan nuansa hitam putih atau jahat dan baik, tapi disini kami buat menjadi abu-abu atau hal yang positif bertemu positif. Ini menjadi menarik, karena nuansa positif positif ini berdebat untuk menjadi yang paling positif,” terang Kusuma Wijaya. Film ini akan mulai diputar 28 Maret 2024 nanti. (*)