Singaraja, koranbuleleng.com| Ketua Waria dan Gay Singaraja (Warga’s) Buleleng, Sisca Sena yang akrab dengan panggilan Mami Sica angkat bicara dengan menggelar jumpa pers terkait penampilan kostum SMA yang serba mini dari “SMAN 19 WARGAS SINGARAJA” saat mengikuti gerak jalan dewasa putri dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-71 di Buleleng, Minggu 14 Agustus 2106.
Paska gerak jalan itu, berbagai kecaman pun bermunculan dari sejumlah pihak di media sosial karena dianggap melecehkan simbol dunia pendidikan. Bahkan, ada video diupload di media sosial. Setelah tayangan video tersebut dievaluasi, Sisca Sena pun mengakui kesalahan akibat ketidak jeliannya mengontrol barisan gerak jalan Warga’s.
Dalam Jumpa Pers itu, Mami Sisca Sena mengatakan, bahwa mereka terinspirasi mengangkat tema pendidikan sekitar bulan Mei-Juni lalu. Waktu itu, sepanjang jalan hanya menyaksikan sejumlah siswa SMA ber-eforia melakukan konvoi, serta aksi corat-coret saat merayakan kelulusan. Ide kostum dan drama pendek di beberapa titik dengan gaya corat-coret pada saat gerak jalan itu, tidak dimaksudkan melecehkan simbol seragam SMA dan Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Sebenarnya ada pesan moral yang ingin kami sampaikan dibalik seragam SMA yang kami permak mini dan seseksi mungkin itu, dan apa yang kami lakukan tentunya tidak bermaksud melecehkan seragam SMA tersebut. Beberapa orangtua siswa datang “mesadu” dan mengeluhkan tentang pendidikan di kota Singaraja, seiring pencanangan dari pemerintah bahwa Singaraja merupakan simbol kota Pendidikan. Sekali lagi, semua yang kami lakukan ini tidak bermaksud melecehkan siapapun, kami hanya bertujuan menggiring penonton agar merasa terhibur,” ucapnya.
Diceritakannya, Skenario semuanya sudah diatur dalam gerak jalan, dimulai dari garis start sampai finish. Rencananya, menunjukkan ungkapan eforia yang menceritakan kelulusan dan kami sudah memahami tugas masing-masing.
“Sebenarnya saat start, dihadapan Bapak Bupati beserta undangan dan juga penonton ada atraksi yang kami ingin kami pertunjukkan, dimana saya sendiri berperan sebagai seorang kepala sekolah, disana akan diceritakan kisah seorang siswa yang merasa bahagia ketika dinyatakan lulus, dan juga meyampaikan pesan-pesan yang dititipkan oleh para orang tua siswa. Diakhir pertunjukan dilakukan semprot-semprotan dihadapan para penonton. Sayang, atraksi itupun akhirnya urung dipertontonkan sebab saya sendiri mengalami kram saat dimake up.” tuturnya.
Dilanjutkannya, setelah kondisi dirasa membaik, Sisca memutuskan bergabung di barisan komunitas Wargas. Itupun seijin panitia kegiatan.
“Dalam pertemuan ini, Saya Mami Sisca mewakili Komunitas Wargas bersama warga lingkungan Tegal Mawar, Singaraja menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat khususnya dunia pendidikan karena penampilan kami yang terlalu seksi. Ketika berjalan, saya tidak bisa mengontrol barisan yang ada di belakang, ada tayangan yang mengangkat rok terlalu tinggi hingga mengakibatkan kecaman dari sejumlah haters di media sosial karena dianggap melecehkan simbol dunia pendidikan,”terang Sisca meminta maaf.
Permohonan maaf ini pun kemudian disambut riuh tepuk tangan oleh warga Tegal Mawar Singaraja yang hadir dalam acara jumpa pers tersebut.
Sisca Sena pun berjanji, kedepannya akan mengevaluasi kembali keikutsertaannya agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Kaum LBGT merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki hak yang sama sesuai yang tertulis dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2005 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Sisca Sena juga meminta pendapat dan cara pandang warga terhadap kehadiran Komunitas Warga’s Singaraja.
Wayan Santika, selaku Ketua RT di lingkungan Tegal Mawar, Singaraja mengungkapkan keyakinannya bahwa yang dilakukan komunitas Wargas hanya sebatas entertainment dan semua itu pastinya bertujuan untuk menghibur masyarakat.
“Kami sangat yakin, apa yang dilakukan komunitas Warga’s itu seratus persen memiliki tujuan untuk menghibur masyarakat, walaupun dalam hal ini mereka menggunakan seragam SMA dan itu tidak ada maksud melecehkan siapapun. Sempat juga terbersit rasa emosi setelah membaca beberapa komentar yang bernada mengecam di media sosial, namun kami lebih mengedepankan pikiran positif dan tak menanggapi semua ocehan para haters tersebut. Kami berharap tidak ada lagi komentar-komentar miring yang mencuat, dan masalah ini selesai sampai disini.” harapnya.
Senada yang disampaikan Ni Luh Putu Erlin Putri Sari (30), sepengetahuan dirinya kehadiran komunitas Warga’s Singaraja yang diketuai Sisca Sena sangat membantu, selalu aktif dan ikut terjun langsung ke masyarakat memberikan penyuluhan dan sosialisasi HIV & AIDS.
“Mami Sisca Sena dalam kesehariannya sangat sederhana, selalu peduli terhadap lingkungan, banyak membantu masyarakat, baik penyuluhan HIV & AIDS juga kegiatan sosial lainnya seperti memberi sumbangan dan menyalurkan beras pada warga yang membutuhkan, juga aktif dalam kegiatan PKK, namun yang gitu-gitu tidak keliatan” ucapnya. |NM|