Singaraja, koranbuleleng.com| Seorang bocah yang masih berumur 10 tahun, Ketut FY, meninggal dunia dan diduga karena suspect rabies. Bocah malang ini meninggal di RSUD Buleleng setelah sempat dirawat selama satu malam, Senin 5 September 2016. Dia digigit anjing sekitar bulan Juni 2016 pada bagian lengannya.
Namun sampai saat ini, Pihak rumah sakit dan Dinas Kesehatan Buleleng masih mengirimkan sejumlah hasil medis ke laboratorium untuk memastikan apakah penyakit yang memicu meninggalnya bocah ini rabies atau bukan.
Korban yang tinggal di Banjar Dinas Desa Bajangan, Desa Dencarik, Kecamatan Banjar menghembuskan nafas terakhirnya di ruang isolasi RSUD Buleleng. Awalnya, oleh pihak keluarga sempat membawanya ke RSU Santi Graha di Seririt, namun karena kondisi tubuhnya sudah sangat lemah akhirnya pihak rumah sakit setempat merujuk ke RSUD Buleleng.
Ferdi dibawa ke RSUD Buleleng oleh keluarganya pada hari Minggu 4 September 2016 pada malam sekitar pukul 20.00 WITA. Pihak keluarga korban memutuskan membawanya ke rumah sakit karena saat itu, bocah malang ini merasa mengalami sakit kepala, kesemutan pada tangan kanan sakit tenggorokan dan lemas.
Di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Buleleng, korban langsung mendapat penanganan tim medis RSUD Buleleng. Dan tim medis memutuskan untuk memindahkan Dia ke ruang isolasi.
Di rumah duka, Ibu korban, Putu Anggreni tampak sangat shock berat. Ibu lima orang anak hanya terlihat duduk menyandar pada tembok dengan sangat sedih. Dia selalu menjaga jenazah anaknya yang disemayamkan.
Ayah korban, korban Made Suyasa yang ditemui di rumah duka, Banjar Dinas Bajangan, Desa Dencarik, Banjar Buleleng, mengatakan kondisi Ferdi sempat membaik. Pada ahri Senin 5 September 2016 dia sempat membaik, dini harinya pada hari itu kondisinya seperti sudah pulih, bisa diajak berbicara dan sorot matanya sudah kuat.
Namun justru berbalik, ketika kondisinya semakin memburuk saat pukul 04.00 WITA pada hari itu. Air liur terus keluar dari bibir, karena lidah tampak sudah mulai tertarik kedalam. “Anak saya meninggal padapukul pukul 06.00 WITA. Sebelumnya saya kira Dia akan sembuh, kondisinya terlihat baik saat itu, tapi akhirnya meninggal,”kata Suyasa.
Suyasa mengatakan pihak rumah sakit memang belum mengeluarkan hasil medis terkait dengan penyakit dari Korban. Suyasa mengakui bahwa anaknya sempat digigit oleh anjing liar pada bulan Juni lalu.
Saat itu sedang ada hajatan di rumah keluarganya yang masih satu banjar Dinas. Ketika itu Ferdi anaknya dan sepupunya yang lain main di halaman. Beberapa meter diantaranya ada anjing yang sedang berkelahi.
Mereka berniat berniat untuk menghalau anjing-anjing liar tersebut agar pergi dan tidak mengganggu mereka permain. Namun salah satu anjing justru menyerangnya dan menggigit tangan kanan si bocah.
“Saat itu saya langsung cuci pakai sabun dan air mengalir. Tidak ada luka, hanya ada bekas gigi anjingnya,” kata Suyasa. Suyasa juga sempat mengajak anaknya ke Puskesmas Banjar I untuk meminta vaksin rabies.
Suyasa sempat menerangkan kronolgis ke tim medis terkait gigtan anjing itu. Namun dia justru mendapat keterangan dari Tim Medis Puskesmas Banjar I supaya segera menangkap anjing yang menggigit dan menunggunya selama seminggu. Jika anjingnya mati, dan korban mengalami gejala panas barulah akan diberikan vaksin sesuai Standart Operating Procedur (SOP) yang berlaku.
Pihak keluarga saat itu juga kesulitan mencari anjing yang menggigit korban, karena liar. Entah dimana mereka harus mencari anjing tersebut.
Namun karena anjing tersebut anjing liar, keluarga Ferdi tidak dapat menemukannya. Dan hingga jelang kematiannya Ferdi tidak mengalami gejala yang dijelaskan oleh tim medis. “Karena tidak ada gejala yang muncul saya biarkan dan saya kira tidak terjadi apa-apa,” imbuh ayah Suyasa.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan I Gusti Nyoman Mahapramana yang didampingi sejumlah stafnya ditemui di kantornya saat ini masih melakukan pengecekan terkait penyebab pasti kematian bocah tersebut, apakah memang karena rabies atau tidak.
Menurut Kadis Kesehatan, gejala-gejala yang dialami oleh korban tidak menunjukkan rabies. “Kami sudah ambil sampel air liurnya dan dibawa ke laboratorium di Denpasar, saat ini masih menunggu hasilnya. Dan kami belum bisa pastikan itu rabies, karena harus ada hasil valid uji laboratorium,” terang Maha Pramana.
Saat ini, Dinas Kesehatan Buleleng jug amasih menunggu kepastian dari hasil laboratorium yang berwenang. Dinas Kesehatan tidak berani memastikan dan mendata sebelum ada hasil pasti dari tim ahlinya. |NP|