Singaraja, koranbuleleng.com| Saat ini, Pembangunan Monumen Puputan Jagaraga di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan masih berjalan. Monumen ini dibangun untuk mengenang semangat kepahlawanan perjuangan Jro Jempiring dan Patih Gusti Ketut Jelantik membela tanah airnya dari rongrongan penjajah. Dana yang dihabiskan untuk membangun monumen ini mencapai 15 miliar.
Kelian Desa Pekraman Jagaraga, Nyoman Parta berharap nantinya monument ini bisa menjadi tonggak sejarah dalamarti sejarah perjuangan serta menjadi tonggak ekonomi Desa Jagaraga. Tonggak ekonomi dengan harapan Monumen Jagaraga ini bisa menjadi salah satu obyek wisata bersejarah di Buleleng.
“Dibandingkan dengan desa lain, desa tetangga kami, Desa Jagaraga masih tertinggal. Kami berharap, Desa kami bisa menjadi zona ekonomi baru dengan berdirinya monumen perjuangan sebagai tempat wisata bersejarah,” ujar Parta.
Rencananya, selain dibangun Monumen Jagaraga, juga akan dibangun sejumlah pusat kuliner dan perdagangan di belakang sebelah barat dari Monumen ini. Pihak desa adat sedang berencana untuk memebbaskan lahan seluas satu hektar yang akan diepruntukkan bagi warga Desa Jagaraga yang ingin membuka usaha ekonomi.
Terkait hal lain, kata Parta sebelum direncakan pembangunan Monumen Puputan Jagaraga ini juga sudah dikoordinasikan oleh aparat terkait, Dinas Sosial, Desa Pekraman Jagaraha hingga mencari kajian sampai ke museum nasional di Jakarta.
Parta menyatakan seluruh bahan bangunan menggunakan batu atau paras lokal dari Abasan, Desa Sangsit. “Bahan-bahan ini semua bahan lokal, supaya lebih punya ciri khas,”ujarnya.
Sementara itu, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana juga sempat meninjau proses pembangunan Monumen Jagaraga saat melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Sawan, Kamis 6 Oktober 2016. Pada dasarnya, tidak banyak yang disarankan oleh Bupati Buleleng karena spesifikasi bangunan dinilai sudah sesuai dengan prosedur yang ada.
Desa Jagaraga adalah desa yang menyimpan sejarah terkait dengan masa perjuangan masa lalu. Jro jempiring, perempuan heroik yang ikut memimpin perang puputan Jagaraga setelah Patih Gusti Ketut Jelantik, suaminya.
Rencana pembangunan Monumen Jagaraga sempat terpendam selama sembilan tahun. Dinas Sosial Kabupaten Buleleng yang bertanggungjawab terhadap proses pembangunan Monumen Jagarga ini telah menyiapkan maket atau rancanagan arsitektur Monumen Jagarga.
Monumen Jagaraga ini berdiri diatas areal kurang lebih setengah hektar. Nantinya, kata Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Gde Komang akan dibangun beberapa ikon dalam Monumen Jagaraga itu. Pertama yakni Patung Patih Gusti Ketut Jelantik dan Jero Jempiring sebagai tokoh yang punya peran penting dalam perang Puputan Jagaraga di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan pada tahun 1849.
Kedua tokoh ini akan ditonjolkan sebagai tokoh yang memberikan semangat bagi masyarakat Bali pada waktu itu untuk melawan arogansi Belanda yang ingin menguasai Bali.
Selain itu, akan dibuatkan diorama yang bercerita terkait dengan perjuangan kedua tokoh tersebut bersama rakyat Jagaraga kala itu. Terkait dengan itu, Dinas Sosial juga mengaku sudah mencari refernesi dari berbagai sumber seperti beberapa museum di Jakarta.
“Kami memang sudah berkoordinasi dengan beberapa museum di Jakarta seperti museum nasional, museum Gajah untuk meminta bahan baik itu berupa buku, visual maupun yang lain tentang perjuangan dalam Perang puputan ini,”umbar Gde Komang usai menghadap Bupati Buleleng terkait dengan pembangunan Monumen Jagaraga ini. Selain itu, juga kan dibuat stage dan tempat rekreasi serta balai-balai pertemuan sebagai tempat berdiskusi.
Gde Komang menegaskan, secara fisik pembangunan Monumen Jagaraga ini nantinya akan menggunakan bahan-bahan bangunan lokal Buleleng yang sudah terstandar.
Di sisi lain, Akademisi dari Universitas Pendidikan Gaensha, Made Pageh menyarankan Pemerintah Kabupaten Buleleng tetap menonjolkan kedua tokoh yakni Gusti Ketut Jelantik dan Jero Jempiring dalam monumen Jagaraga. Pemerintah juga diharapkan tidak alergi untuk belajar sejarah masa lalu demi kebaikan daerah di masa datang.
Yang justru sangat heroik adalah, keberadaan Jero Jempiring sebagai sosok perempuan Bali yang sangat punya berperan besar mengobarkan semangat perang puputan Jagaraga melawan Belanda. Perang Puputan ini justru sebenarnya dikobarkan oleh Jero Jempiring pada tahun 1849.
“Awalnya Gusti Ketut Jelantik bersama rakyat Jagaraga berperang melawan Belanda. Itu terjadi pada tahun 1848. Nah pada tahun 1849, Belanda berhasil memenangkan peperangan, dan pada saat itulah Jero Jempiring ini kembali mengobarkan semangat perang puputan untuk melawan Belanda,” ujar Pageh saat ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Untuk itulah, Pageh berharap Monumen ini bisa memberikan pendidikan yang baik mengenai sososk Perempuan Jero Jempiring serta persamaan gender. “Jero Jempiring yang sebenarnya mengobarkan semangat puputan. Dia sosok wanita Bali yang punya peran besar melawan Belanda secara fisik. Saya berharap, semua pihak termasuk Pemerintah untuk selalu belajar dari sejarah. Jangan meninggalkan sejarah untuk kebaikan masa depan,” pungkasnya. |NP|