Singaraja, koranbuleleng.com| Dua titik ruas jalan di desa Lemukih, Kecamatan Sawan alami jebol sejak tiga tahun lalu, namun sampai kini belum mendapatkan perbaikan dari pihak terkait, Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Buleleng. Kondisinya itu mulai dicemaskan oleh para pemandu wisata dan warga setempat karena pasca longsor yang terjadi tiga tahun silam, aspal pada bahu jalan di titik longsor justru sedikit demi sedikit tergerus dan alami penyempitan.
Posisi titik longsor itu berada tepat pada posisi turunan jalan, tidak adanya drainase menyebabkan air langsung meluncur dan menggerus badan jalan.
Ruas jalan yang alami longsor ini merupakan jalur utama di Desa Lemukih sebagai salah satu desa wisata di Buleleng. Beberapa wisatawan mancanegara sudah mulai berkunjung ke desa ini. Kearah selatan desa Lemukih, jalur ini menghubungkan ke Desa Wanagiri yang bisa menembus akses wisata di wilayah Danau Buyan dan Danau Tamblingan, serta ke wilayah utara menghubungkan ke Desa Sekumpul yang juga terdapat obyek wisata air terjun.
Perbekel Desa Lemukih, Ketut Budiarta menjelaskan, ada dua titik longsor yang mengakibatkan jebolnya senderan jalan dan hingga saat ini belum ditangani pemerintah, pertama di kawasan kayu nyengklok, dusun Buah Banjah panjangnya sekitar 12 meter dengan kedalaman 4 meter. Kedua, senderan pada ruas jalan yang ada di dusun Desa, memiliki panjang sekitar 4 meter dengan kedalaman 8 meter.
“Jalan itu jebol akibat longsor, terjadi pada tahun 2013 dan 2015. Sempat saya menandai dengan kain putih yang diikatkan pada bambu, namun karena ada pembersihan jalan hilanglah tanda tersebut, saat ini malahan badan jalan mulai ikut tergerus. Ruas jalan aspal pun menyempit. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengendara harusnya segera ditanggulangi oleh aparat yang berwenang tentunya pemerintah.” Ketut Budiarta saat ditemui koranbuleleng.com di ruang kerjanya. Jumat 30 September 2016.
Ketut Budiarta juga menyampaikan, pihaknya sudah berkali-kali bersurat dan mengajukan usulan lewat Musrenbang Kecamatan Sawan, bahkan pernah mendatangi langsung ke Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng untuk meminta perbaikan, namun rencana perbaikan itu tak pernah terealisasi.
Yang dikhawatirkan oleh pihak desa yakni kendaraan yang lalu lalang pada malam hari di kawasan itu apalagi dikawasan tersebut tidak ada lampu penerangan jalan dan ini sangat membahayakan pengendara.
“Dulu beberapa kali sudah bersurat dan sempat menghadap langsung ke Dinas PU, namun diminta untuk menunggu. Dalam Musrenbang kecamatan juga sudah saya ajukan beberapa pelebaran ruas jalan. Yang dikhawatirkan adalah saat malam hari, suasana gelap ditambah tidak ada lampu penerang jalan, kalau tidak hati-hati dan menguasai medan, pengguna jalan bisa terperosok masuk ke jurang. Sebenarnya sempat berkeinginan memperbaiki kondisi ruas jalan tersebut dengan mengajak masyarakat bergotong-royong, namun terbentur kebijakan, saat ini kami menunggu tindak lanjut pemerintah daerah melalui dinas terkait,” jelasnya.
Ketut Budiarta pun berharap untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, meminta Pemkab Buleleng agar cepat tanggap dan melakukan penanganan akan kondisi tersebut.
Sementara menurut salah satu warga setempat, Gede Guna, jalan di dusun Desa tersebut sudah longsor sejak tiga tahun lalu. Apabila turun hujan, jalan semakin tergerus lagi.
“Dua hari lalu sempat turun hujan deras, hal itu kembali memperparah jalan tersebut, aspal di bahu jalan semakin menyempit, dan lobang itu pun terlihat semakin dalam, syukur sampai saat ini belum ada kejadian di lokasi tersebut.” kata Gede Guna.
Gede Guna menambahkan, pengguna jalan kini harus ekstra hati-hati jika turun hujan apalagi malam hari, aspal jalan itu bisa saja mendadak jebol sebab tanah dibawahnya sangat labil.
“Jika ada dua kendaraan yang melintas, maka harus diam dulu. Hati-hati sekali melintasi senderan yang jebol ini. Penyempitan jalan itu sangat membahayakan dan bisa menyebabkan pengguna jalan terperosok dan masuk ke jurang,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Putu Deni Prasetya pemandu wisata asal desa Beng, Gianyar. Deni sudah beberapa tahun ini melintasi kawasan ini menuju obyek wisata air terjun Sekumpul. Banyak pelaku wisata yang memanfaatkan jalan ini, namun Deni menyayangkan kerusakan bahu jalan ini tidak cepat diperbaiki karena mengganggu kelancaran pariwisata di Kabupaten Buleleng.
“Jalur ini merupakan akses vital pariwisata, selain perbaikan senderan, kalau bisa juga dibarengi dengan pelebaran jalan, agar mobil besar yang membawa rombongan wisatawan asing bisa lebih lancar. Apalagi saat berpapasan biar pengguna jalan tidak was-was,”ungkapnya.
Terkait dengan hal itu, Kepala Dinas PU Buleleng, Ketut Suparta Wijaya menjelaskan, untuk kerusakan badan jalan di dusun Desa, Desa Lemukih itu, pihaknya sudah menginventarisir hal tersebut, dianggarkan dalam APBD Perubahan 2016. Pembangunan senderan jalan di dusun Desa, Lemukih sudah masuk draf dan saat ini dalam tahap pengadaan termasuk proses lelang. Fisiknya pengerjaannya bakal dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 ini.
Menurutnya, kondisi jalan memang sangat labil. Pihaknya bersama tim telah beberapa kali turun untuk melakukan kajian. Hasilnya, selain pembangunan senderan jalan, nantinya bakal dibuatkan drainase.
“Kontur tanah yang cukup labil apalagi berada pada posisi terendah, setidaknya nantinya kami harus memikirkan pembuatan saluran air di daerah itu. Tetapi untuk perbaikan senderan ini sudah kami anggarkan dan sedang dalam proses tender di tahun APBD Perubahan 2016 ini,” ujarnya.
Ditambahkannya lagi, dalam APBD perubahan 2016, dana yang dianggarkan sejumlah Rp 80 M diperuntukkan khusus dalam perbaikan jalan di sejumlah wilayah di Buleleng.
“Perbaikan jalan ini dilakukan dengan anggaran dari APBD Perbuahan tahun 2016 sebesar Rp 80 Miliar, dengan menyasar jalan yang mengalami kerusakan berat hingga kerusakan sedang di sejumlah Desa dan perkotaan. Tidak hanya melakukan perbaikan jalan, anggaran sebesar itu juga akan dimanfaatkan untuk pelebaran badan jalan dari rata rata 3,5 meter menjadi 4 meter. Menggunakan aspal hot mix dengan target panjang 85 kilometer. Untuk saat ini, masih dalam proses tender dan pertengahan bulan Oktober 2016 sudah mulai pelaksanaan pengerjaan fisik, Lokasinya sendiri tersebar di 9 kecamatan baik dipedesaan maupun perkotaan,” pungkasnya. |NH|